You are my star
Naege gobaekhaedeon nega
Eodideun wajwossdeon nega
Geuttaega geuriwoWhen the Wind Blows
Yoona👣👣👣
Setelah melalui perundingan yang lebih banyak dihiasi dengan ketidaksetujuan dan kawan-kawannya, akhirnya Rabu ini, OSIS sepakat untuk pergi ke Dufan.
Ini pun setelah melalui perdebatan yang sulit di bantah. Awalnya, banyak yang tidak setuju karena agak jauh dari Cibubur. Tapi akhirnya, Rega si pendebat nomor satu untuk pergi ke Dufan pun selalu berhasil mengompori mereka yang tak setuju agar mau ikut.
Dan, disinilah mereka. Duduk di dekat halte bis. Beberapa dari mereka ada yang berdiri guna bisa melihat bis yang datang.
Awalnya, Abhi menawarkan untuk membawa bis miliknya saja. Sehingga bisa gratis. Tapi, semua kompak menolak. Sudah cukup selama ini Abhi selalu mengeluarkan uangnya untuk anak-anak OSIS.
"Siap-siap semuanya, bis udah dateng." Semua serempak berdiri saat mendengar suara Pandu.
Mereka rapi berbaris mengantri hendak naik bis menuju ke Tanjung Priok.
Bis yang tadinya bergerak, langsung berhenti saat melihat sekitar 35 anak yang hendak naik ke dalam bis.
Setelah pintu sempurna terbuka, cewek-cewek dipersilahkan untuk naik duluan. Sedangkan yang cowok belakangan.
Mozza mengambil tempat duduk di barisan agak belakang sebab saat rombongan OSIS naik, sudah banyak bangku yang terisi oleh penumpang lain.
Di dekat jendela, Dara sudah duduk manis sambil mengemut permen rasa cola.
Saat bis mulai merangkak pelan, Dara menepuk pundak Mozza. "Lo inget kan Moy pas gue dulu pernah bilang kalo Rega suka sama lo?" Dara berbisik.
Mozza manyun. "Nggak usah ngarang!"
Rasanya Dara sangat gemas. Saking gemasnya sampai ingin menggetok kepala Mozza. "Liatin deh di belakang lo, Rega liatin lo dari semenjak lo masuk sampai detik ini."
Mozza menoleh, memastikan bahwa Dara salah lihat. Tapi, memang benar adanya. Rega yang berdiri di dekat bangku belakangnya tengah melihat ke arahnya.
Mozza langsung membuang pandangannya dari Rega.
Bis berhenti. Menaikkan penumpang yang ternyata pasangan pasutri yang sudah lansia. Kakek nenek itu berjalan agak terhuyung ke belakang. Mungkin mencari bangku untuk duduk.
"Nek, Kek, duduk disini aja," Ucap Mozza sopan pada nenek dan kakek yang kini berada disampingnya seraya bergeser keluar dari bangkunya diikuti Dara yang juga sudah berdiri dari duduknya.
"Terimakasih nak,"
Mozza mundur. Dara berdiri di depannya. Sementara di belakangnya, ada Rega dan Abhi yang juga sama-sama berdiri.
Saat Mozza menoleh, dia menemukan Rega yang lurus menatap ke depan sementara Abhi yang cengengesan tidak jelas. Mengedikkan bahu, Mozza mengembalikan pandangannya ke depan lagi.
Bis yang kadang jalan kadang berhenti membuat Mozza beberapa kali terdorong kemudian mundur lagi. Tiba-tiba tangannya diarahkan oleh seseorang ke atas. Ke arah pegangan. Mozza menoleh dan menemukan Rega yang berdiri dengan muka memerah.
"Hai Moy," Sapa Abhi sambil menampilkan senyum menggoda saat melihat tangan Rega masih setia di telapak tangan Mozza.
Tau akan tabiat sahabatnua, Rega langsung melepaskan tangan Mozza yang sudah berada di pegangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLITUDE (Completed)
Teen Fiction"Kamu boleh pergi," Satu kalimat yang selalu teringat oleh Mozza. Satu kalimat yang akan selalu dia sesali. Boleh pinjam mesin waktu?