Chapter 17

47 8 0
                                    

"Gimana ini cara masaknya?" gumam Dilla menatap aneka macam sayur dihadapannya.

Dilla garuk-garuk kepala karena bingung harus bagaimana, dan apa yang harus dilakukannya terhadap sayur tersebut.

Dia hampir menangis karena tidak tahu harus ia apakan sayuran itu, sedangkan perutnya sudah keroncongan, dan sahabatnya sibuk dengan urusan masing-masing.

"Mau aku bantu?" ucap seseorang dari belakangnya.

Dilla terkejut dan menolehkan kepalanya ke belakang dan langsung berhadapan dengan wajah pucat tanpa ekspresi yang begitu menakutkan.

"Aaaagghh... Hantuuu..." teriak Dilla spontan.

"Aku memang hantu, kamu tidak ingat?" kata gadis itu.

Ya gadis itu adalah hantu yang sama dengan hantu yang ada di balkon. Beruntung Rizka dan Muti tidak mendengar teriakannya.

"Kamu bikin kaget aja sih, uda tau kamu itu hantu, pake acara muncul tiba-tiba lagi, kaget tau" gerutu Dilla.

Gadis itu hanya menatap Dilla datar. "Mau aku bantu tidak masaknya?" tanya gadis itu lagi.

"Emang kamu bisa masak?" tanyanya balik sambil memicingkan matanya tak percaya.

"Ya bisalah, kata mereka tidak ada yang bisa mengalahkan masakanku kecuali ibu mereka" ucapnya sambil tersenyum.

Dilla tahu dari tatapan gadis itu yang sedang mengulang kejadian dimasa lalu.

"Mereka? Siapa mereka itu?" tanya Dilla penasaran.

Dilla telah melupakan rasa lapar yang tadi menderanya, yang sekarang ia pikirkan adalah rasa penasarannya akan kehidupan gadis itu.

Beberapa menit berlalu, mereka hanya saling tatap-tatapan. Gadis itu tidak mau membuka suara mengenai siapa yang dia maksud.

"Mengapa kamu diam? Apa kamu sudah tidak menganggapku teman lagi?" kata Dilla dengan nada kecewa.

Gadis itu menatap Dilla dengan pandangan sayu. Lalu tidak berapa lama gadis itu tersenyum dengan cantiknya.

"Kita masak saja dulu, kamu sudah lapar, aku akan menceritakan semua masa laluku padamu setelah kamu selesai sarapan" katanya lembut.

"Apa hal itu menyangkut Rakha dan juga Ardian?" tanya Dilla penasaran.

Dilla terus saja melontarkan pertanyaan yang hanya dijawab oleh sebuah senyuman yang sangat indah dan hangat.

Dilla memperhatikan gadis itu dari samping. Gadis itu tidak merasa risih dengan apa yang dilakukan Dilla padanya, malahan hal tersebut membuatnya terus tersenyum dengan lembut.

"Kenapa kamu tidak bisa memasak?" tanya gadis itu tiba-tiba.
"Entahlah aku pun tidak tahu, setiap aku belajar masak sama ibuku, yang ada ibuku selalu marah-marah padaku dan mengusirku dari dapur" kataku kesal karena mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu.

Kami terus berbincang layaknya dua sahabat lama yang sudah sangat akrab. Gadis itu terus tertawa karena melihat Dilla yang tidak bisa membedakan ketumbar dengan merica.

Setelah beberapa menit berlangsung akhirnya masakan mereka selesai. Sarapan itu berlangsung dengan keheningan yang mencekam.

Tiba-tiba Dilla merasa hawa disekitarnya tidak enak dirasakan. Dilla terus melirik kearah dimana gadis itu berada. Gadis itu memang tidak berbuat sesuatu, namun pandangan tajamnya sungguh membuat Dilla bergidik ngeri.

"Sekarang aku sudah selesai sarapan, bisakah kamu menceritakannya padaku?" pinta Dilla.

Tiba-tiba aura gadis itu berubah, pandangannya sungguh sangat tajam, bibirnya mengatup dengan keras, wajahnya tidak berekspresi, daaaan....

Perjalanan Cinta 4 Sekawan (Belum Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang