Chapter 31

37 6 0
                                    

Alpan POV

Suara gaduh yang berasal dari dapur telah membuatku terbangun dari tidur nyenyakku. Dengan malas aku bangkit menuju ke arah gaduh itu. Setelah sampai di pintu dapur, aku tersenyum melihat istriku yang sedang memasak, namun seperti ingin berperang.

Aku pun mendekati istriku dan memelukanya dari belakang, Dilla pun tersentak dan dengan refleks memukul kepalaku dengan menggunakan ujung spatula yang dipegangnya.

"Aduh.. " keluhku kesakitan.

Dia pun berbalik dan mendapatkan aku yang sudah ada dibelakangnya dengan memegang kepala yang sudah di pukulnya tadi.

"Salah sendiri, kenapa mengagetkan" gerutunya lalu berbalik melanjutkan masak.

"Aku kan hanya ingin bermanja-manja" rajukku.
"Gak ada manja-manja, sekarang kamu cuci muka terus makan, ayo cepet" katanya sambil mendorongku ke arah kamar mandi.

Walaupun galak dan cerewet, tapi aku tetap mencintai istriku apa adanya. Entah kapan aku jatuh cinta dan menyadari cintaku ini, tapi yang pasti setelah 3 bulan menjalankan rumah tangga bersamanya tidak membuatku bosan sama sekali.

Tapi satu janjiku bahwa aku akan terus membuatnya bahagia dan tentunya membuatnya balik mencintaiku seperti aku mencintainya.

Jika diingat-ingat tidak masuk akal juga awal terjadinya pernikahan kami.

Flashback

"Gue ada dimana?? Kok pusing sih? " tanyanya dengan wajah pucat.

"Ibu?? , kok ada di sini?? " tanyanya lagi.

Sejujurnya aku iba, namun informasi yang disampaikan dokter tadi telah membuat kami semua kecewa, termasuk aku.

Tadinya Muti mendengar suara orang muntah-muntah dikamar Dilla hingga ia penasaran lalu membuka pintu kamar Dilla. Setelah masuk dia mendapatkan Dilla sedang berada di kamar mandi dan muntah hebat, setelah muntah, ia langsung pingsan begitu saja. Muti memanggil Rani dan Rizka lalu mereka membawanya ke rumah sakit terdekat.

"Lo hamil" papar Rizka to the point.
"APA!!! " teriaknya syok.

Plaaakk...

Dilla di tampar oleh ibunya yang sejak tadi sudah berlinang air mata. Tamparan itu sangat kuat hingga membuat bibir pucatnya sobek dan mengeluarkan darah segar.

"Kamu sudah mempermalukaku Dilla, tak sadarkah kamu??!! " bentak ibunya.
"Tapi aku gak hamil bu!" teriak Dilla.
"Jangan berbohong Dilla, kamu itu anak ibu, kenapa harus berbohong?" isak ibunya.

"Tapi aku gak bohong ibuu... Percaya sama aku, aku gak mungkin ngelakuin itu, dosa ibu" rengek Dilla sambil memegang tangan ibunya.

"Lepas!! Sekarang kamu jawab, siapa yang sudah menghamilimu?? " desis ibunya dengan penuh penekanan.

"Apa yang harus ku jawab?!! Jika jawabanku sama sekali tidak ibu percaya! " bentak Dilla dengan frustasi.

Plaaaakk..

Ibunya menamparnya lagi. Memang dari ketiga sahabatnya, hanya dia yang suka memberontak, aku ingin percaya bahwa ia tidak hamil, namun ciri dan juga hasil tesnya tadi menunjukkan jika dia positif hamil.

"Kamu berani bentak ibu?!! Dihadapan teman-temanmu??!" bentak balik ibunya.
"Maaf ibu" katanya lirih.
"Tapi aku sama sekali tidak pernah melakukan hubungan yang terlarang" sambungnya.

"Jadi siapa yang menghamili lo Dil?? Ardian kah? " tanya Rizka sinis.

Ardian yang daritadi diam kini tersentak ketika namanya sangkut pautkan.

Perjalanan Cinta 4 Sekawan (Belum Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang