3:: Alvito Ketauan

18.9K 1.5K 67
                                    

SI GANTEEENG ALVITO ADA DI MULMEED

⚠SORRY IF THERE ANY TYPO(S)

"ALVITO LEOPALD SAMUDRA!!!!!!!!"

Suara cempreng yang berasal dari Alvira--Kakaknya Alvito yang kini sedang menempuh jenjang S2nya di salah satu universitas terkenal di Ibu Kota itu membuat Bulan dan Bintang meringis pelan karena suara anaknya yang cukup nyaring.

"Aduh Ma, anak lu congornya nurun lu banget!" Bintang menutup telinganya dengan bantal sofa.

"Eee Sule! Anak gue juga anak lo!" Bulan menjewer telinga suaminya kesal.

"ALVITO, BALIKIN ROLL GUE!" Alvira melipat tangannya di dada dari lantai dua menatap Alvito yang duduk di lantai sambil mengemil pisang goreng buatan Mamanya.

"Udah gue jual!" balas Alvito cuek yang membuat sendal rumah Alvira mendarat tepat di kepalanya. "ADAW! MOMSKI, KAK VIRA JAHAT!" Alvito duduk diantara Bulan dan Bintang yang sedang menikmati tontonan TV favorit mereka.

"Eee nyempil aje lo kayak upil. Sono! Ganggu Papa lagi pacaran aja!" Bintang menyentil dahi anaknya gemas.

"Tau lo! Ganggu aje! Kak, sini Kak! Bawa adek kamu kemana gitu kek!"

Alvira tersenyum senang lalu gadis itu menghampiri Alvito yang bersembunyi dibalik Bintang. Ia meraih telinga Alvito lalu menjewernya. "Sini lo, Sule! Ngumpet mulu. Lu kira gue ngajak lo main petak umpet!?"

"Eeee iya ampun, Kak! Rollannya udah gue jadiin mainan buat anjingnya Pak RT."

Mendengar itu, lantas Alvira makin gemas sehingga jewerannya makin kuat. "ADAW! MOMSKI, ANAKMU YANG GANTENG INI DISIKSA!"

"Percuma ganteng tapi otaknya miring." cibir Bulan yang mengundang tawa dari Alvira maupun Bintang.

"Udah udah. Kasian adeknya dijewer mulu. Ganti dong. Dipukul gitu." celetuk Bintang polos yang dibalas pukulan dari Bulan. "Astatank ngomongnya! Suka bener. HAHAHAHAHAHA."

Alvito memandang keluarga kecilnya iba. "Ya Lord, mengapa aku berada di tengah-tengah keluarga langka seperti ini?"

🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼

Alvito tidak bisa tidur malam ini. Tangan cowok itu masih memegang remot TV dengan pisang goreng yang tersisa. Dengan keadaan shirtless, mata cowok itu fokus dengan layar TV yang menayangkan film The Divergent kesukaannya. Perutnya yang kotak-kotak--hasil ajaran Papanya itu ia pamerkan tanpa sehelai benang pun. Pasti bila cewek yang melihatnya, mungkin akan khilaf. Khilaf untuk menendangnya dari dunia ini.

*jrenggg*

"Mampus! Itu siapa yang mainin gitar tengah malem gini!?" Alvito meletakan piring berisikan pisang goreng itu di meja lalu cowok itu menarik bedcovernya.

Lagi dan lagi, alunan gitar yang indah itu berhasil terdengar di telinga Alvito yang membuat cowok itu sedikit merinding. Namun sedetik kemudian, Alvito menepuk dahinya keras.

"Itu kan Vanya." gumamnya saat mengingat bahwa tetangganya itu sering memainkan gitar tengah malam di balkon kamarnya.

Karena balkon kamar Alvito dan balkon kamar Vanya bersebrangan, cowok itu dapat mengintip aktivitas Vanya dari balik jendelanya. Ia pun bergegas turun dari kasurnya lalu mendekati jendelanya. Ia mengintip dari celah tirai, dan terlihat gadis yang berwajah jutek namun manis itu memainkan jari-jarinya di senar gitar yang membentuk suara yang indah.

"Aduh bidadari tengah malem...indah banget dah!" gumamnya tersenyum kecil melihat Vanya memainkan gitar padahal waktu sudah menunjukkan sebelas malam.

Untuk Djingga [SUDAH TERBIT, MASIH LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang