Page 16

294 17 3
                                    

Aku sudah mulai merinding, sementara ada beberapa teman yang keluar karena ga kuat menghadapi situasi dikamar tersebut.

Sisa aku dan beberapa teman saja yang coba bertahan di kamar tersebut.

Aku lalu berpesan pada teman-teman yang ada didalam, agar jangan ada yang berpikiran kosong, semuanya berdzikir.

Si ahmad makin kuat memegang tanganku. Akupun merasa agak kesakitan, namun masih ku maklumi karena kondisinya.

Secara mengejutkan pintu kamar ahmad terbuka lebar ditiup angin, seperti ada sesuatu yang masuk.

Semua terkejut, dan ada temanku yang panic. Tiba-tiba aku kepikiran (alm) abahku.

Aku langsung ijin pamit sebentar dengan teman-teman dikamar ahmad, tapi mereka ga menijinkan, berusaha menahanku, agar tetap dikamar tersebut.

Takut si ahmad nanti cari aku lagi. Aku lalu menjelaskan tujuanku pamit tadi. Setelah mendengar penjelasanku, mereka pun mau mengerti.

Aku langsung bergegas. Kebetulan jarak wartel dari kosku tidak terlalu jauh, masih bisa ku tempuh dengan jalan kaki.

Akupun agak panic juga mau menelpon abahku. Apalagi hari masih siang begini, takut mengganggu waktu istirahat beliau.

Aku paham betul jika abahku istirahat, tidak ada yang berani mengusik. Ibarat kata jangan pernah mengusik harimau yang lagi tidur.

Ternyata dugaanku salah, abahku tidak terusik dengan telponku, melainkan orangnya tidak di tempat.

Aku lalu menitip pesan kepada orang rumah agar segera menyampaikan pesanku jika abah sudah dirumah.

Aku makin bertambah gusar. Kemana si abah, dalam kondisi begini aku sangat membutuhkan saran beliau.

Nasib Sang PK - Season 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang