Page 18

302 18 0
                                    

Belum selesai ku taruh gagang telpon tersebut, dari kejauhan terdengar lagi suara memanggil namaku.

"rey, rey...buruan kesini" teriak temanku dari kamar si ahmad.

Aku langsung menaruh gagang telpon dan bergegas kembali ke kamar ahmad tadi.

Setiba di kamar tersebut, terlihat si ahmad sudah dipegangi teman-teman sambil meraung-raung kesakitan.

Ajaibnya lagi ketika ku coba mendekat, si ahmad langsung tenang, seakan-akan tunduk padaku.

Teman-teman memandangku penuh keheranan.

"udah jangan tuduh macam-macam ya, aku sendiri juga heran nih..." mencoba ku jawab keheranan mereka.

Hari semakin di tinggalkan sang mentari. Tanpa terasa waktu mulai beranjak malam.

Semua sudah kelelahan seharian bersama-sama menjaga si ahmad.

Aku dan edo pun tak luput dari kelelahan.

Aku pamit lagi dengan teman-teman untuk mandi dan makan sebentar. Lagi-lagi mereka berpesan agar aku jangan lama-lama meninggalkan mereka dengan ahmad.

Aku paham dengan kondisi mereka juga, aku jawab agar mereka bisa tenang ketika ku tinggalkan, "tenang men, aku mandi bebek aja, makan udah nitip juga dengan para junior tadi..."

Sedang asyik-asyiknya mandi, dari luar terdengar suara pintu kamar mandiku di gedor orang "dok dok.. dok dok... rey kamu didalam mandikah?"

Ku pikir anak-anak sedang bercanda, dengan kesal ku jawab "ga lagi tidur...emang kenapa?"

"Buruan rey, si ahmad rey bla bla..." kata suara itu.

Aku yang mendengar nama ahmad ada disebut, rasanya seperti kesetrum. Langsung ku percepat mandiku tanpa ku jawab lagi suara itu.

Ketika selesai mandi, aku sudah disambut seseorang yang jalannya seperti angin.

"Astaghfirullah...apa itu?" dalam hatiku.

Tak ku hiraukan lagi, aku langsung menuju ke kamar ahmad.

Terlihat dari jauh anak-anak menanti diluar sambil mengamati dalam kamar ahmad.

"Lho kenapa mereka tidak didalam menjaganya?" dalam hatiku bertanya-tanya.

Tambah ku percepat langkahku.

Ketika sudah mendekat, akupun turut melihat pemandangan yang luar biasa anehnya.

Tubuh si ahmad melayang seperti ingin meregang nyawa...

"Astaghfirullah..." jeritku.

Nasib Sang PK - Season 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang