"Kamu jadi ke pabrik."
"Jadi, nanti pulang sekolah."
"Dengan dia?"
Aku mengangguk sambil menyeruput es jeruk.
"Sudah ku bilang, dia pasti mau."
"Karena dia baik."
"Baguslah anggapan kamu terhadapnya seperti itu."
"Memangnya kenapa?"
"Berarti kamu enggak terbawa perasaan dengannya."
"Kamu pikir bertahan untuk enggak baper itu mudah?"
"Tapi aku enggak ingin kamu jatuh ke dalam harapan yang sama."
"Iya, aku tahu kamu ingin aku baik."
"Kata siapa? Jangan terlalu percaya diri kamu."
"Kamu selalu khawatir denganku, apa itu enggak cukup untuk buktikan bahwa kamu ingin aku baik-baik saja?"
"Kamu menilaiku sedalam itu." temanku memelukku dan kami menjadi perhatian disetiap sudut kantin.
"Apa sih, kamu buat malu."
"Maaf, aku terbawa suasana."
"Bikin malu saja, ayo kembali!"
"Iya. Iya."
°°°°°°
"Aku pulang lebih dulu ya, aku takut dia meneleponku." izinku pada temanku. Tepat saat dia datang ke kelas.
"Baiklah, selamat bersenang-senang."
"Kamu bisa enggak sih, jangan meledek terus."
"Aku hanya ingin kamu bahagia."
"Aku bingung denganmu, kadang kamu meruntuhkan kebahagianku tentangnya, kadang kamu juga yang semangat kalau aku bahagia dengannya."
"Dan aku juga yang akan membantumu saat terluka karenanya, sudah sana pulang. Kasihan kalau dia telepon enggak ada kamu."
"Baiklah, kamu hati-hati."
"Siap!"
°°°°°°
"Gimana, mau ku jemput sekarang?"
"Kamu tahu rumahku?"
"Nanti ku tanyakan tetanggamu."
"Aku tunggu kamu."
"Baik, aku kesana sekarang?"
"Ya sudah."
Aku menunggunya di depan rumah. Jantungku benar-benar tak konstan.
"Katamu ingin ke pabrik?"
"Aku barang teman Bu."
"Temanmu biasa kesini?"
"Bukan, laki-laki Bu."
"Sekarang kamu sudah kenal laki-laki, ya?"
"Ih, Ibu. Dia kebetulan satu pabrik denganku."
"Ibu tahu siapa yang kamu maksud."
"Dia sudah datang Bu, aku duluan ya."
"Hati-hati, jaga diri."
"Iya, Ibuku."
Aku keluar menyambutnya.
"Kamu tahu rumahku?"
"Tadi aku bertanya-tanya."
"Niat sekali, kamu."
Dia tersenyum.
"Kamu sudah siap?"
"Iya, naik."
"Sudah."
Dia mulai melajukan motor varionya. Rasanya, aku mendapatkan kebahagian yang selama ini aku cari, yang selama ini aku inginkan. Aku mendapatkannya dari dia, dan rasanya, aku ingin bumi berhenti sebentar untuk aku merasakan kedekatan seperti ini.
"Ke rumahku dulu ya, STNK ketinggalan."
"Ya sudah." aku malah senang.
°°°°°°
KAMU SEDANG MEMBACA
Batas
Short Story{Selesai} "Kamu tahu perasaanku saja, cukup." -Aku. "Malah menurutku kamu keren." -Dia. "Laki-laki akan luluh saat perempuannya berjuang!" -Temanku. --- Aku belajar dari dia, bahwa hak sebagai perempuan tidak menghalangi untuk mengungkapkan perasaan...