Chapter 15

49 6 4
                                    

Aku membuka mataku perlahan-lahan, buram dan gelap, itulah yang aku lihat pertama kali saat mataku terbuka.

Dengan kesadaran penuh, kuedarkan pandangan mataku keseluruh penjuru ruangan. Banyak jaring laba-laba dimana-mana, keadaan sekitar yang sangat kotor dan penuh debu.

Mataku berusaha untuk menyesuaikan keadaan sekitar yang terlihat tidak terurus. Dengan cahaya remang-remang aku bisa melihat banyak kardus serta botol-botol wine yang sudah berdebu.

"Apakah ini gudang?" batinku.

Aku baru menyadari jika keadaan tubuhku saat ini tidak memungkinkan. Tangan dan kakiku diikat di kursi yang aku duduki sakarang, sedangkan mulutku diikat dengan kain yang entah berwarna apa.

Aku terus meronta hingga kursi yang aku duduki bergerak kesana-kemari. Karena pergerakan kursi yang berisik dan juga kaki kursi menyentuh botol wine yang ada di dekat kursi hingga jatuh dan menimbulkan suara berisik yang sangat nyaring.

"Wuuhh, ternyata sang detektif sudah sadar?" tanya seseorang dengan suara beratnya.

Aku memicingkan mata untuk melihat dengan jelas siapa orang yang sedang berbicara padaku.

Aku membulatkan mata saat aku mengenali postur tubuh itu, cara jalan itu, dan juga semua yang ada pada dirinya.

Dia mendekat dan melepas ikatan kain yang mengikat mulutku.

"Bimo?" gumamku tak percaya.

"Wah, ternyata kau bisa mengenali diriku? Tapi sayang kau tidak begitu cerdas mengamatiku" ujarnya sombong.

"Apa yang akan kamu lakukan padaku?? Membunuhku seperti pacar-pacarmu itu?" tanyaku lantang.

"Tidak secepat itu sayang, aku tidak akan membunuhmu, tapi aku akan menyiksamu hingga kau akan mati secara perlahan-lahan" katanya sambil menyeringai kejam.

"Apa salahku padamu?" tanyaku tak gentar dengan pernyataannya.

"Kau masih bertanya apa kesalahanmu?" tanyanya yang kemudian tertawa terbahak-bahak.

Aku mengerutkan dahiku karena bingung akan sikap dan sifat Bimo yang sangat berbeda dari Bimo yang selama ini aku kenal.

"Kesalahanmu.." katanya yang sengaja menggantung kalimatnya agar membuat diriku penasaran.

"Dia kira aku mudah terpancing permainannya?" batinku jengkel.

"Satu, kau mencoba mencari-cari informasi mengenai diriku. Dua, kau sudah memiliki semua berkas mengenai diriku. Dan yang ketiga, kau salah mengenali diriku, itulah yang paling fatal" ucapnya dengan mimik wajah yang sangat menjijikkan.

"Sekarang kau jawab pertanyaanku, seberapa banyak informasi yang kau dapat mengenaiku?" tanyanya dengan dingin.

Aku tetap mengatupkan mulutku karena tidak berkenan untuk menjawab pertanyaannya.

Plaaak...

Suara tamparan menggema diseluruh penjuru ruangan. Perih? Ya itu yang aku rasakan saat iblis ini menampar pipi kiriku.

"Kenapa kau tidak menjawab? Haaah" teriaknya tepat di depan wajahku.

Plaaak..

Satu tamparan lagi mendarat dipipi kiriku. Tamparannya sungguh menyakitkan karena tenaganya tak sebanding dengan tenagaku.

Tamparan itu membuat ujung bibirku sobek dan berdarah, itulah bukti bahwa tamparan itu sungguh kuat dan menyakitkan.

"Kenapa kamu seperti ini Bim, kamu seperti orang yang bukan aku kenal selama ini" jeritku frustasi.

Perjalanan Cinta 4 Sekawan (Belum Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang