⚠LEAVE VOTE AND COMMENTS⚠
Butuh waktu hampir setengah jam lebih karena hujan lebat, mobil Alvito kini memasuki halaman SMA Angkasa Biru. Beruntung pagar sekolahnya itu belum dikunci karena banyak para murid yang terlambat akibat hujan lebat yang melanda. Jam sudah menunjukkan angka tujuh lewat sepuluh menit yang berarti mereka sudah terlambat.
"Gue gak bawa payung. Gue drop lo di depan lobby ya?"
"Trus lo gimana?" Vanya menaikkan alisnya sebelah.
"Gak penting. Turun gih. Tutup kepala lo make jaketnya." Mobil milik Alvito sudah berhenti di depan lobby sekolahnya. Dengan berat hati, Vanya turun meninggalkan Alvito di dalam mobil. Setelah ia memarkiran mobilnya dengan benar, kini Alvito bersiap untuk menerobos hujan.
Hanya perlu waktu cepat, Alvito sudah berada di lobby SMA Angkasa Biru dengan bajunya yang agak basah dan rambutnya yang basah. Baru saja cowok itu berbalik, ia dikagetkan dengan gadis yang tingginya hanya mencapai dagunya itu. "Shit. Lo ngangetin gue, Nya. Kenapa masih disini?"
"Nih." Vanya memberi tisu yang terkemas dalam kemasan plastik hello kitty.
"Buat gue?" Vanya menatap Alvito tajam yang membuat Alvito menerima tisu tersebut sambil menyengir. "Hehe. Galak amat si."
"Bodo." Vanya berjalan memasuki gedung sekolahnya, meninggalkan Alvito di lobby sekolah begitu saja.
Alvito menatap tisu berkemasan hello kitty yang baru saja diberikan oleh Vanya. Cowok itu tersenyum sembari menatap punggung Vanya yang lama kelamaan menghilang dari pandangannya.
"Lucu." Alvito mengambil selembar tisu tersebut untuk membersihkan wajahnya yang sedikit basah karena air hujan.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Jam pelajaran pertama dan kedua kosong karena gurunya yang berhalangan hadir akibat hujan yang masih terus deras disertai petir yang menyambar. Vanya menenggelamkan wajahnya di atas meja, berusaha menyingkirkan memori tragis yang terus menghantui gadis itu. Ia butuh Leon.
"Vanya..." Amel memanggil teman sekelasnya yang duduk dibelakangnya. Gadis yang duduk bersama Bima itu, kini membalikkan kursinya menghadap Vanya yang memenggelamkan kepalanya di atas meja. "Lo sakit, Nya?" tanyanya namun Vanya tidak memberi jawaban.
"Vanya...lo tidur? Atau lo sakit?" Amel kembali bertanya yang membuat Bima yang duduk disebelahnya merasa terganggu. "Heh dewi persik! Berisik tau gak lo!"
"Heh saipul jamil! Gue khawatir nih sama Vanya!" balas Amel melotot pada Bima namun cowok itu sama sekali tidak takut.
Bima menaikkan alisnya sebelah lalu melirik Vanya. "Palingan dia juga tidur."
"Sok tau! Kalo dia tiba-tiba mati gimana!?"
*PLAAK*
Bima mendaratkan toyoran di dahi Amel yang membuat bibir gadis itu maju beberapa senti. "Lo tuh ya! Kasar banget sa--"
"Berisik nih ye dewi persik sama saipul jamil! Gue jodohin mampus lo berdua!?" Alvito yang sedaritadi mendengarkan musik menggunakan earphone kini melepaskannya.
"Dia duluan!" Bima dan Amel saling menunjuk yang membuat Alvito terkekeh kecil.
Akibat perdebatan kecil antara Bima dan Amel, Vanya mendongakkan kepalanya lalu mengucek matanya. Gadis itu beranjak berdiri mengabaikan teman-temannya. Amel yang menyadari akan hal itu lantas bertanya yang membuat langkahnya terhenti. "Bibir lo pucet banget. Lo sakit, Nya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Djingga [SUDAH TERBIT, MASIH LENGKAP]
Novela JuvenilTELAH DITERBITKAN OLEH PENERBIT SUNSET ROAD & PART MASIH LENGKAP. Trigger Warning: Child Abusive Untuk Djingga, gadis dengan senyuman manis yang memantulkan keresahan yang bertumpang tindih dengan luka lain. Untuk Djingga, gadis dengan iris mata be...