12:: Musuh Semakin Dekat

12.1K 1.2K 42
                                    

⚠LEAVE VOTE AND COMMENTS⚠

"Abang kamu itu bener-bener ya! Udah tau kita mau dinner sama calon perusahaan yang mau kerja sama perusahaan kita dia malah gak hadir! Mau taroh dimana muka Mama!?"

Senyum di wajah gadis itu memudar seketika saat mendengar bahwa acara dinner mereka itu semata-mata hanya untuk urusan pekerjaan. "Vanya pikir, kita bakalan dinner kayak waktu Papa masih ada..."

"Awas aja kalo sampe ada acara penting lagi dia gak hadir, nama abang kamu, Mama coret dari kartu keluarga!" omel Rayssa sembari menyetir mobil pribadinya.

"Sabar, Ma...mungkin Kak Leon lagi sibuk."

"Sibuk balapan? Sibuk mabok-mabokan? Mama tuh heran sama Abang kamu! Kenapa semejak Papa kamu gak ada, dia jadi liar begitu!?"

Vanya hanya bisa menaikkan bahunya acuh lalu membuang pandangan ke arah jendela, melihat jalanan ibu kota yang masih ramai.

Selang tiga puluh menit, mobil yang ditumpangi mereka itu sudah terparkir rapi di parkiran salah satu restoran mewah. Dengan little black dressnya, Vanya turun dari mobil bersama dengan Rayssa yang tampak anggun. Mereka berjalan memasuki restoran tersebut. Setelah menemui salah satu petugas reservasi restoran tersebut, mereka pun berjalan menuju salah satu meja yang berada di restoran mewah tersebut.

"Selamat malam, Pak Chandra." tegur Rayssa ramah sembari menyalami pria yang kira-kira berusia lima puluh tahun tersebut.

"Selamat malam, Bu Rayssa." balas Chandra tersenyum ramah.

"Oh ya, ini istri saya. Ma, ini Bu Rayssa, pemilik perusahaan yang akan bekerja sama dengan perusahaan kita nanti." jelas Chandra dan wanita yang disampingnya itu mengangguk mengerti dan menjabat tangan Rayssa. "Saya, Bu Tessa."

"Dia...anak Bu Rayssa?" tanya Tessa sembari menatap ramah Vanya yang berdiri manis sebelah Mamanya.

"Oh iya, maaf jadi lupa ngenalin. Ini anak saya, Vanya."

Vanya berjabat tangan dengan Tessa sembari senyum. "Vanya, Tante."

"Cantik ya..." Tessa tersenyum yang dibalas senyuman kikuk dari Vanya.

"Vanya, anak tunggal?" tanya Chandra yang dibalas gelengan dari Rayssa.

"Enggak, Pak. Dia anak kedua dan kebetulan Kakaknya tidak bisa hadir malam ini karena sakit." Chandra mengangguk mengerti lalu mempersilahkan Rayssa dan Vanya untuk duduk.

"Ma, Zefan mana ya?" bisik Chandra pada Tessa. Tessa pun melirik sekitar, bermaksud mencari anak laki-lakinya. "Gak tau, Pa. Lama banget ya di toilet."

"Maaf, perut Zefan tadi mu--"

"Nah ini Zefan, anak saya." ujar Chandra sembari memperkenalkan sosok cowok yang tingginya hampir 180 cm tersebut.

Cowok yang bernama asli Vikko Zefano Chandra tersebut tersenyum ramah lalu senyumnya memudar saat melihat sosok gadis cantik yang duduk disamping Rayssa.

"Oh jadi ceweknya Leon itu anak dari pemilik perusahaan yang bakalan kerja sama perusahaan bokap gue? Great. Gue jadi lebih mudah." Vikko tersenyum miring sembari menatap Vanya sedangkan Vanya menatap tajam cowok yang mengenakan tuxedo tersebut.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

"Mau kemana? Nyokap lo kan nyuruh gue buat anterin lo balik." tegur Vikko sembari tersenyum sinis pada Vanya yang berdiri tidak terlalu jauh darinya.

"Gak usah. Gue bisa pulang sendiri." balasnya yang menatap Vikko seakan-akan musuh bebuyutannya.

"Kan katanya lo sakit. Nanti kalo mati ditengah jalan gimana?" sindir Vikko yang membuat Vanya semakin menatap tajam cowok itu.

Untuk Djingga [SUDAH TERBIT, MASIH LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang