Chapter 36

41 4 0
                                    

Budayakan vote sebelum membaca, dan budayakan comment setelah membaca, hargailah karya absturd author demi menjaga hati author agar sehat.

Selamat membaca 💜💜

Setelah selesai membenahi pakaianku, aku langsung memburunya dengan pertanyaan-pertanyaan yang sedari tadi terus saja berputar-putar dikepalaku.

"Ada perlu apa lo dateng kesini? Mau bentak-bentak gue lagi? " cetusku.

"Gak usah ke pd-an gitu deh lo, gue kesini cuma mau ngucapin turut berduka cita!" katanya dingin.

"Oh" sahutku.

"Gue rasa itu cukup, melihat sambutan yang gak baik dari lo buat gue eneg lama-lama disini. Nah ini sup dan susu yang nyokap lo kasih, tadi dia nyuruh gue yang ngasih ke lo, katanya dia lagi sibuk didapur"

Aku diam, aku rasa penjelasan dia bahwa dia eneg denganku cukup menggambarkan gimana perasaanku sekarang ini. Sikap ketusku ternyata bagaikan senjata makan tuan. Niat hati sih ingin membentengi diri, tapi ternyata dengan mudahnya hancur begitu saja saat mendengar kata-katanya.

Dia memberikan nampan itu dan beranjak pergi dari hadapanku. Tak ada senyum, kecupan, atau bahkan hal-hal yang sering dia lakukan kepadaku setiap kali dia ingin pergi.

Rindu?
Tentu saja aku rindu dengan masa-masa kebersamaan kami. Aku tau ini lah hukuman atas kebohonganku terhadap dia.

Dengan perlahan aku berbalik dan ingin menutup pintu, tapi aku terkejut karena pintu kamarku seperti ada yang menahan, saat ku buka lebar ternyata ada penampakan, maksudku ada Rakha yang menahannya.

Ekspresinya dingin seperti beberapa menit yang lalu, tak ada perubahan. Tatapannya juga begitu, hingga aku kembali dikejutkan dengan sikap dia yang tidak bisa ditebak.

Dia memelukku dengan erat dan lama. Seperti menyalurkan kerinduan yang sangat dalam. Berulang kali dia mengecup puncak kepalaku, sedangkan aku?? Kalian pasti bertanya-tanya bagaimana reaksiku. Cukup mudah digambarkan karena aku hanya berdiri terpaku dengan memegang nampan yang sangat menyebalkan kerena sudah memberi jarak antara tubuhku dengan tubuhnya.

Aduh yaampun??.. Mikirin apa sih aku, kenapa otakku berubah menjadi mesum seperti ini. Perlahan tapi pasti pelukan itu ia lepaskan, tapi matanya itu loh, bikin geregetan, bagaimana tidak? Dia terus saja menatapku tanpa adanya senyuman yang biasa terukir dibibir seksinya.

"Lo kesambet ya? "

Aduuuhh... Mulut ini kok gak ada remnya ya? Asal ceplos aja, aku yakin dia tersinggung atau marah karena ku ejek?.

Dia tersenyum dan disambung dengan kekehan, reaksi yang gak berlebihan sih, tapi tetep aja otakku yang lemot ini gak mikir reaksi dia bakal seperti itu.

"Enggak kok, gue cuma lagi kangen aja sama lo" ungkapnya.

Aku rasa kalau aku gak ingat jeleknya ekspresiku kalau melongo, aku sudah melakukan hal itu sebelumnya. Tapi dengan jaim aku hanya ber-oh ria saja.

"Oh" ucapku.

"Iya, karena aku sayang kamu, makanya aku kangen kamu"

Kampret, kenapa dianya malah gombal? Aduuuh demi seribu roh orang gila di dunia ini, kenapa harus kalimat itu yang keluar dari mulut dia. Sebenernya dia itu sadar gak sih gombalan dia itu udah bikin aku melayang sampai langit ke tujuh?.

"Ya kagak lah bego, dia kan bukan peramal" batinku.

Aku terdiam cukup lama, tapi aku sadar dengan perubahan sikapnya yang signifikan. Sebelum-sebelumnya dia keliatan kayak anti dan benci banget sama aku, kenapa sekarang dia gombalin aku. Dengan situasi yang membingungkan aku harus waspada dengan tingkah laku dia yang udah ngalah-ngalahin musim pancaroba.

Perjalanan Cinta 4 Sekawan (Belum Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang