"Dia janji akan menemuiku." kataku saat temanku bertanya tentang dia.
"Kapan dia mau menemuimu?"
"Aku juga enggak tahu."
"Aku menemanimu sampai dia datang."
"Terima kasih."
Mataku tak fokus pada satu titik, aku terus mencari dari titik satu ke titik lain, dari sudut satu ke sudut lain, dan ku pandangi kelasnya yang berada tepat di depan taman, hanya selisih oleh lapangan luas.
"Kamu yakin dia akan datang?"
"Kalau kamu enggak mau menemani, kamu duluan saja."
"Kamu jadi sensitif begini." temanku terkekeh.
Aku segera mengalihkan pandangaku ke temanku, "maaf, aku terbawa emosi."
"Aku mengerti."
Temanku berkata lagi setelah melihat jam tangannya, "aku ada praktik lab, ku tinggal ya?"
"Iya, enggak apa-apa."
"Benar nih ya?"
"Iya.."
"Nanti selesai praktik, ku datangi kelasmu."
"Untuk apa?"
"Memastikan kamu bahagia atau tidak." dia tertawa dan segera berlari. Temanku sudah hafal reaksiku setelah itu. Lihat saja, aku akan menghabisinya saat dia mendatangi kelas.
"Kamu, sudah lama menunggu?" dia datang, selalu begitu, langsung bertanya, tanpa basa-basi.
"Eh, sudah lama mungkin."
"Kok mungkin?"
"Aku enggak hitung sudah berapa menit aku disini."
"Aku sudah lihat kamu dari kelas. Tapi kamu sama temanmu."
"Jadi kamu sadar aku disini?"
"Sadar. Terima kasih ya, sudah menungguku."
"Aku rindu, maka dari itu, aku rela menunggu."
"Aku percaya rindumu."
"Hanya aku yang rindu?"
Dia tersenyum. Kemudian duduk dan mengalihkan pandangan ke aktivitas bermain bola di lapangan.
"Kamu, enggak sedang bolos pelajaran kan?"
"Kamu lihat saja kelasku, aku tidak suka di kelas. Mereka hanya berbicara hal yang enggak penting, menurutku."
Dia tertawa, "seperti apa?"
"Menggosipkan guru-guru yang mereka enggak suka."
"Kamu enggak seperti mereka."
"Enggak, aku hanya rindu kamu."
Dia tersenyum.
"Guru kelasmu datang." kataku saat melihat guru memasuki kelasnya.
"Santai saja, aku masih mau menemanimu."
Aku diam. Mencerna setiap kalimatnya.
"Kamu enggak sedang beri aku harapan kan?"
Dia tersenyum lagi.
Aku kesal dengannya. Aku butuh jawaban, bukan sekedar senyuman. Tapi seperti aku tidak bisa melawan senyumnya. Aku hanya membalas senyumnya, tanpa menuntut jawaban darinya.
°°°°°°
![](https://img.wattpad.com/cover/106165095-288-k69920.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Batas
Short Story{Selesai} "Kamu tahu perasaanku saja, cukup." -Aku. "Malah menurutku kamu keren." -Dia. "Laki-laki akan luluh saat perempuannya berjuang!" -Temanku. --- Aku belajar dari dia, bahwa hak sebagai perempuan tidak menghalangi untuk mengungkapkan perasaan...