Don’t disappear, this is the end for me
We’ll never find a love like this again
Don’t break my soul
Your gaze, words, and everything forever
ForeverForever -EXO
~~~~~
"Moy Moy! Ada berita heboh bat gils!"
Mozza menopang dagu, nampak lebih asyik dengan tontonan di lapangan basket. "Apa? Apa lagi sekarang Dar?"
"Rega!" Ujar Dara sembari mengatur nafasnya yang masih satu dua akibat berlari dari kantin ke lapangan basket hanya demi Mozza. Demi Mozza yang harus, kudu, wajib banget denger berita ini.
"Apa lagi sama Rega?" Tanya Mozza dengan ujung mata yang sedikit mencuri ke arah Dara. Ia tak mau terlihat terlalu tertarik dengan apapun yang bersangkutan dengan Rega.
Dara mulai memasang senyum menggoda setelah sadar bahwa ujung mata Mozza melirik ke arah dirinya, tanda bahwa Mozza 'tertarik'. "Si Rega jatoh....."
Asli, belum sempat Dara menyelesaikan sepatah kalimat yang nantinya akan membuat Mozza mungkin marah, namun Mozza sudah bangkit dan berjalan ke arah yang Dara tebak pasti UKS. Walaupun Dara tau, Mozza sengaja tidak terlihat berjalan dengan buru-buru, namun feeling seorang Darafi Reananda tak pernah salah jika Mozza pasti khawatir dengan cowok berkulit agak gelap itu.
Kena kan lo Moy! Seru Dara dalam hati.
Sementara dalam perjalanan ke UKS, Mozza berkali-kali merutuki reflek tubuhnya barusan di depan Dara. Setelah ini pasti akan terjadi wawancara mendadak oleh Dara. Mozza malu.
Saat sudah sampai di depan UKS, Mozza masih sempat menimbang. Antara masuk menjenguk si Rega atau tidak masuk. Akalnya masih memikirkan bagaimana jadinya nanti si Rega besar kepala kalau sampe tau Mozza khawatir padanya. Tapi di sisi lain, mau bagaimanapun, Mozza khawatir.
"Anjir kok kaya bocah si!" Ujar Mozza merutuki diri sambil membuka pintu UKS.
"Re....Ga?! Anjirrr apaan ini? Katanya jatoh" Seru Mozza kaget dengan pemandangan di depannya.
Gimana nggak kaget? Katanya jatoh? Kok dia malah main remi bareng Abhi, Wira sama Pandu. Apanya yang jatoh? Hatinya? Eh?!
Abhi yang seakan bisa mengerti rasa khawatir Mozza pun tertawa. "Jatoh ke kolam ikan depan kantor guru," Kata Abhi kalem.
Terus gunanya gua kesini buat apa? Pekik Mozza sambil menahan malu, malu dengan tatapan Abhi dan Pandu yang penuh dengan senyum menyebalkan.
"Mozza khawatir banget nih sama Bang Rega?" Tanya Wira makin membuat Mozza tengsin.
Tak mau menatap muka Rega, Mozza langsung balik badan dan hendak meraih handle pintu agar bisa keluar dari ruangan penuh cowok menyebalkan ini. Kurang satu detik aja, tangan Rega lebih sigap menutup handle pintunya.
"Minggir ish!"
"Ngambekan dah. Untung gue sayang." Goda Rega makin membuat tiga kurcaci di belakang bersiul-siul.
Mozza menunduk, menyembunyikan semburat merah di pipinya dari Rega. "Minggir Ga! Gue mau ke kelas."
"Bentar doang elah. Temenin gua jajan dah." Tanpa menunggu jawaban Mozza, Rega membuka handle pintu dan menyeret Mozza ke kantin.
Sempat terdengar juga teriakan nggak guna dari tiga kurcaci menyebalkan itu.
"Beliin gua kuaci Ga!"
"Kacang kulit dah!"
"Bubur ayam!"
"Beli sendiri! Punya tangan kaki kan lo pada?" Teriak Mozza tanpa pikir panjang karena kepalang kesal dengan mereka.
"Galak banget elah!" Kata Rega sambil mengacak rambut Mozza yang dihiasi bandana micky mouse. Duh kan jadi gemes Reganya.
Mungkin kalian bertanya-tanya. Kenapa Mozza bisa 'jinak' sama Rega. Selama beberapa bulan semenjak putusnya Mozza dan Bhayang, Rega selalu berusaha 'dekat' dengan si tembam. Walaupun awalnya sia-sia.
Rega nggak pernah nyerah sama sekali buat deketin Mozza. Dia bagai nggak punya malu setelah pernah di tolak sama si Moymoy. Apalagi Bang Rade bener-bener dukung Rega buat jadian sama Mozza. Ya walaupun sampe sekarang mereka belum resmi jadian sih. Rega cuma nunggu waktu yang pas aja. Ya kali Rega nembak lagi, ntar di tolak lagi? Harga diri bruh!
Sekarang Rega cuma mikir, gimana cara dapetin hati Mozza seutuhnya, bikin si Mozza lupa sama cowok berkacamata yang kalo nggak salah namanya Bhayang. Mendadak blur kalo inget manusia satu itu.
Banyak banget hal yang Mozza dan Rega lewatin bareng beberapa bulan ini. Mulai dari acara OSIS yang mengharuskan mereka bareng, atau kemah di Jambore bareng anak-anak OSIS, belum lagi ngajarin Mozza main volly buat penilaian olahraga kenaikan kelas.
Mozza awalnya mana mau sama Rega? Tapi Rega memang harus sungkem sama Bang Rade, sesepuh Moymoy. Bang Rade emang paling bisa bikin alasan supaya dia nggak bisa latih Mozza volly.
"Ga,"
Panggilan dari Mozza bikin lamunan Rega terhenti. "Ya? Kenapa?" Tanya Rega linglung. Kelamaan ngelamun. Untung nggak ada setan lewat.
"Lo kenapa masih kejar gue?" Tanya Mozza setelah keduanya menerima pesanan masing-masing.
Rega terhenyak kaget. Mozza biasanya nggak bakal nanyain beginian. "Gue juga nggak tau. Karena gue sayang mungkin?" Jawab Rega sangsi.
Bibir Mozza manyun. "Kok mungkin? Jadi lo nggak sayang gue lagi Ga?"
Asli! Sedetik setelahnya, Rega langsung tersedak ayam gepreknya. Kok jadi Mozza yang agresif? Dia nggak mungkin kesambet setan UKS kan?
"Sayang lah!"
"Terus?"
"Nabrak."
"Apa sih!"
"Lo nanya ke gue, gue udah nggak sayang sama lo? Sayang gue ke lo aja kaya kuku. Tumbuh terus."
Mozza tertawa sampai matanya berubah menjadi bentuk bulan sabit. Senyum yang paling Rega suka. "Jayus banget gombalnya."
Rega cukup tersenyum menanggapi Mozza. Sempet mikir sih buat nembak Mozza sekarang. Cuma kok kayaknya nggak worth it banget sama perjuangan dia dapetin hati si tembam.
"Tapi Ga, kayaknya gue juga sayang sama lo deh."
Tawa Rega meledak. Nggak nyangka cewek se cuek Mozza bakal ngomong kaya gitu. Tapi, di balik tawanya, sebenernya Rega nyembunyiin grogi aja sih karena omongan Mozza yang beneer-bener bikin syok, dan bikin Rega serasa terbang.
Biarin gue siapin kejutan buat lo. Moy. Tunggu gue nembak lo.
Karena yang Rega tau, sudah pasti Mozza bakal nerima dia. Jadi nggak perlu kan Rega ceritain pas dia nembak Mozza?
~~~~~
END
Feb 5, 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLITUDE (Completed)
Roman pour Adolescents"Kamu boleh pergi," Satu kalimat yang selalu teringat oleh Mozza. Satu kalimat yang akan selalu dia sesali. Boleh pinjam mesin waktu?