2| Unexpected🙈

5.4K 288 5
                                    

Oh i've been shaking i love you when you go crazy

There's Nothing Holdin' Me Back
Shawn Mendes

Enjoy the second chapter😘

🎼🎼🎼

Sepertinya ada yang terlewat. Oh ya! Ternyata kemarin Mozza belum menceritakan alasan ia sedikit marah pada Bhayang, yang membuat Bhayang meminta maaf.

Hari Minggu tepatnya, Bhayang sudah berjanji akan menemani dirinya pergi ke toko buku. Yah, tapi mau bagaimana lagi pada akhirnya Mozza berangkat sendiri ke toko buku. Bhayang hanya lupa. Ya, hanya lupa bahwa mereka punya janji.

Mozza juga tak bisa marah hanya karena alasan itu. Seandainya Bhayang lupa karena berkumpul bersama temannya, mungkin Mozza bisa marah. Tetapi Bhayang bermain voli, dan itu adalah persiapan bagi Bhayang yang hendak masuk turnamen.

Ah, mana mungkin juga seorang Mozza bisa marah pada Bhayang? Cowok yang berhasil membius dia saat pertama kali menjajal apa itu MOS ala SMA. Dulu mereka satu kelompok. Jadi, ya entah bagaimana Mozza kesemsem sama cowok jangkung dengan rahang tegas itu.

Bagi Mozza, berpacaran dengan Bhayang membuat hidup Mozza yang awalnya datar saja menjadi ada manis-manisnya. Tidak ada kegiatan yang spesial setiap hari sebelum dia resmi berpacaran dengan Bhayang. Makan, tidur, belajar, nonton tv, diganggu Bang Rade, dan nonton oppa-oppa di Youtube.

Dan sekarang, Mozza tengah serius fokus pada acara televisi yang menayangkan musik-musik terbaru. Bahkan untuk sekedar berkedip pun Mozza sayang. Takut melewatkan barang sedetikpun acara musik itu.

"Dorrrrr!"

"Nggak kaget." Mozza akhirnya melirik Rade yang mengambil tempat duduk di sampingnya, membuat sofa maroon berkapasitas 4 orang itu  merangsek ke dalam.

Dengan keripik tempe di tangan, Rade asik kriuk-kriuk seraya ikut menonton tv juga.

"Pacar lo nggak ngapel Moy?" Sungguh, Mozza hampir tersedak ludah sendiri. Sedikit menoleh, dia menyipitkan mata pada Rade. Sedikit tercubit dengan pertanyaan barusan.

"Ngeledek Bang?" Rade kan pasti paham, umur pacaran ala Bhayang Mozza sudah 5 bulan. Dan itu, tanpa apel ke rumah sama sekali. Salah Mozza juga sih yang tak pernah meminta pada pacarnya untuk datang ke rumah.

Paling pol juga Bhayang mengajak Mozza joging pagi-pagi. Habis itu Mozza akan pulang ke rumah sendirian, dan Bhayang bermain voli di lapangan kompleks bersama teman-temannya. Termasuk di dalamnya ada Eja, Rendi, juga Bang Rade.

Hidup Mozza seakan dikelilingi oleh cowok-cowok penggemar bola voli.

Acara musik sudah tak menarik lagi. Perasaan Mozza agak gundah. Seperti bukan dirinya yang biasanya tidak ambil pusing masalah seperti ini.

Tapi kenapa mendadak Mozza memikirkannya? Kenapa Bhayang tak pernah berinisiatif main ke rumahnya? Ah, bahkan bahasa Mozza masih terlalu polos.

Mozza ingin curhat pada Abangnya yang sudah merasakan asam garam pacaran. Njirr bahasanya. Dengan berat hati, Mozza membenarkan posisi duduk supaya berhadapan dengan Rade. "Kok Bhayang nggak mau ngapel ya Bang?"

Rade tertawa mengejek. Panas sudah hati Mozza. Salah dia juga memilih tempat curhat macam Rade. "Lo aja yang nggak cocok di apelin Moy. Entar dikira orang Bhayang adik kakak sama lo."

Mozza mendelik kesal, bibirnya mengerucut. Memang sih jika disandingkan dengan Bhayang, Mozza hanya setinggi dada Bhayang. Jadi, Mozza malah lebih mirip anak SMP dari pada SMA.

Gen pendeknya tak tahu datang dari mana. Mama Tari cukup tinggi, karena dulunya model catwalk. Papa Ganta tinggi juga karena profesinya pilot. Rade masuk kategori sangat tinggi. Mungkin keseringan loncat-loncat pas smash bola kali ya?

Ini kenapa yang kebagian pendek cuma Mozza?

"Terus biar nggak dikira adiknya gue mesti ngapain Bang?" Tanya Mozza polos.

Rade nampak berpikir keras. "First, rajin-rajin makan yang banyak biar itu badan nggak mirip lidi."

"Second?" Sepertinya cara yang pertama agak susah. Masalah utamanya, sedari masih di kandungan saja, sebanyak apapun Mozza makan. Bahkan sampai nasi 1 magic com habis pun badannya segini-segini saja. Lurus. Mirip lidi. Cuma pipinya aja yang nambah volumenya, alias tembem.

"Apa kek, operasi plastik biar cantik. Bhayang lo apain sih kenapa kepincut sama lo?" Oke, Rade mulai merendahkan Mozza lagi.

Mozza menyeringai. "Gue pelet Bang. Semar mesem. Dukun bertindak." Kedipan mata Mozza barusan membuat Rade mual.

"Noh denger kan Bhay? Si Mozza pake pelet. Udah tinggalin aja." Bibir Rade menyunggingkan senyum menyebalkan.

What? Maksudnya apaan nih?

Perasaan Mozza jadi tidak enak. Rade bahkan menunjuk-nunjuk ke arah pintu ruang tv yang posisinya ada di belakang Mozza.

Mozza nyaris terjengkang saat dia menoleh ke arah pintu. Bagaimana tidak? Bhayangkara Ajata Satru berdiri dengan santai disana, dengan ekspresi seolah tak terjadi apa-apa. Rade tertawa menggelegar saat melihat raut muka Mozza pucat pasi mirip maling ditangkap warga.

Mau taruh mana muka manisnya?

Ini mimpi nggak sih? Kok tiba-tiba ada sesosok cowok yang mirip banget semirip-miripnya sama Bhayang nangkring di rumah ini? Bahkan masih dengan baju olahraga dan sepatu sportnya.

"Udah deh jangan kaya bocah lagi kebelet boker Moy. Berterimakasihlah sama Radev Gantara Dhanayaksa yang gantengnya mengalahkan Park Chanyeol." Ucap Rade sambil bertepuk tangan bangga. Detik berikutnya cowok yang berstatus kakak Mozza itu melangkah meninggalkan Mozza bersama Bhayang yang kini duduk di posisi Rade tadi.

"Udah lama Bhay?" Mozza basa-basi ala kadarnya sambil menenangkan degupan jantungnya yang mengalahkan musik disko. Hanya berdoa saja semoga Bhayang tidak mendengar degupan yang sudah mirip genderang perang saja.

"Lumayan. Dari kamu minta saran supaya nggak dikira adik aku." Jawaban kalem Bhayang malah membuat Mozza tengsin sendiri. Pipinya sudah panas sedari tadi. Tiba-tiba juga perutnya mulas.

Kepala Mozza manggut-manggut kaku. "Tumben kesini Bhay?" Rasa keponya tiada tara. Ada apakah gerangan seorang Bhayang mau datang kerumah Mozza setelah ekskul voli?

"Bang Rade tadi Whatsapp katanya kamu pengen di apelin." Sumpah, Mozza pengen nyakar Rade. Paling nggak, ingetin Mozza buat nyakar Rade setelah Bhayang pulang!

⚾⚾⚾
T

BC

17.34

SOLITUDE (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang