"Sekarang teleponku jarang kamu terima?"
"Aku sedang sibuk akhir-akhir ini." aku merasa suaranya terdengar asing.
"Padahal aku rindu."
"Kamu selalu begitu, menggangguku."
Dadaku tiba-tiba sesak. Dia seperti menusukku dengan sembilu.
"Setiap kali begitu, aku hanya ingin mendapat balasan rinduku." suaraku menjadi naik satu oktaf.
"Kamu jangan menggangguku seperti ini, aku punya duniaku sendiri, aku anak band. Kamu juga bukan siapa-siapa aku, jangan buang waktumu untuk merindukanku."
"Kalau aku punya pilihan, aku juga enggak mau rindu dan suka sama kamu." aku menangis. Aku rasa dia bisa mendengarnya.
"Maaf... Aku enggak pernah mendengar suaramu sekencang itu."
"Aku kecewa sama kamu. Aku hanya ingin jawaban rinduku, tapi kamu seolah mengabaikan."
"Kita bisa ketemu di Warung Kopi?"
"Ini sudah malam, enggak baik aku keluar malam."
"Bagaimana dengan besok?"
"Kamu urusi bandmu saja, enggak perlu urusi rinduku, ini urusanku."
"Ta--"
Aku putuskan sambungan sepihak. Aku ingin menangis sejadi-jadinya. Aku hanya butuh sendiri. Tanpa dia ataupun temanku. Biarlah ini menjadi rahasiaku.
°°°°°°
KAMU SEDANG MEMBACA
Batas
Short Story{Selesai} "Kamu tahu perasaanku saja, cukup." -Aku. "Malah menurutku kamu keren." -Dia. "Laki-laki akan luluh saat perempuannya berjuang!" -Temanku. --- Aku belajar dari dia, bahwa hak sebagai perempuan tidak menghalangi untuk mengungkapkan perasaan...