Chapter 12

76 8 0
                                    

Hai readers..
Ceritanya baca sampai akhir ya.. Kita lihat ending kisah cinta mereka berempat sad ending atau happy ending..

***

Rizka POV

Tok.. Tok.. Tok..

Muti mengetuk pintu kamar Dilla.

"Masuk" kata Dilla dari dalam kamar.

Saat kami berdua masuk, ku lihat Dilla sedang mencoba-coba koleksi dress yang ia punya.

"Loh Riz, ngapain lo disini?" tanyanya bingung.
"Gue mau minta tolong lo buat make over muka gue" jawabku.
"Emang lo mau kemana?" tanyanya lagi.
"Gue mau temanin Ardian ke pesta dansa yang diadakan sama teman masa kecilnya" ujarku.

"Oooh, yauda, tunggu bentar ya, kalian ganti aja dulu, biar aku siap-siapkan peralatannya" ujar Dilla.

Aku terus memperhatikan perilaku Dilla yang menurutku sedikit aneh. Pertama, Senyum diwajahnya tak pernah pudar, dan yang kedua, dia selalu berbicara dengan lembut.

Setelah selesai berganti baju, diantara kami yang akan di make over pertama adalah Muti. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk memake over dia, namun hasilnya sungguh bagus.

Sekarang adalah giliranku untuk di make over sama Dilla. Make up yang dipoleskannya sungguh pas di wajahku, tidak terlalu tipis atau menor.

Saat Dilla sedang menata rambutku, tiba-tiba ada suara ketukan di pintu.

Tok.. Tok.. Tok..

"Masuk" teriak Dila.

Ternyata yang mengetuk pintu adalah Rani. Dia terkejut dengan adanya kami dikamar Dilla, bukan cuma dia yang terkejut, tapi kami juga. Kami terkejut karena dia sudah memakai sebuah dress dengan lengan sesiku yang menurutku sangat indah.

"Ada apa Ran?" tanya Dilla.
"Gue mau minta tolong lo untuk make over muka gue" ujarnya sambil menunduk.

Kami semua diam tanpa ekspresi. Lalu Dilla menghilangkan kecanggungan yang ada di antara kami.

"Sini masuk Ran, Rizka juga uda siap kok... Lo mau kemana?" ucap Dilla berbasa-basi.

Rani pun duduk dikursi meja rias yang tadi ku duduki.

"Gue diajak Bimo kepesta yang diadakan kakak laki-lakinya" kata Rani dengan intonasi yang pelan.

"Jam berapa lo dijemput?" tanya Dilla sambil memoleskan bedak ke wajah Rani.

"Jam 7" jawabnya.

"Ooh.. Berarti sama dong, kami juga akan di jemput pasangan kami nanti jam 7" kata Dilla sambil tersenyum menenangkan.

Setelah terdiam cukup lama, Dilla bertanya kepada Rani yang membuat aku terkejut dengan pertanyaannya itu."Lo gak mau jelasin sesuatu sama kita Ran?" tanya Dilla sambil melihat kearahku dan Muti.

Aku melotot dengan pertanyaan Dilla. Aku dan Muti pun hanya bisa bertatap-tatapan, dalam tatapan itu kami sudah dapat kesepakatan.

"Betul Ran, lo gak mau cerita ke kami alasan lo mengabaikan peringatan kami?" tanyaku sambil menatap mata Rani.

"Iya, lo gak mau jelasin semuanya ke kami?? Khususnya buat gue yang dari sononya uda jadi kembaran lo" ucap Muti sambil tersenyum.

"Kalian ngasih aku kesempatan untuk ngejelasin semuanya??" tanya Rani dengan mata yang berbinar cerah.

"Kita ini sahabat Ran, suka duka akan kita jalani bersama, perselisihan dan kesalahpahaman itu hanya bumbu untuk memberi rasa kepercayaan, rasa saling menyayangi, dan juga rasa untuk memikirkan semua kesalahan yang telah kita perbuat" ujar Dilla bijak.

"Terimakasih udah kasih kesempatan buat gue, jadi gini ceritanya, awalnya gue penasaran sama cerita kalian mengenai Bimo yang belum diketahui kebenarannya, gue terus mencari tahu, salah satu cara yang gue gunakan itu adalah mendekati dia, tapi semakin lama aku kenal dia, bukan suatu kebenaran yang selama ini menjadi misteri yang aku dapatkan, bahkan semua bukti yang ada tidak mengarah ke dia, hanya beberapa bukti yang menunjukkan kesalahpahaman itu terjadi" jeda.

Aku dan Muti terus mendengarkan cerita dia dengan fokus, sedangkan Dilla mendengarkannya sambil terus memoles make up di wajahnya.

"Kesalahpahaman apa maksud lo?" tanyaku yang penasaran dengan kelanjutan ceritanya.

"Aku mencari bukti waktu dan tempat dimana Bimo berada saat kejadian berlangsung. Ada beberapa foto yang aku minta kepada Ricky yang juga menyelidiki Bimo selain aku, dia sudah lama memantau Bimo, tapi belum ada bukti yang kuat untuk memastikan bahwa Bimo bersalah" Rani menarik nafas sejenak.

"Gambar apa di foto itu?" tanya Muti semakin penasaran.

"Lihatlah" kata Rani sambil mengeluarkan dua buah foto dari dompet yang dibawa.

Aku dan Muti langsung mengambil foto itu dari tangan Rani.Di gambar pertama ada Bimo yang sedang menggandeng wanita cantik dengan mesranya, sedangkan digambar kedua, Bimo sedang tertidur di kamarnya dengan lelap.

Aku mengerutkan dahi karena bingung, kulihat Muti juga menampilkan ekspresi yang sama denganku.

***
Mutiarani POV

"Gambar itu diambil dihari yang sama dan juga jam yang sama, menurut Ricky Bimo punya kembaran yang sangat mirip dengannya. Tapi pemikiran itu disangkal oleh pembantu rumahnya, kata pembantu itu, Bimo tidak punya kembaran, selama dia bekerja di rumah itu tak sekalipun dia melihat kembaran Bimo" ujar Rani.

"Bisa jadi pembantu itu bohongkan?" tanya Dilla yang juga penasaran.

"Tidak mungkin, pembantu itu adalah bibi dari Ricky" sangkal Rani.

Kami berempat terus memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang ada.

Setelah Dilla selesai memake over Rani, dia lalu make over dirinya sendiri. Serbuk demi serbuk dipoleskannya kewajahnya, setelah 10 menit memoles dirinya, akhirnya Dilla pun siap, dan kami berempat tinggal menunggu para pangeran kami menjemput.

Kami semua beriringan keluar dari kamar Dilla. Rizka dengan dress selutut warna biru langit tanpa lengan dipadu dengan cardigan putih yang sangat cantik, dengan heels bertali setinggi 8 cm berwarna senada dengan dressnya, dan rambut yang dibuat gelombang mempermanis penampilan dia.

Rani memakai dress selutut berwarna putih dengan lengan sesiku dan taburan manik-manik yang berkilauan memperindah penampilannya, dia memakai heels bertali setinggi 6 cm berwarna senada dengan dressnya. Tatanan rambutnya disanggul kepang, dengan aksesoris kecil di kepalanya.

Sedangkan Dilla, dia memakai dress selutut berwarna hijau toska dengan banyak tali yang melilit leher jenjangnya. Dia memakai heels bertali berwarna putih setinggi 10 cm yang membuat dia tampak lebih tinggi dari aslinya. Rambut dia sengaja di buat gelombang seperti Rizka agar terlihat manis.

Dan aku sendiri, memakai dress berwarna merah maroon dipadu dengan warna hitam dan di bagian dadanya tertabur manik-manik yang kerlap-kerlip. Aku memakai heels bertali berwarna hitam setinggi 5 cm. Tatanan rambutku di kuncir setengah dengan jalinan-jalinan yang tidak aku mengerti. Kenapa aku memakai heels serendah itu? Karena kata Dilla aku gak terbiasa dengan heels yang terlalu tinggi, takutnya aku keseleo.

Sebelum pergi kami semua menonton televisi yang ada di ruang santai sambil mengobrol ringan. Suasana yang sempat memanas akhir-akhir ini mendingin karena sebuah kesempatan yang kami berikan pada Rani.

Tak lama berselang, tepat pukul 7 aku mendengar deru mobil dari luar rumah, tidak hanya satu, tapi empat buah mobil. Kami semua langsung lirik-lirikan satu sama lain sambil tersenyum penuh arti, hingga suara klakson salah satu dari empat mobil itu berbunyi.

Tin.. Tin..

Kami pun bergegas keluar rumah dan menampilkan senyum terbaik kami.

***

Baca terus yaaa..
Jangan lupa di vote atau comment :)

Perjalanan Cinta 4 Sekawan (Belum Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang