SO - BAB 21

18.5K 1.6K 54
                                    

Siapa yang nagih Ryan dari kemarin? :D :D :D

Sudah update, ya! Vote dan komentar supaya malam nanti ide berterbangan dan segera update xoxo.

Enjoy!

Ryan turun dari mobilnya begitu dirinya tiba di rumah Adrian. Seperti biasanya, kekacauan terjadi di rumah itu menyambut Ryan, dengan adanya Ian dan Kate yang saling berteriak. Kate menangis begitu kencang ketika Ian mengejeknya anak manja. Ryan mendesah melihat suasana rumah yang begitu riuh. Nana, sang pembantu rumah tangga, terlihat kesulitan menenangkan Kate yang menangis semakin kencang.

"Dasar cengeng," cibir Ian.

"Kau pengecut! Aku akan bilang pada Papa!" teriak Kate.

"Siapa yang bilang pengecut dan siapa yang mengadu?!" seru Ian.

"Hei, apa-apaan itu?!" tukas Ryan. "Ian, jangan ganggu Kate."

Katryna Salendra beringsut dari asuhan Nana dan lari ke arah Ryan. Ia memeluk Ryan seraya menangis. "Ian jahat," adunya.

"Berhentilah menangis," gerutu Ryan. "Kau ini dua belas tahun. Jangan mau kalah dengan Ian."

"Sudah kubilang, dia cengeng," kata Ian meremehkan.

"Tutup mulut!" sergah Ryan.

"Apa yang kau lakukan?!" pekik Delia yang baru saja datang. "Jangan berkata kasar pada adikmu, Ryan."

"Rasakan," cibir Ian pada Ryan.

Ryan melotot pada si kembar laki-laki. "Bukan aku yang berkata kasar, Delia. Ian berkata kasar pada Kate. Laki-laki tidak boleh melakukan hal pengecut seperti itu."

"Sudah kubilang, Ian pengecut," kata Kate di pelukan Ryan seraya terisak.

"Persetan denganmu," balas Ian pada Kate.

"Jangan mengumpat, Ian." Delia memperingatkan. Kemudian ia kembali memelototi Ryan. "Lihat akibat yang kau timbulkan dengan mengajari mereka macam-macam."

"Itu bisa saja bukan salahku!" hardik Ryan. "Mereka juga berada di lingkungan sekolah. Bisa saja pengaruh buruk datang dari sana."

Adrian baru saja tiba di ruang tengah. Ia terlihat lebih santai mendengar keriuhan antara putra-putri dan istrinya. Ia hanya tersenyum menyapa Ryan, kemudian kembali sibuk dengan melipat lengan kemejanya.

Adrian kembali menyunggingkan senyum ketika Kate beralih dari Ryan pada dirinya. Ia mengangkat wajah Kate dan menghapus air mata di pipi. "Gadisku tidak boleh menangis, oke?"

"Ian jahat," isak Kate.

"Saudaramu tidak jahat. Dia hanya mengujimu," balas Adrian netral. Kemudian ia beralih pada Ian, masih dengan senyumnya. "Jadi, Ian, kau memilih minta maaf pada Kate atau aku akan mencabut semua akses untukmu bermain game?"

"Kau tidak mungkin melakukan itu padaku!" tukas Ian.

"Tentu saja mungkin." Adrian mengendikkan bahu. "Karena aku yang memberimu uang saku."

Ian mendengus sebal. Ia menatap Kate emosi kemudian bocah itu lari ke lantai dua tanpa mengatakan apapun pada semua orang di ruang keluarga. Ryan mengerti jika itu jenis pendewasaan yang membuat Ian punya ego besar.

"Keras kepala," cibir Ryan.

"Oh, lihat, siapa yang bicara," balas Delia. "Kalian keturunan orang bebal, keras kepala setengah mati, jadi jangan mengatai satu sama lain. Kalian sama saja."

Surrender of ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang