I keep craving craving you
Don't know it but is true
Can get my mouth to say
The words they wanna say to youImagination
Shawn MendesEnjoy the sixteenth chapter😘
🏃🏃🏃
Dari tempat duduknya ini, Rega bisa mengamati Mozza yang sudah bisa tertawa bersama Airin dan juga Dara. Entah apa yang mereka bicarakan.
Merasa ada yang menepuk pundaknya, Rega menoleh. Mendapati Abhi yang berdiri menjulang di belakangnya.
"Liatin siapa lo?" Tanya Abhi, wakil ketua OSIS yang kadang tidak sungkan dan tidak sayang uang untuk mentraktir anak OSIS lain.
"Siapa lagi lah!"
"Lo dari dulu belum move on?" Ejek Abhi. Lantas dia mendudukkan diri di samping Rega sembari menunggu acara colour run dimulai.
Rega tidak merespon. Abhi tertawa ngakak. Tak menyangka bahwa temannya yang satu ini tidak pernah melupakan seorang Mozza. Sejak dulu, memang Abhi berteman baik dengan Rega. SMP bareng, eh ternyata SMA juga bareng lagi. Bosan sih, tapi apa boleh buat. Mungkin memang mereka ditakdirkan bersama. Hah?!
"Jaket lo itu?" Telunjuk Abhi mengarah tepat ke jaket denim yang sedari tadi tampil Mozza pakai.
Rega mengangguk. Senyumnya tersungging. Walaupun pasti Mozza tak tahu itu jaket siapa.
"Si Mozza udah tahu belum tuh kalo dia menangin FS?"
Rega menoleh kaget. "Kapan pengumumannya?"
Abhi mendengus keras. "Lo sih asik berduaan sama Mozza ya, mana ngerti kapan pengumuman. Pantes tadi dipanggil pas penyerahan hadiah yang maju si Dara." Sekarang Abhi paham saat tadi penyerahan hadiah malah cewek berambut keriting yang maju. Bukan Mozza.
Seakan sadar sesuatu, Rega menegakkan badannya. Menatap penuh selidik ke arah Abhi yang malah bingung ditatap seperti itu oleh Rega.
"Kenapa?"
"Dari mana lo tahu gue sama Mozza berduaan?"
Abhi mengerutkan dahinya. "Lah, kan dari handycam lo. Gimana sih?"
Rega mencoba mengingat-ingat. "Handycam?" Tanya Rega sangsi.
Abhi mengangguk. Kemudian wajahnya berubah kaget hanya dalam hitungan beberapa detik. "Jangan bilang lo nggak sadar pas rekam?" Dengan polosnya Rega mengangguk. Abhi menepuk dahinya frustasi.
"Pantes lo rekam nggak ada seninya sama sekali. Mana bermenit-menit cuma tayangan pelukan doang lagi. Mana tangan lo asik elus-elus...."
Tanpa menunggu Abhi menyelesaikan kalimat, Rega berlari sekencang mungkin ke ruang OSIS. Dia hanya takut, kalau video itu tersebar dan membuat Mozza bertambah beban.
Sekali dorong, ruang OSIS terbuka lebar. Handycamnya tergeletak di meja. Masih dalam keadaan menyala! Entah siapa yang barusan membuka handycam Rega. Tapi Rega mencoba berpikir positif siapa tahu Abhi lupa mematikan video yang kini menayangkan Mozza dan Rega duduk bersebelahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLITUDE (Completed)
Roman pour Adolescents"Kamu boleh pergi," Satu kalimat yang selalu teringat oleh Mozza. Satu kalimat yang akan selalu dia sesali. Boleh pinjam mesin waktu?