48:: Bolos

8.6K 1K 92
                                    

⚠LEAVE VOTE AND COMMENTS⚠

Alvito yang sudah mengenakan seragam sekolah kini menuruni anak tangga rumahnya dengan wajah datar dan tak seperti biasanya. Kakinya kini menghampiri laci yang berada di ruangtamu bermaksud untuk mengambil kunci motornya namun sayang, benda yang dimaksud tak berada di dalam sana. "Ma, kunci motor Vito dimana?"

Bulan yang sedang merapikan dasi milik suaminya—Bintang kini melirik anak bungsunya. "Ada di laci biasa."

"Gak ada, Ma."

"Cari yang bener dulu."

"Gak ada, Mama."

Mendengar kebiasaan anaknya, wanita itu mendengus kesal lalu tak sengaja menarik dasi suaminya terlalu kencang yang membuat Bintang terkejut. "Adaw! Napa jadi Papa yang kena sih, Ma?!"

"Eh maap,nanti Mama benerin lagi. Mama mau urusin anak Papa dulu tuh." ucap Bulan yang kini menghampiri Alvito.

"Sampe Mama ketemu, awas ya. Mama potong duit jajan kamu." tegur Bulan yang kini membuka laci sedangkan Alvito hanya bergumam.

"Ini apa?!" Bulan menunjukkan kunci motor milik Alvito yang membuat cowok itu tertegun. Setiap Ibu memang mempunyai kemampuan untuk memunculkan benda yang tidak ada. "Tadi gak ada. Yaudah, Vito berangkat dulu."

"Bentar. Ngapa muka lo gitu dah? Trus kenapa jadi make motor? Gak nganter Vanya emangnya?"

"Ngga." jawab Alvito yang kini mengambil alih kunci motornya dari genggaman Ibunya.

"Berantem ye?" cibir Bulan yang menahan anaknya untuk pergi.

"Vito lagi males ngomong. Mau berangkat dulu. Dah Ma, Pa." ucap Alvito yang hendak berlalu.

"Males ngomong tapi malah ngomong." cibir Bulan yang membuat Bintang menegur. "Ma."

Bulan pun menyengir lalu melepaskan tangannya yang mencegah Alvito. "Yaudah. Sarapan dulu nanti kelaperan."

"Nggak usah." Alvito pun berlalu meninggalkan orangtuanya yang membuat Bulan mengerutkan dahinya bingung begitupula dengan Bintang. "Dia kenapa sih, Pa?"

"Pasti berantem sama Vanya nih. Kaya kita waktu dulu."

"Emang kita pernah berantem?" cibir Bulan.

"Itu yang sampe nangis trus putusin aku siapa ya?" cibir Bintang yang membuat Bulan terbahak.

Disisi lain, Vanya sudah duduk di kursi penumpang depan dalam mobil milik Rayssa yang akan dikemudikan oleh Leon. Ia menunggu Leon yang harus kembali ke rumah untuk mengambil hapenya yang tertinggal. Gadis itu menatap sendu pagar rumah Alvito yang berada disamping rumahnya.

Namun kemudian, dalam pandangannya terdapat sosok cowok yang membuka pagar rumah. Cowok itu sadar akan kehadiran Vanya yang berada dalam mobil karena kaca jendelanya yang bening. Sayang, Alvito hanya meliriknya sekilas tanpa mengukir senyum sedikit pun. Ia kembali menaiki motornya lalu melajukan motornya keluar dari rumahnya. Gadis itu menghela napas pelan dan menatap sendu motor hitam yang kini telah menghilang dari pandangannya.

Kini, Leon sudah kembali dan duduk di kursi pengemudi dengan seatbelt pada tubuhnya. Ia hendak mengubah gigi mobil yang berada pada letter 'P' menjadi 'D' namun Vanya menahannya. "Kak Leon temenin Vanya ya?"

"Iya ini kan gue lagi nemenin lo."

"Bukan."

"Trus apa?"

"Temenin Vanya gak sekolah. Kita jalan-jalan keliling Jakarta aja."

"Lo mau bolos?!"

Vanya mengangguk. "Sekali ini aja. Please?"

Untuk Djingga [SUDAH TERBIT, MASIH LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang