9. Titah Kaisar

10.2K 825 31
                                    

Sudah hampir satu tahun sejak pernikahan Putra Mahkota yang kini menjadi Kaisar Han dengan Putri Wei Lin yang juga telah berganti status sebagai Permaisuri Han, Kini istana Wei serta istana Jing sama-sama di sibukkan dengan persiapan pernikahan, antara Pangeran Wei Jin dan Putri Xue Yue. Satu hari lagi dan keduanya akan resmi menjadi suami istri,

Bahkan ketika malam tiba, bulan menyambut dan menghiasi langit yang gelap gulita. Semua orang masih sibuk berlarian ke sana sini hanya untuk menghiasi setiap sudut istana dengan warna khas merah untuk pernikahan,

"Xue'er..", Seorang pria muda tengah tersenyum seraya berjalan masuk ke dalam kamar Putri Xue Yue. 

Gadis cantik yang tengah bermain dengan Gu Zhengnya itu mendongakkan kepala dan menatap pria yang tengah berdiri didepannya itu, "Kakak? Belum tidur..?", tanyanya pada pria itu yang tidak lain adalah Pangeran Jing Ke sendiri.

Pangeran Jing Ke mendudukkan diri ke samping sang adik, tangannya menyentuh senar-senar yang ada pada Gu Zheng milik Putri Xue Yue yang belakangan diketahui adalah pemberian Pangeran Wei Jin.

"Mulai besok aku sudah tidak bisa menganggumu lagi, jadi aku tidak bisa tidur dan datang untuk menganggumu terakhir kalinya..", Ujar Pangeran Jing Ke tersenyum aneh pada sang adik.

Putri Xue Yue tertawa, menunjukkan deretan giginya yang  sempurna dan indah, "Kakak bicara apa? Aku akan sering-sering pulang, dan kakak bisa datang ke istana Wei kalau mau..", balas putri Xue Yue pada sang kakak, yakni Pangeran Jing Ke yang langsung menjitakkan jarinya tepat pada kening sang adik, Putri Xue Yue.

Disaat gadis itu meringis, Pangeran Jing Ke justru menertawakannya. Membuat Putri Xue Yue langsung melotot kearah sang kakak sambil mengusapi keningnya yang terasa perih karna jitakkan pangeran Jing Ke barusan,

"Ini tidak lucu kakak, bagaimana jika kening ku jadi punya benjolan? Dan jika sampai itu terjadi kemudian Kak Wei Jin tidak jadi menikahi ku bagaimana?!", Protes Putri Xue Yue pada sang kakak yang mengelengkan kepala pasrah dengan sifat adiknya yang terlalu cerewet.

Menjelang pagi, disaat orang lain masih tidur. Putri Xue Yue sudah selesai mandi dan kini telah memakai baju pengantinnya yang berwarna merah cerah dan duduk di depan cermin serta meja riasnya, para pelayan yang bekerja di istana Jing sejak lama membantunya merias diri.

Meskipun hanya memakai riasan sederhana dan juga perhiasan yang tidak terlalu banyak, Putri Xue Yue tetap saja bak dewi. Kecantikannya memang tidak bisa diragukan lagi, ditambah kulit putihnya yang bagaikan salju di musim dingin. Orang-orang selalu berbondong-bondong mencoba melamar gadis cantik itu, namun Putri Xue Yue tetaplah Putri Xue Yue, gadis kekanak-kanakkan dan sedikit angkuh.

Sebenarnya gadis itu sama sekali tidak ingin bersikap seperti peran antagonis dalam pertunjukkan opera yang biasa ditontonnya di desa-desa terdekat atau ketika perayaan ulang tahun sang ayah, tapi keadaanlah yang memaksanya untuk bersikap seperti itu.

Hingga ketika peran antagonisnya itu telah jatuh cinta pada sang protagonis, yakni Pangeran Wei Jin dari istana Wei. Pria tampan yang mencuri ciuman pertamanya walau baru bertemu dan kenal selama dua hari, meski kedua sering saling berbalas surat secara diam-diam tanpa diketahui kedua belah pihak keluarga.

"Lihat siapa ini..", Ujar seorang wanita paruh baya yang tidak kalah cantiknya dengan Putri Xue Yue.

Mendengar suara wanita paruh baya itu, Putri Xue Yue langsung melirik dari pantulan cermin. Mendapati sosok yang selalu mengomelinya setiap saat, dan juga merupakan sosok yang sangat dia sayangi, yakni sang Ibu, Ratu Jing.

"Ibu..", Panggil Putri Xue Yue pada Ratu Jing yang tersenyum hangat dan lembut pada putrinya.

Dengan tangan yang memegangi bahu Putri Xue Yue, Ratu Jing menatap ke pantulan cermin. Melihat betapa cantik putri satu-satunya, selain memiliki satu orang putra. "Xue'erku sudah besar sekarang, sudah akan memiliki keluarga sendiri. Dia sudah bukan anak kecil yang nakal lagi..",

Putri Xue Yue terkekeh mendengar ocehan ibunya, Ratu Jing. Gadis itu melihat pantulan wajah ibunya dari cermin, mendapati wanita paruh baya itu tengah menangis.

"Ibu..", Lirihnya memanggil sang ibu. "Kenapa kau menangis? Ini hari pernikahan putri ibu, jangan menangis..", lanjutnya beranjak bangun dan mengusap lengan sang ibu, Ratu Jing yang tersenyum sembari menitikkan air mata yang membasahi wajah cantiknya.

"Ini air mata bahagia, Xue'er. Air mata yang hanya akan menetes ketika putra dan putriku menemukan kebahagian mereka sendiri, juga kesedihan karna akan ditinggalkan oleh putri satu-satunya yang sudah ku besarkan sejak dari lahir. Meski dia nakal, tidak patuh tapi dia tetaplah putriku..", Balas Ratu Jing menyentuh lembut wajah Putri Xue Yue yang telah dipoles dengan riasan.

Gadis itu nyaris menangis jika saja Ibunya tidak mencegahnya untuk menangis, dengan alasan akan merusak riasan dan kecantikan putrinya.

"Sudah, waktunya hampir tiba. Sebaiknya kita segera keluar dan menunggu pengantin pria datang menjemput, jangan membuang waktu di sini lama-lama..", Ujar Ratu Jing mengajak putrinya untuk keluar dan berkumpul bersama dengan yang lainnya, di aula istana.

***

"Apa yang ku tuliskan sudah disampaikan?",

Seorang pria tua dengan pakaian khas pejabat istana kekaisaran membungkuk disamping Kaisar Han baru yakni Pangeran Han, Han Liu Heng yang segera diangkat menjadi putra mahkota ketika kelahirannya tiba dan kini sudah hampir setahun dirinya menjabat sebagai Kaisar mengantikan sang ayahanda.

"Menjawab anda, Yang Mulia..",  Ujar pria tua itu yang tidak lain adalah kasim Han. "Titah anda sudah dalam perjalanan ke istana Jing, dan akan segera diumumkan kepada Raja Jing beserta seluruh anggota keluarganya.", Jelas Kasim Han melanjutkan kalimatnya dengan sopan dan penuh dengan rasa hormat.

Kaisar Han tersenyum puas, seringaianpun muncul di wajah tampannya. Kasim Han yang berada di dekatnya bisa merasakan aura kelicikan dari pria muda yang baru menjabat sebagai Kaisar itu, tapi apa daya seorang kasim sepertinya. Tidak mungkin dia menasehati Kaisar Han begitu saja, hal itu bisa dianggap sebagai pemberontakan pada seorang Kaisar.

Disisi lain,

Istana Jing dipenuhi tamu undangan dari ketiga istana lainnya, kecuali istana ke empat yakni Istana Wei sendiri karna mereka merupakan keluarga mempelai pria jadi mereka tidak akan menghadiri upacara di istana Jing dan hanya akan mengadakan upacara tersendiri disana.

Putri Xue Yue terlihat tengah berdiri berdampingan dengan Pangeran Jing Ke yang telah datang bersama rombongannya, disekeliling para tamu berbisik satu sama lain memuji kecocokkan dan betapa sempurnanya pasangan yang berada di tengah aula itu kini.

"Baiklah, Upacara akan kita mulai..", Ujar Raja Jing bersemangat melihat putri kesayangannya itu akan menikah.

Semua orang sudah menanti saat-saat seperti ini, melihat pernikahan antara Pangeran Wei Jin dan Putri Xue Yue.

Tapi perhatian semua orang terpaku kearah pintu aula yang terbuka dan terlihat beberapa orang yang dikenali sebagai orang-orang dari istana kekaisaran, di lihat dari pakaian mereka juga tentu saja. 

"Dengarkan titah kaisar!", Seru Seorang pria yang berdiri ditengah-tengah diantara dua orang lainnya yang mana satunya memegangi nampan berisi gulungan.

Tbc.

:V sengaja nih

[COMPLETE] Being Emperor MistressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang