36:: Isn't It Obvious?

10K 1K 204
                                    

⚠LEAVE VOTE AND COMMENTS⚠

Karena hari ini adalah hari sabtu dan sekolah libur seperti biasanya, Alvito baru saja terbangun karena kasurnya yang terus bergoyang-goyang akibat dua anak kembar yang berusia empat tahun itu berloncat kesana-kemari untuk membangunkan kakak sepupunya itu.

"Ethan, Nathan!!" tegur Alvito yang pada kedua anak kembar itu.

"Hai, Bang!" sapa kedua anak kembar itu dengan memberi cengiran yang persis dengan Ayahnya, Zildan.

"Kalian ganggu abang lagi tidur aja deh." decak Alvito yang mengucek kedua matanya malas.

"Udah siang tauuu! Matahali udah telbit!" balas Ethan yang membuat Alvito mengerutkan dahinya bingung.
"Emang sekarang jam berapa?" tanya Alvito yang belum mengecek jam sama sekali.

"Jam tujuh." jawab Ethan namun Nathan memukul kembarannya itu pelan. "Ethan nda bisa baca angka ya? Itu jam cepuluh tau!"

"Ih apa si Nathan! Itu jam tujuh! Nathan aja yang nda bisa baca angka! Papa kan udah ngajalin tahu!" balas Ethan yang tak mau kalah.

Mendengar perdebatan antar anak kembar berusia empat tahun itu membuat Alvito lelah. Cowok itu pun melemparkan pandangannya pada jam dinding yang tertempel pada tembok kamarnya. Rupanya masih jam delapan.

"Ih kalian berdua gimana sih. Itu jam delapan tauuuuuuu." ujar Alvito gemas dengan dua bocah yang berada di kasurnya itu.

Ethan dan Nathan mengerucutkan bibirnya bersamaan. "Ethan salah tuh!"

"Nathan juga!"

"Tapi kan Ethan duluan yang salah!"

"Nathan juga!"

"Ethan juga!"

"Ih, Nathan!"

"Ethaaaaan!"

"Nathaaaaan!"

Gemas, tangan Alvito terulur untuk mencubit pipi kedua bocah itu hingga terdiam. "Adu atit!"

"Biarin. Biar kalian diem."

"PAPAAAAAAAAA BANG PITO JAHAAAAAT!" adu Nathan dengan suara melengkingnya.

Tak butuh waktu lama, Zildan yang tadinya sedang bermain catur dengan Bintang membuat pria itu menghampiri ke sumber suara yang berasal dari kamar Alvito.

"Apa lagi si dek?" tanya Zildan.

"Itu!"

Spontan, Alvito melepaskan tangannya dari kedua pipi adik sepupunya itu. "Hehe...hai Om jil. Apa kabs yo? Long time no see. Kangen yeu?"

"Long time no see pala lu bau kencur. Lo kan ke rumah gue seminggu yang lalu." balas Zildan yang sudah lelah dengan keponakannya yang satu itu.

"Udah ah cepet mandi, To. Kita mau ke Ancol." ucap Zildan yang membuat Alvito dan kedua bocah kembar itu bingung.

"Ngapaiin ke Ancol?" tanya Alvito yang sebenarnya malas.

"Ngeliat jelapah lah, Bang!" balas Ethan polos yang mengundang gelak tawa dari Nathan. "Ethan gimana si! Mana ada jelapah di Ancol. Ethan gimana si belajalnya kok gak benel? Makanya kalo belajal tuh jangan sama Papa! Belajal tuh sama Mama!"

"Yah. Padahal Ethan pengen ketemu jelapah."

"Hih kenapa gue punya anak gini amat dah?" gerutu Zildan kesal lalu ia menghampiri kedua anak kembar itu.
"Ayo."

"Gak mau!" balas Ethan dan Nathan bersamaan.

"Kenapa?"

"Ethan sama Nathan mau disini aja sama Bang Pito! Papa ke Ancol sendilian aja!" balas Ethan yang kini bersembunyi di balik punggung Alvito.

Untuk Djingga [SUDAH TERBIT, MASIH LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang