I need you i need you i need you right now
Yeah i need you right now
So don't let me don't let me don't let me down
I think i'm losing my mind now
Is in my head darling i hope
That you be here when i need you the mostDon't Let Me Down
The Chainsmokers ft. DayaEnjoy the seventeenth chapter😘
📤📤📤
Setelah pengakuan Bhayang yang tak menyalahkan Rega, Mozza kini mencoba mencerna apa saja yang salah dari dirinya sehingga Bhayang berlaku seperti itu.
Seperti itu dalam artian Bhayang sudah main-main di belakang dia. Entah Bhayang memang suka pada Reva, entah hanya untuk senang-senang saja. Tapi, sepertinya untuk alasan kedua Mozza agak sangsi. Bhayang bukan tipe cowok yang seperti itu selama Mozza mengenalnya.
Telunjuk Mozza mengetuk pelan meja kantin membuat bunyinya teratur. Jika Bhayang mau menjelaskan satu kali lagi padanya, mungkin Mozza akan berpikir dua kali untuk kelangsungan hubungan ini.
Dari arah pintu, nampak Eja, Dara juga Sophie memasuki kantin dan berjalan ke arahnya.
Mereka bertiga langsung duduk di hadapan Mozza membuat Mozza serasa tahanan yang mau di interogasi.
"Bhayang...lo? Sebenernya ada apaan sih?" Jiwa penasaran Dara sudah timbul ke permukaan. Ya bagaimana tidak penasaran a.k.a kepo kalau Rega yang tidak ada hubungannya dengan dia juga Sophie dan Eja mendadak menyuruh mereka menemani Mozza yang katanya patah hati gara-gara Bhayang?
Gelengan kepala memulai cerita Mozza. Mengalirlah bagaimana cerita perselisihan hari ini. Tidak lengkap memang, karena Mozza tak tahu sejak kapan Reva dan Bhayang mulai bermain di belakangnya.
"Pas dulu banget itu si Bhayang minta maaf, dia beneran latihan?" Suara Eja menginterupsi. Kini posisi duduknya sudah di samping Mozza, menepuk pelan pundak Mozza. Mengingat jarang sekali cewek bawel satu ini patah hati.
Mozza mengedikkan bahu, "Gue juga nggak tahu Ja, tapi mungkin itu salah satu alasan dia buat ketemu sama Reva. Who knows?"
Baik Sophie maupun Dara hanya bisa terdiam. Tak menyangka sedikitpun akan terjadi hal seperti ini.
"So, sekarang lo sama Bhayang gimana?"
Mozza menatap Sophie yang bertanya barusan. "Sop, gue bakal minta satu kali penjelasan yang sejelas-jelasnya ke Bhayang. Habis itu tergantung gimana nanti. Tapi guys, gue patah sumpah." Sedetik kemudian Mozza meneteskan air matanya lagi. Entah berapa kali hari ini dia menangis. Mozza tak peduli.
Beberapa siswa menatap heran ke arah Mozza yang mulai sesenggukan. Bahkan ada yang terang-terangan memberikan tisu. Untung saja bel pulang sudah berbunyi sehingga hanya ada beberapa siswa yang menuju ke kantin, jadi Mozza bisa puas menangis.
"Gue ngerti. Tapi lo emang harus dengerin Bhayang sekali lagi. Menurut gue lo udah bener." Eja membenarkan perkataan Mozza beberapa menit lalu setelah salah satu sahabatnya ini berhenti menangis.
Dara melotot tidak terima. "Dih? Paan nih? Nggak bisa. Udah kebukti kalo Bhayang selingkuh! Mending udah nggak usah Moy. Ntar lo tambah nyesek!" Bela Dara. Tak mau untuk ke sekian kalinya Mozza patah.
Sophie mencoba mengusap pundak Dara yang kentara sekali memendam emosi. "Sabar Dar, orang sabar pantatnya bakal lebar." Sumpit langsung teracung di hidung Sophie yang agak pesek. Sophie lantas tersenyum lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLITUDE (Completed)
Teen Fiction"Kamu boleh pergi," Satu kalimat yang selalu teringat oleh Mozza. Satu kalimat yang akan selalu dia sesali. Boleh pinjam mesin waktu?