Chapter 16 : Malam Ini

4.7K 311 7
                                    

       Hanya Laskar yang membuat Pelangi bisa merasakan bagaimana rasanya malam mingguan. Hanya Laskar yang mampu membuat Pelangi tersenyum, merona, dan gelisah disaat yang bersamaan. Dan hanya laki-laki itu yang bisa membuatnya selalu bahagia, berharga serta dianggap ada. Semua yang Laskar lakukan selalu membuatnya selalu senyum dan bahagia.

        Malam minggu ini, dengan menggunakan T-shirt bertuliskan Anak Medan pemberian dark  Lala yang dipadukan bersama celana hitam, Pelangi memberanikan diri menyetujui ajakan dari Laskar yang mengatakan bahwa malam ini mereka akan malam mingguan.

        Laskar sendiri sudah duduk di ruang tamu, ditemani oleh Ratih. Ketika Pelangi muncul, Laskar segera berdiri dan mematung seketika.

Anggap saja ia berekspresi berlebihan, tapi nyatanya ini adalah pandangan yang sangat berlebihan. Cantik natural dan pakaian sederhana. Pelangi itu sempurna. Cantik luar dalam. Hatinya mulia dan memiliki senyum memikat. Hanya orang bodoh saja yang bilang bahwa Pelangi itu jelek. Ya, contohnya seperti Langit. Laskar tahu, Langit memang bodoh.

        “Laskar?” panggil Pelangi.
        Mata Laskar mengerjap beberapa kali, dia tersadar. “Em, Bu saya mau ngajak Pelangi jalan-jalan keluar, boleh nggak?” tanyanya Pada Ratih.

        Ibu Pelangi terkekeh melihat rauh kecanggungan Laskar. Anak laki-laki yang biasanya setiap bertemu dengan Pelangi selalu memberi gombalan receh, saat meminta izin bisa setegang itu wajahnya. Beliau mengangguk, memberi pesan pada Laskar, “Pulangnya jangan malam-malam ya, Le. Jaga anak Ibu.”

        “Iya, Bu. Kami pamit dulu.” keduanya mencium punggung tangan kanan Ratih.

        Setiap berjalan, jemari Laskar setia menggengam erat pergelangan tangan kanan Pelangi. Dia belum melepasnya, sejak keluar dari rumah Pelangi. Keduanya berjalan beriringan, menelusiri kompleks. Laskar akan membawa Pelangi ke sebuah tempat. Bukan tempat mewah dan mahal. Hanya taman di pinggiran jalan.

        Awalnya Laskar akan membawa Pelangi ke restoran milik Mamanya, tetapi ide itu di bantah langsung oleh Wawan dan Edo, ketika ia meminta pendapat. Wawan bilang, Laskar cukup membawa Pelangi ke tempat sederhana saja, namun mengesankan. Dan Edo menambahkan, tempat sederhana tapi mengesankan adalah taman. Jadilah Laskar kini membawa Pelangi ke tempat itu. Semoga saja acara malam mingguannya berjalan lancar tanpa hambatan apalagi rintangan.

        “Kita duduk disini,” kedua tangannya menggiring Pelangi untuk duduk di kursi panjang berwarna putih. Lalu dirinya duduk di sebelah Pelangi.

        “Ini dimana Laskar?”

        “Taman pinggir jalan, hehehe. Nggak apa-apa kan?”

        “Taman? Aku suka taman. Makasih, Laskar.”

        “Iya, sama-sama cinta...” Laskar mencubit kedua pipi Pelangi, membuat pipi itu merona merah.

        Tangan kanan Laskar beralih untuk memeluk bahu Pelangi. Dia ingin sekali melakukan hal itu sejak perasaannya mulai suka pada gadis buta pemilik senyum manis itu. Dan akhirnya tercapai, walau harus menunggu waktu lama dan penuh pengorbanan. Pengorbanan bolos dan bolak-balik naik motor yang mengakibatkan dompet tipis karena harus mengisi bensin. Itu tidak masalah bagi Laskar, yang terpenting kini dia bisa bersatu dengan Pelangi, dengan hubungan bernama pacaran.

        “Pelangi, aku cuma pengin bersama kamu dalam dua waktu.”

        Dahi Pelangi mengernyit. “Kenapa?”

        “Waktu sekarang dan selamanya. Kamu mau kan, selamanya sama aku?”

        Hampir saja jantungnya copot. Ternyata Laskar sedang berada dalam mode penggombalan. Pelangi kira, Laskar akan meninggalkannya, karena laki-laki itu ingin bersamanya hanya dalam dua waktu. Senyum Pelangi terulas. Kendaraan mobil, motor dan para pengguna jalanan lainnya telah menjadi saksi kata-kata kesetiaan seorang Laskar kepada Pelangi. “Makasih Laskar. Selama ini aku tidak pernah mengalami rasa bahagia berkelebihan, setelah Ayahku meninggal.” ucap Pelangi. Ia teringat pada sang Ayah.

Sightless Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang