Chapter 2

111 14 2
                                    

Rizka POV

"Huuhh.. Rasanya capek juga hari ini" ucapku sambil merebahkan tubuhku di ranjang.

Ku tatap langit-langit kamarku dan terus memutar kejadian saat di warung tadi.
Pria itu...
Pria yang terus menatapku tanpa henti. Mata itu, mata tajam bewarna hitam kelam yang terus-menerus manatapku. Pria itu bernama Muhammad Ardian Putra, aku tak tau mengapa ia terus menatapku, apakah ia menyukaiku?

Aku langsung menggelengkan kepalaku, "otakku udah gak beres" gumamku pelan. Aku terus senyum-senyum sendiri karena membayangkan kejadian tadi, kejadian saat pria itu terus menatapku, bahkan saat bicara pun ia terus menatapku. Pipiku tiba-tiba memanas karena membayangkan cara pria itu menatapku. "Pria itu tampan juga" pikirku.
Aku memejamkan mataku berharap rasa penatku menghilang. Namun bayangan wajah pria itu terus terbayang dalam ingatanku, aku mencoba memfokuskan pikiranku agar bisa menciptakan mimpi yang indah, dan berhasil, aku langsung masuk kedalam mimpi yang aku ciptakan.

***
Mutiarani POV

Setelah mengunci pintu depan aku menuju dapur karena ingin minum, kulihat ada Dilla di dapur dan aku menyapanya.
"Hai Dil? Mau ngapain lo pegang teko sama cangkir?" tanyaku.
"Kalau pegang cangkir sama teko ya jelas mau minumlah say, masa mau mandi" ujarnya santai.
"Hehehe.. Becanda doang kali" ucapku sambil mengambil sebotol minuman dingin dari kulkas.
"Yaudah gue ke atas duluan ya Dil?" tanyaku.
"Oke" ucapnya lalu meneguk air putih yang diambilnya tadi.

Aku keluar dari dapur dan langsung menuju ke kamar. Kamarku berada diantara kamar Dilla dan kamar kembaranku.
Saat aku ingin masuk kedalam kamar, aku mendengar Dilla memanggilku.

"Ada apa?" tanyaku.
Kulihat wajahnya pucat pasi seperti orang ketakutan.
"Gu... Gue tidur sama lo ya?" tanya Dilla padaku.
"Emang kenapa ?" tanyaku lagi.
"Gu... Gue lupa kalau tadi sore saat gue selesai mandi gue lihat kecoa di kamar, lo tau sendirikan kalau gue takut kecoa" ujarnya.
"Oh..Oke" kataku mengizinkan.

Dari tadi kulihat gelagatnya Dilla sedikit aneh, raut wajahnya seperti ketakutan. Mungkinkah ia melihat makhluk astral? . ku gelengkan kepalaku kuat-kuat, "gak mungkin? Mungkin hanya perasaanku saja" gumamku dalam hati.

"Muti? Lampunya biarin terang aja ya?" tanya Dilla mengharap.
"Yaudah, lagian juga gue gak bisa tidur kalau lampunya mati" kataku santai.

Kami sama-sama merebahkan tubuh kami di ranjang, aku langsung memejamkan mataku karena aku merasa lelah sekali, lagian besok adalah hari pertama kami kuliah, jadi aku harus memiliki energi ekstra untuk menjalani hari-hari yang melelahkan.

***

Dilla POV

Aku tidak bisa memejamkan mataku, aku sangat takut karena kejadian yang aku alami.

Flashback

Saat aku menaiki tangga, sekelebat bayangan hitam itu melintas di dekat balkon. Dengan keberanian yang minim, kulanjutkan langkahku yang terhenti tadi. Karena letak balkon sangat dekat dengan tangga, maka mau tidak mau aku harus melewati balkon itu.

Namun, saat aku sudah berada di ujung tangga, tiba-tiba aku melihat ada wanita cantik bergaun putih, dengan wajah pucat pasi, rambut panjang yang terurai, dan tatapan mata tajam yang tertuju padaku berada di ujung balkon.
Untuk beberapa saat tubuhku tak dapat ku gerakkan, hingga aku mendengar suara seseorang membuka pintu.

Ceklek..

Saat ku lihat, ternyata Muti sedang membuka pintu kamarnya, dan saat ku lihat arah balkon, wanita itu sudah tidak ada disana. Seketika itu juga aku memanggil Muti.
"Ada apa?" tanyanya padaku. Kulihat ia memandangku dengan heran, "Apakah wajahku terlihat pucat pasi?" tanyaku dalam hati, "ya jelaslah bodoh, lo kan habis lihat setan, ya pasti pucatlah" jawabku sendiri.

"Gu... Gue tidur sama lo ya?" tanyaku gugup, dan berharap bahwa ia akan mengizinkanku untuk tidur dengannya.
"Emang kenapa?" tanyanya padaku.
Mampus aku, gak mungkin kan kalau aku bilang aku abis lihat setan, yang pastinya dia bakal ketakutan, dan ngajak kita semua pindah dari rumah ini.
"Gu... Gue lupa kalau tadi sore saat gue selesai mandi gue lihat kecoa di kamar, lo tau sendirikan kalau gue takut kecoa" ujarku akhirnya.

Flashback off

Dan disinilah aku, dikamar Muti dengan bayang-bayang kejadian tadi. Ku lihat Muti di sebelahku, ternyata ia sudah tidur dengan nyeyak.

Betapa damainya ia saat tertidur seperti ini, ku rasa ia sedang bermimpi indah, karena saat ini ia sedang tersenyum dengan indahnya.

Kupejamkan mataku, berharap rasa takutku menghilang, dan perlahan-lahan aku mulai memasuki alam mimpi.

***

Author POV

Pagi ini mereka bertiga (Maharani, Rizka, dan Mutiarani) sedang masak bersama, jangan tanya mengapa Dilla tidak ikut memasak, karena dia memang tidak bisa memasak. Tadi pagi-pagi sekali mereka berempat ke Super market yang ada di ujung jalan yang buka 24 jam untuk membeli bahan-bahan makanan dan cemilan yang mereka perlukan.

Suasana dapur begitu ramai, dengan celotehan-celotehan Rizka dan nyanyian dari Dilla.
Mereka bertiga memasak sup ayam dan ayam goreng untuk sarapan mereka.

"Sarapan sudah siap" ucap Rizka sambil meletakkan piring dan mangkuk yang berisikan sarapan mereka. Mereka pun sarapan dengan hening dan khusyuk, hingga Rani membuka percakapan.

"Jika nanti kita uda berada di kampus, kalian semua harus bersikap baik pada teman baru kalian, terutama lo Dil" ujar Rani.
"Emang kenapa sama gue? Gue gak ngisep darah orang kok? Jadi lo tenang aja" ucap Dilla santai.
"Bukan itu maksud gue, lo harus bisa jaga sikap dan kontrol omongan lo, untuk awal pertemuan lo harus bisa ambil hati mereka agar mau berteman sama lo, kalau lo gak kontrol omongan lo, lo bakal jadi bahan pembicaraan satu kampus" nasehat Rani. Dilla mendengus sambil berkata:
"Iya-iya gue ngerti kok maksud lo" ucapnya.

Hening ....

"Udah siap kan sarapannya? Yuk kita berangkat, kalau gak berangkat cepat nanti kita ketinggalan bus" ujar Rizka bijak.
"Yauda ayo, gue juga udah gak sabar lihat suasana kampus" kata Muti.

Mereka pun berangkat dengan semangat. Jarak antara kontrakan dan halte hanya berkisar 2 km. Saat mereka sampai di halte bus, suasana disana sepi, mereka berempat duduk dikursi yang kosong, sambil menunggu bus datang, mereka memainkan ponsel mereka masing-masing.

Diantara mereka tidak ada yang memulai percakapan, semua sibuk dengan ponsel masing-masing. Hingga tiba-tiba Rizka menjerit,

Aaaaaaagh...

Mereka bertiga pun kaget dengan jeritan Rizka. Raut wajah Rizka sudah pucat pasi seperti mayat hidup.
"Lo kenapa Riz?" tanya Muti.

***
Pada penasaran gak sama yang terjadi dengan Rizka. Ikuti terus ceritanya, dan maaf jika terjadi kesalahan kata atau kalimat. Dan sekali lagi mohon di maklumi karena saya masih pemula :) :D

Jangan lupa vote dan comment ya, ditunggu loh commentnya :)

Perjalanan Cinta 4 Sekawan (Belum Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang