10. Laskar Kasmaran
Dari awal masuk ke kelas hingga sampai jam pelajaran keempat tiba, Laskar sama sekali belum melunturkan senyumnya. Entah apa yang ada di fikirannya, yang jelas Langit, Wawan dan Edo menganggap bahwa Laskar sudah gila. Gila oleh senyuman Pelangi. Guru pelajaran PKN tidak masuk, membuat Laskar semakin gencar tersenyum, melamun dan tertawa sendiri.
"Ke bascamp, yuk? Gue jijik banget asli ngeliatin Laskar lagi kasmaran." ujar Wawan yang sudah muak dengan apa yang dilakukan oleh Laskar.
Langit dan Edo menyetujui. Tanpa menunggu bel istirahat berbunyi, ketiganya keluar dari kelas. Sudah biasa memang, mereka bersikap seenaknya. Jadi, para murid lain yang melihat Langit dan kawan-kawan keluar bersikap biasa saja. Bahkan Ketua Kelas pun mengabaikan itu. Kecuali Milli, dia pasti akan mencegat Langit, jika pujaan hatinya itu keluar dari kelas. Tetapi akhir-akhir ini, gadis centil itu tidak pernah terlihat di kelas.
"Las, group lo pada keluar, noh.. Nggak ngikut?" tanya murid bernama Okah, duduk didepan meja Laskar.
Pandangan menerawang wajah Pelangi pun berhamburan. Laskar melirik Okah dengan satu alis terangkat. Masih tersenyum, Laskar bertanya. "Kemana?"
"Bascamp."
Setelah menepuk bahu Okah beberapa kali, sebagai tanda pamit, Laskar beranjak dari kursinya dan keluar. Langkah kakinya tidak terlihat buru-buru, namun belum penuh satu menit ia sudah ada didepan jendela yang biasa digunakan untuk masuk. Jendelanya tertutup. Laskar merogoh saku celana, mengambil ponsel lalu mengirimkan pesan pada Langit untuk membukakan jendela.
Beberapa detik kemudian, entah benda apa yang mengenai kepalanya sehingga membuat Laskar merasa pening. Menyimpan kembali ponselnya, Laskar mendongak dan ternyata jendela yang dibukakan oleh Langit telah mengenai kepala sisi kanannya. Laskar mengumpat kesal sambil tangannya menggeser kursi untuk dirinya naiki.
"Minggir lo!" ketus Laskar pada Langit. Sekarang wajah berseri-seri Laskar sudah hilang dan berganti dengan masam setelah kejadian mengesalkan tadi.
"Jangan lupa, senyum." ledek Langit lalu kepalanya menghilang kebawah.
Tidak menyahut ledekan itu, namun Laskar kembali tersenyum. Dia hampir lupa bahwa sekarang ia dalam keadaan hati senang. Sambil tersenyum, Laskar mengupayakan dirinya masuk ke jendela kotak itu hingga kaki tingginya menempel pada meja didalam gudang. "Hai, kawan." sapanya seraya duduk diatas meja bersama Langit.
"Lo kenapa senyum terus sih, Las?" tanya Edo, nada suaranya seperti orang kesal walaupun kini dalam keadaan memakan kacang kulit.
"Gue lagi happy, jadi gue senyum."
"Ya nggak sampai senyum terus begitu, kali! Nggak capek apa bibir lo di lengkungin terus?!" sahut Wawan. "Bahagia karena apa sih, lo?" lanjutnya dengan mengajukan pertanyaan.
"Lagi kasmaran dia." celetuk Edo.
Pertanyaan itu dibalas Laskar dengan kekehan aneh. Kepalanya ia tengadahkan keatas, memandang sawang-sawang hitam disana yang membuat matanya sepet. Lalu Laskar menolehkan kepala kearah Langit sekilas, untuk melihat keadaan teman sebangkunya itu. "Lo tahu banget sih, Do kalo gue lagi kasmaran. Kalian tahu, siapa yang bikin gue jadi orang gila begini?"Wawan dan Edo saling pandang lalu menjawab bersamaan, "Pelangi!!" lalu membuang muka kearah lagi secara bersamaan.
Sedangkan yang dilakukan Langit hanyalah diam membisu. Tangannya sibuk mengupas kacang tanpa niat memakannya. Ia mengumpulkan isi kacangnya di meja dan sesekali dimakan tanpa izin oleh Laskar. Pandangannya mengarah kedepan pada dinding bercat kuning pucat. Dengan fikiran menebak-nebak apa yang ada di fikiran Laskar saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sightless
Teen Fiction"SIGHTLESS" (Pelangi, Gadis Buta Tanpa Talenta) BLURB; Hitam, gempal, jelek, kumuh, miskin dan dia buta. Namanya Pelangi, gadis buta tanpa talenta. Ibunya hanya ART di rumah seorang anggota DPR dan dia setiap hari ikut bekerja. Disana...