Page 27

414 14 0
                                    


Karena pintu kamar sengaja ku buka, maka tanpa sengaja aku melihat sesosok yang terus lalu lalang depan kamar Ahmad.

Bukan sosok manusia yang lewat berkali-kali tadi, aku tahu itu 'mereka' yang dimaksud Ahmad tadi.

Hawa dalam kamar juga sudah berubah menjadi panas dan bau yang kurang nyaman.

Aku lalu mencoba raih tangan Ahmad dan menggenggamnya.

Sambil terus ku ajak Ahmad dan Edo untuk istighfar dan bebacaan ayat-ayat yang kami tau.

Aku terus berdoa dan berharap agar kami bertiga di lindungi oleh-Nya.

Setengah jam kami terus diuji, dan akhirnya perlahan-lahan semua mulai berubah.

Hawa dalam kamar berangsur normal. Panas badan Ahmad pun mulai menurun juga.

Kami bertiga bercucuran keringat saat itu. Seperti orang habis olahraga berat.

Akhirnya Ahmad malam itu bisa tertidur pulas. Edo pun turut tertidur di sisi Ahmad.

Sengaja ku biarkan mereka tertidur agar mereka bisa istirahat.

Hingga paginya aku baru bangunkan Edo, karena mataku sudah tak tahan lagi.

Aku lihat Ahmad kondisinya agak baikan juga tidak seperti semalam.

Pukul 10:04

Orang tua Ahmad akhirnya hadir juga hari itu.

Aku dan Ahmad akhirnya bisa sedikit bernafas lega. SMS yang selama ini disimpan kami bisa kami sampaikan ke orang tuanya Ahmad.

Betapa terkejutnya orang tua Ahmad melihat SMS itu, seakan tak percaya dengan apa yang mereka lihat.

Karena hari itu juga mereka sudah menyiapkan segala keperluan Ahmad untuk dibawa pulang ke kampung halamannya, maka tidak banyak yang bisa kami ceritakan ke orang tua Ahmad.

Tepat habis dzuhuran Ahmad dan orang tuanya berpamitan kepada kami semua.

Ada sedikit kesedihan melihat kondisi Ahmad yang tidak seharusnya.

Aku dan Edo berharap ada kesembuhan pada diri Ahmad.

Seminggu telah berlalu sejak aku dan Edo berpisah dari Ahmad.

Terakhir kami mendapat kabar mengenai si Ahmad, dia telah hilang ingatan sama sekali.

Bahkan hampir gila. Orang tuanya sudah mencoba berobat, baik secara medis dan non medis.

Tetap tidak membuahkan hasil.

Sementara dengan pacarnya, si Diana... justru berbanding terbalik.

Dia sekarang dengan gandengan barunya.

Setiap ketemu aku dan Edo, selalu melempar senyum sinisnya. Entah apa maksudnya.

Sementara aku dan Edo sebulan kemudian berpisah kos. Walau terpisah hubungan persahabatan kami tetap berlanjut.

Wassalam.


By Wong Caem


"Seorang teman tidak bisa dianggap sebagai teman sampai ia diuji dalam tiga kesempatan; pada saat dibutuhkan, sikapnya di belakang kamu, dan setelah kematianmu."


Baca juga ceritaku yang lain. So... jangan lupa Kritik dan Sarannya ya

 jangan lupa Kritik dan Sarannya ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nasib Sang PK - Season 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang