Chapter 49

14 2 0
                                    

Hai readers... Chapter ini bonus lebaran yah... Kemaren kan author udah janji bakalan kasih bonus 1 chapter.

Sorry yah telat up, author lagi di kejar deadline.

Yang chapter spesial lebaran sudah lunas yah, seminggu berarti 7 chapter. Walaupun ada beberapa hari yang buat kendala up, tapi author udah nepatin janjikan bakalan up. 😊😊

Check this out 👇

***

"PERGI!!" raung Rizka dari arah kamar. Sejak kepulangan Siska kemarin, Rizka terus menerus membentak suaminya yang berusaha mengajaknya berbicara.

"Kamu tuh kenapa sih? Ini nih yang aku benci dari sikap kamu, PEMARAH," sentak Ardian dengan penuh penekanan.

"Entah mengapa si bodoh Ardian lebih memilihmu yang jelek dan pemarah," sambungnya lagi.

Rizka terdiam dengan tangan yang semakin dikepalkan. Ia sangat yakin bahwa yang di hadapannya sekarang ini adalah Lucas, alter ego suaminya.

Perkataan itu tidak membentak atau pun menaikkan nada suara. Hanya saja kata-kata itu lebih tajam daripada pisau yang berhasil mengiris-iris hati Rizka.

"Oh begitu? Lalu kenapa tidak kau ceraikan saja aku?" tantang Rizka dengan ekspresi wajah yang sengaja dibuatnya seangkuh mungkin.

"Dan membiarkanmu membawa anakku? Huh jangan mimpi."

"Kau..." Rizka kehilangan kata-kata untuk mewakili amarah dan hancurnya hatinya.

"Apa? Tak bisakah kau tidak egois? Kau hanya mementingkan dirimu saja tanpa memikirkan anakku!!"

"Kau hanya mementingkan anakmu!! Dan kau tak pernah mementingkan perasaanku!! Kau sungguh berbohong saat kau berkata bahwa kau MENCINTAIKU!!"

Teriakan Rizka menggema di seluruh penjuru ruangan. Beruntung Rakha dan Rani tidak ada di dalam rumah karena mereka pergi berbelanja bulanan.

Di rumah itu hanya ada Siska dan Adit yang mendengarkan perdebatan mereka dengan ekspresi yang berbeda. Siska dengan senyum manisnya lalu Adit dengan raut takutnya.

"Benarkah? Bukankah itu Ardian yang berbicara? Kalau aku sungguh tidak mungkin mengucapkan kata menjijikkan itu."

Hati Rizka mencelos kala suaminya berkata dengan datar dan tidak mengakui perkataan yang pernah ia lontarkan dahulu. Rizka terisak, bahkan entah sudah berapa banyak air mata yang di keluarkannya untuk suaminya itu.

"SISKA!!" panggil Ardian dengan intonasi suara yang menyeramkan.

Merasa dirinya dipanggil, Siska segera menaiki tangga untuk dapat memenuhi panggilan dari Ardian dan meninggalkan anaknya di ruang tamu. Siska berjalan dengan anggun menuju arah pasangan suami istri itu.

Siska mengeluarkan senyum menggodanya untuk Ardian dan lelaki itu menyambutnya dengan memeluk pinggangnya dengan erat. Siska tersentak namun berhasil ditutupinya dengan kedipan manja nan menggoda miliknya.

Rizka yang menyaksikan suaminya memeluk wanita lain di hadapannya hanya bisa melengos dan semakin terisak dengan tangisannya.

Ardian menatap nyalang ke arah istri yang tak dianggapnya itu. Dia mencengkram erat dagu Rizka hingga wanita itu meringis kesakitan.

"Dengar! Minggu depan aku akan menikahi Siska. Dia akan aku jadikan istri keduaku, mau setuju nggak setuju aku akan tetap menikahinya. Kau dengar itu?!" sentak Ardian dengan tajam.

"Benarkah sayang? Kamu akan menikahiku?" tanya Siska dengan antusias. Ardian tersenyum lalu mengangguk dan mencium punggung tangan Siska.

"Kau akan menikahi wanita murahan itu? Wanita yang sudah membuat rumah tangga kita berantakan? Dimana otakmu?!!" bentak Rizka.

Perjalanan Cinta 4 Sekawan (Belum Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang