Page 17

285 19 0
                                    

Kembali aku ke kos dengan terburu-buru. Setibanya di kamar ahmad, anak-anak sudah pada ngomel.

"Lamanya kamu rey, darimana aja sih, teman lagi gawat gini..." salah satu omelan temanku.

"iya maaf, aku tadi ada keperluan mendadak..." aku perpendek aja alasanku agar tidak banyak pertanyaan lagi. "gimana kondisi ahmad" aku coba alihkan pembicaraan.

"Masih tetep rey, tadi dia meronta-ronta kesakitan sambil memanggil-manggil namamu..." kata edo dengan raut wajah sedih dan lelah.

"gimana tadi urusanmu rey, udah ada kabar...??" tanya edo lagi penuh harap.

Aku hanya tarik nafas dan menggelengkan kepalaku. "Belum ada do..." jawabku.

Tak berapa lama terdengar suara orang kos memanggil-manggil namaku.

"Rey ada telpon dari Kalimantan..." teriak suara itu memanggil namaku.

Aku dengan sumringah melihat ke arah edo dan teman-teman yang lain.

Segera ku raih gagang telpon umum di kosku.

Terdengar suara khas yang penuh wibawa disebrang sana.

Ya suara itu adalah abahku, orang yang paling kusegani dan ku hormati semasa hidupku.

"Angin tadi dari abah nak ai..." kata abahku.

"hmmm...sudah ku duga" batinku.

"ikam dampingi aja temanmu itu, lagian sudah ada juga 'yang bantu' ikam disana..."

Deg..deg..deg..deg

"apa yang dimaksud abah, ada juga yang bantu tadi?" dalam hatiku deg-degan.

"Siapa yang bantu itu bah?" tanyaku penuh penasaran.

"sudah ikam secepatnya jagai teman ikam itu... sudah ditunggu tu, nanti abah bantu juga dari sini" pesan abahku sambil menutup telpon.

Nasib Sang PK - Season 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang