Idaero bicheoreom gaji mayo
Nan oneuldo ireohge jeoksyeojin
Jeojeun heonjeokdeul sogeseo geudaereul chajgessjyo
Jiul su iseulkkayo
Tto han beon deo hal suman issdamyeon
Just one more chance bol su issgeOne More Chance
Super JuniorEnjoy twelveth chapter😘
👩👩👩
Hari Senin pun tiba. Guyuran hujan pun sudah berhenti. Beberapa spot sekolah agak becek menjadikan siswa-siswa berjalan jinjit. Tak terkecuali Mozza yang berjalan jinjit sedari gerbang.
Suasana sekolah sepagi ini sudah cukup ramai. Mungkin sudah tidak sabar juga menanti perlombaan pidato Bahasa Inggris hari ini.
Sebagai anggota OSIS, Mozza wajib mampir ke ruang OSIS dulu sebelum melanjutkan perjalanan ke kelas.
Mozza meraih gagang pintu berwarna perak lantas membukanya. Banyak diantara anggota OSIS yang sudah berangkat.
Mozza bergegas membantu membuat ID Card untuk peserta lomba. Di sampingnya, Pandu menggerutu.
"Kenapa Ndu?"
"Panggungnya kena air hujan juga. Basah."
Mozza menatap Pandu kaget. "Beneran?"
Pandu mengangguk. Sedangkan Mozza bingung. Bagaimana bisa terjadi hal seperti ini? Mereka tidak ada yang tahu akan turun hujan malam tadi bahkan berlanjut sampai pagi tadi.
"Gimana Bhi?" Tanya Mozza pada Abhi yang sedang meneliti spanduk classmeeting.
Beberapa detik Abhi tampak gusar mendengar pertanyaan Mozza. Dia juga tidak tahu harus bagaimana. Rega belum berangkat juga.
"Apa nggak usah di panggung?" Airin memberikan usul. Airin pikir tidak di panggung juga tidak masalah.
Abhi nampak berpikir. "Kita tunggu Rega dulu gimana? Dia ketua pelaksananya." Semua menyetujui usul Abhi.
Keadaan secepat itu berubah. Semua yang awalnya sibuk ini itu menjadi diam menatap pintu menanti si Ketos.
Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Rega membuka pintu. Rambutnya basah. Seragamnya juga agak basah. Mungkin di luar gerimis lagi. "Kenapa nih? Pada jelek banget mukanya."
"Sableng! Di tungguin juga!" Abhi mengoceh.
Dahi Rega berkerut membentuk lipatan. "Lah? Siapa yang minta nunggu gue?"
Bodo amat.
"Tuh panggung basah semua Ga." Wira mengeluarkan suaranya. Partner Mozza dalam dunia persekretarisan itu rupanya duduk di pojok ruangan dekat tv.
"Kok bisa?"
"Ya bisalah. Orang ujan sedari tadi malem." Mozza ikut angkat bicara. Rega mungkin belum connect pagi ini. Otaknya kemasukan air berlebih kayaknya.
Rega mengalihkan pandangan pada Mozza. Cewek mungil itu duduk di samping Pandu. Tangannya kembali membuat ID Card. "Biasa aja dong!"
Mendengar Rega yang berbicara seperti itu, Mozza berdiri dengan tatapan menantang. Tangannya sudah berada di pinggang. Walaupun harus mendongak, Mozza tak gentar.
"Elo juga nggak usah ngegas, bawang!"
Bibir Rega berkedut. Hampir saja sebuah tawa lepas dari bibirnya. Ganteng begini dikatain bawang. Nista sekali.
Tangan Rega mengibas udara. Tak mau meladeni Mozza lebih jauh. Lama-lama tak akan selesai permasalahan panggungnya.
Setelah meletakkan jaket, helm dan tas di sudut ruangan, Rega duduk di sebelah kanan Pandu yang juga menyuruh Mozza duduk di sebelah kirinya, agar dua orang yang susah akur ini terpisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLITUDE (Completed)
Teen Fiction"Kamu boleh pergi," Satu kalimat yang selalu teringat oleh Mozza. Satu kalimat yang akan selalu dia sesali. Boleh pinjam mesin waktu?