Extra Part (2)

12.7K 966 84
                                    

Play music on mulmed!

Gotta Be You by One Direction.

⚠️LEAVE VOTE AND COMMENTS⚠️

"Kamu pas nikahan Kak Vira balik jam berapa sih emangnya?" tanya Vanya ketika ia sudah berada di dalam apartement milik Alvito.

"Dua." jawab Alvito sembari menyenderkan kepalanya diatas sofa ruang tamu apartementnya.

"Pantesan drop." Vanya terlihat melepaskan jaketnya lalu ia berjalan pelan mendekati Alvito. Ia pun mendaratkan telapak tangannya pada dahi Alvito. "Istirahat di kamar aja. Nanti aku buatin makanan."

Alvito menghela napas pelan lalu ia menurutinya. Pria tersebut melangkahkan kakinya memasuki kamarnya. "ACnya jangan dinyalaiin. Awas aja sampe dinyalaiin." pesan Vanya sembari menutupi tubuh pria itu dengan selimut tebal.

Selang dua puluh menit kemudian, wanita yang mengenakan kaos putih tersebut membawa nampan berisikan bubur buatannya dengan segelas air putih hangat. "Al, bangun. Makan dulu, minum obat, abis itu tidur lagi."

Mata Alvito masih terpejam dan enggan terbangun. Vanya pun menepuk pipi pria tersebut. "Al sayang..."

Mata Alvito pun terbuka seketika mendengar kata sayang. Vanya mendengus geli. "Giliran dipanggil sayang baru melek."

Dengan bibir pucatnya, pria tersebut tersenyum. "Hehe."

"Makan dulu. Abis itu minum obat, baru tidur lagi."

Selang tiga puluh menit kemudian, mangkok yang berisikan bubur tersebut akhirnya telah kosong yang membuat pria tersebut meminum obatnya. "Aku cuci mangkok dulu. Kamu tidur ya. Jangan main hape Dan jangan nyalaiin AC. Oke?"

"Cium dulu dong."

"Ih apa sih kamu?"

"Biar aku sembuh..." rengek Alvito yang membuat Vanya mendengus geli. "Gak ada hubungannya."

"Ada."

"Gak ada, Al."

"Yaudah, aku gak mau tidur. Aku mau main hape aja. Atau nonton TV." balas Alvito yang melipat tangannya pada dadanya.

Vanya menghela napas pelan lalu wajahnya perlahan mendekati pipi pria tersebut. Bibirnya pun mendarat dengan sempurna pada pipi pria tersebut. Senyum pada Alvito pun tak dapat disembunyikan lagi. "Asik! Pipi kanannya belom nih."

"Gak ada! Sana tidur." balas Vanya yang kini beranjak berdiri sembari membawa nampan berisikan mangkok kosong. Wanita itu pun bergegas keluar dari kamar meninggalkan Alvito dengan senyum yang tak pernah pudar.

Setelah memastikan mangkok telah tercuci, wanita itu mendaratkan bokongnya pada sofa ruang tamu. Tangannya pun terulur untuk menekan tombol power pada remote TV. Namun, suara ponselnya yang berdering membuat wanita itu mengalihkan perhatiannya.

"Iya, Kak. Vanya nginep semalem doang deh di rumah Alvito. Dia lagi sakit. Iya. Iya, gak bakal aneh-aneh. Iya ih bawel! Vanya udah gede! Iya, Abangku yang paling ganteng--Iya buset dah! Bye."

Vanya menghela napas pelan tatkala memutuskan panggilan tersebut. "Udah gede, masih aja."

°•°•°•°

Mata wanita yang terpejam itu perlahan terbuka. Rupanya, fajar telah menyapa bumi menandakan malam terganti menjadi pagi. Baru saja wanita itu hendak beranjak, ia menyadari akan pinggangnya yang terlilit oleh sebuah tangan kekar. Dengan kerutan pada dahinya, ia mencerna apa yang dilihat olehnya saat ini.

Untuk Djingga [SUDAH TERBIT, MASIH LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang