Epilog

13.5K 1.2K 395
                                    


Saat fajar menyapa bumi
Ku berharap kau berada disini
Saat senja menyapa bumi
Ku berharap kau kembali

Musim pun berganti
Rindu ini masih setia mengunjungiku
Kumohon, bantu aku
Sebab rindu ini kian merekah

Aku tidak munafik.
Aku rindu senyuman manis yang terukir pada wajahmu
Aku rindu tawamu saat hal konyol terjadi dikala kita bersama
Aku rindu gerutu kesalmu dikala aku mencubit pipi meronamu

Tangan tersebut akhirnya terhenti untuk menulis. Terlihat cowok yang mengenakan kaca mata serta jas yang tampak sempurna pada tubuhnya perlahan menutup buku tersebut. Ia menatap sampul buku tersebut yang tertulis "Untuk Djingga."

"Hampir sepuluh tahun, Nya," gumamnya tatkala tangannya membuka foto dimana terdapat gadis cantik yang ia abadikan sepuluh tahun yang lalu.

Suara dering ponsel membuat pandangan cowok tersebut teralih. Ia pun meraih ponselnya dan menerima panggilan yang berasal dari kakak perempuannya itu.

"Heh pengacara muda! Dimana sih lo?! Kakak lo mau tunangan nih! Jangan sampe gue seret ke hotel make truk yang rodanya ada delapan ye!"

Ia pun menjauhkan ponselnya dari telinganya akibat suara milik kakaknya yang melebihi penonton bayaran. "Iya, gue mampir ke kedai es krim. Sorry."

"Astaga dragon ball! Lo udah umur dua puluh lima tahun masih aja ke kedai es krim!"

"Ya maap. Namanya juga Alvito, tak kenal umur dan malu."

"Bodo amat! Dalam waktu setengah jam lo gak kesini, gue gak undang lo ke kawinan gue taon depan! Liatin aja."

"Aduh iya, bawel. Gue kesana sekarang." Alvito pun beranjak berdiri dan mengambil tas kerjanya. Pandangannya pun teredar sekeliling kedai tersebut.

Rasanya masih sama walau gak ada kamu disini.

°•°•°•°

"Congrats ye lo berdua!" seru Alvito sembari menyalami calon kakak ipar serta kakak perempuannya itu.

"Makasih, adek ipar. Cepet-cepet nyusul ye lo." balas pria yang bernama Kevin yang notabenenya tunangan Alvira.

"Semoga dia balik ke Indo ya biar lo gak jadi bujangan seumur hidup!" ledek Alvira yang membuat Alvito mendesis kesal.

"Aduh Vira, jangan diledekin adek kamu. Nanti dia ngambek gak mau kawin gimana?" cibir Bulan yang tampak masih terlihat cantik walau umurnya yang tak lagi muda.

"Kawinin aje sama kambing, Ma," celetuk Bintang yang membuat mereka tertawa sedangkan Alvito mendengus kesal. "Udah sepuluh tahun ledekannya itu mulu! Basi tau gak?"

"Eh udah jangan diledekin terus. Masa pengacara muda diledekin mulu," tegur Alvira yang membuat Alvito memutar kedua bola matanya malas.

"Buah kedondong, buah nangka. Bodo amat," balas Alvito yang berlalu meninggalkan keluarganya yang terbahak melihat tingkah lakunya.

"Vitooooo!!" seru seorang wanita yang memakai heels berwarna nude dan membuat Alvito menghentikan langkahnya.

"Aduh congor lo gak berubah dari dulu!" balas Alvito yang melotot tajam.

"Namanya juga Amel Karina," balasnya yang memberi cengiran kuda.

"Heh kupret! Cowoknya sendiri ditinggal! Laknat bener dah lu!" seru Bima yang terlihat lebih dewasa karena kumis tipisnya.

Untuk Djingga [SUDAH TERBIT, MASIH LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang