56:: Teman Baru

8.9K 1K 71
                                    

⚠LEAVE VOTE AND COMMENTS⚠

Vanya menutup buku kecil yang baru saja ia isi dengan tulisan mengenai isi hatinya. Ia menghela napas pelan dan mata gadis itu menyipit karena sinar matahari cukup mengganggu pandangannya. Saat ini, ia sedang menunggu Leon yang sedang mengikuti kelas tambahan olahraga bagi murid-murid kelas dua belas.

Tiba-tiba saja, sinar matahari yang tadinya mengganggu pandangan gadis itu mendadak menghilang karena tubuh jangkung seseorang yang menutupnya. "Lo gak kepanasan apa? Malah nunggu disini."

"Suka-suka gue lah." balas Vanya sewot.

Elang hendak mendorong kursi roda Vanya menuju dalam koridor namun Vanya menahannya. "Ngapaiin sih? Gue mau disini nontonin Kak Leon!"

"Ya tunggu aja di koridor daripada lo kepanasan gini."

"Gak mau. Minggir lo."

"Kalo gue gak mau?"

Vanya mendengus kesal lalu berusaha mendorong Elang. "Lo tuh ngeselin banget sih! Ganggu gue mulu!"

"Lagian lo jutek banget jadi cewe."

"Ya kalo jutek kenapa masih suka gangguiin gue?! Ribet!" balas Vanya sewot.

"Karena jutek lo yang ngebuat gue tertarik sama lo."

Mendengarnya, Vanya lantas terbahak. "Modus murahan."

"Lah kok ketawa? Gue serius kali. Beberapa akhir bulan ini kan gue berusaha ngedeketin lo." jelas Elang polos yang membuat Vanya lantas mendesis kesal.

"Jangan buang-buang waktu lo cuma buat ngedeketin gue."

"Emangnya kenapa?"

"Gue yakin banyak cewe diluar sana yang mau ngedeketin lo. Lo tinggal pilih salah satu aja tapi gue gak termasuk dari cewek-cewek itu."

Elang menghela napas pelan. "Lo masih belom bisa lupaiin dia?"

Vanya yakin betul dia yang dimaksud oleh Elang adalah Alvito. Elang pernah membahasnya beberapa hari yang lalu namun Vanya lebih memilih untuk tutup mulut.

"Gue bisa bantu lo buat ngelupaiin dia. Lo tinggal ngasih gue kesempatan aja." ucap Elang.

"Apa sih? Gak usah ngomong yang aneh-aneh deh." balas Vanya yang melotot kesal.

"Hehe becanda kok. Cukup kasih izin gue buat jadi temen lo. Bisa?"

Vanya terdiam sejenak sebelum akhirnya gadis itu mengangguk pelan. Ia pikir-pikir Elang itu orang yang baik. Elang sudah beberapa kali membantunya dan Leon juga katanya mengenalnya dengan baik jadi tak masalah. "Sebatas teman."

Elang terkekeh geli. "Sekian lama gue nunggu akhirnya bisa jadi temen lo. Salam kenal, teman baru."

"Ya ya ya, terserah lo. Mau sampe kapan lo berdiri didepan gue?"

"Sampe sinar mataharinya ilang."

Vanya mendesis kesal sesaat mendengar balasan dari Elang. Elang pun berdeham. "Gue denger, dia lagi deket sama anak angkatan gue. Selera dia jatoh jadi sama tante-tante ye?"

Vanya tersenyum kecut. "Gue gak peduli."

"Ah masa?"

"Kalo mau jadi temen gue, gak boleh banyak omong dan gak boleh bahas apapun tentang dia lagi. Ngerti?"

Elang hanya bisa menyengir dan mengangguk. "Iya-iya."

●•●•♡♡•●•●

Untuk Djingga [SUDAH TERBIT, MASIH LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang