Chapter 32

39 8 2
                                    

Author POV

Malam ini, mereka bertiga membaca majalah di kamar Rani. Tentunya tanpa Dilla, karena sekarang dia sudah tinggal di apartemen milik suaminya. Suasana hening yang nyaman menyelimuti mereka. Hingga dengan tiba-tiba Rizka berseru.
"Gue bakal pindah ke Amerika".
"What?? Lo gak serius kan? " tanya Muti.

Hening..

Rizka hanya diam membisu, wajahnya pun enggan untuk berpaling. Wajah mereka semua tegang, namun diam nya Rizka tidak menjawab semua pertanyaan yang timbul di benak Muti.

"Riz.. " panggil Muti lemah namun mampu menyadarkan Rizka dari lamunannya.

"Maaf" lirihnya.

"Butuh pendengar? " tanya Rani lembut.

Rizka mengangguk lemah sambil menatap Rani dengan pandangan berkaca-kaca. Mereka berdua dengan sabar menanti Rizka untuk bicara.

Rizka menenangkan dirinya, menetralkan deru napasnya, serta berpikir ingin memulai dari mana.

"Oma sakit, dan dia minta gue buat balik kesana" terang Rizka.
"Dan lo mau? "tanya Muti.

Rizka mengangguk dengan lemah, dan dengan hitungan detik, air matanya telah mengalir dengan derasnya.

"Hiks.. Gue gak bisa nolak, gue sayang Oma, hiks.. dan dia minta gue buat balik dan nikah disana" paparnya.

Rani dan Muti tentunya terkejut dengan berita tiba-tiba itu. Namun mereka juga harus bisa memahami posisi Rizka sebagai cucu yang sangat menyayangi Omanya.

Braaak..

Tiba-tiba pintu kamar di buka dengan kasar oleh seseorang. Mereka semua kaget saat tahu siapa yang membuka pintu itu dengan kasar.
Disana, berdiri wanita mungil yang terlihat tegar namun sangat rapuh.

"Lo mau pindah gitu aja?? Tanpa beri tau gue?!! " teriak Dilla dengan kencang sambil berurai air mata.

Ya, wanita itu adalah Dilla, sahabat Rizka paling cerewet, dan tidak bisa apa-apa. Yang notabene anak manja, namun galaknya na'uzubillah.

"Dil.. " lirih Rizka sambil berlari memeluk Dilla.

Mereka berpelukan untuk menguatkan satu sama lain, serta mengobati rasa rindu mereka yang sudah menumpuk selama satu bulan.

"Maaf, tapi gue gak ada pilihan lain" adu Rizka kepadanya.
"oke fix gue ngerti" kata Dilla sambil melepaskan pelukan mereka.

Rizka menghapus air mata Dilla dan berkata "Gue bakal balik".

Dilla mengangguk mengerti. Namun dia memeluk Rizka lagi, kali ini lebih erat dari sebelumnya.

"Oh ayolah.. Gak usah ngedrama, Rizka juga gak bakal lama disana" sentak Muti untuk mencairkan suasana.

"Lo janji ya bakal pulang" pinta Dilla.
"Iya gue janji" kata Rizka sambil tersenyum.
"Dan lo harus bawakan gue oleh-oleh dari sana" ucap Dilla.
"Lo mau dibawakan apa?? "tanya Rizka semangat.

Dilla tersenyum jahil, lalu melirik Rani dan Muti. Rizka bingung dengan tingkah sahabatnya ini.
"Dedek bayi" ucap Dilla polos.
"Gilak lo..!!" teriak Rizka spontan.

Muti dan Rani tertawa mendengarnya lalu menimpali.
"Iya, lo harus bawakan kami dedek bayi yang imut dan lucu, berhubung Dilla gak tau cara prakteknya, lo aja yang bikin" jawab Rani.

"Kok gue sih yang dibawa-bawa! Gue tau ya prakteknya kayak apa!" ucap Dilla merajuk. Sedangkan yang lain tertawa keras melihat Dilla yang gampang merajuk.
"Oooohhh.. Taauuuu.. Gimana rasanya?? Enak gak?? Pak Alpan pastinya tahan lama dong, super gitu loh" ejek Muti.

Perjalanan Cinta 4 Sekawan (Belum Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang