CHAPTER 23 -Feel?-

1K 104 2
                                    

Seulgi dan Chanyeol mereka sedang dirawat dirumah sakit. Seulgi langsung masuk IGD karena harus segera dioperasi akibat kepala bocor.

Sedangkan Chanyeol, dia masih beruntung hanya kaki yang tertancap kayu dan beberapa luka dibagian tangan. Sedikit memar dibagian wajah sebelah kiri.

Bagaimana Jongin? Ahh, dia entah berada dimana sekarang. Mungkin Taehyung sedang menyiksanya.

Chanyeol memakai baju pasien berwarna hijau. Dia berjalan menuju ruang IGD, Seulgi belum dipindahkan karena kondisinya yang masih lemah dan belum diperbolehkan keluar dari sana.

Kedua orang tua Seulgi, mereka juga sudah berada dirumah sakit. Jasad mereka akan dimakamkan besok.

Chanyeol melihat dari kaca kecil yang langsung menembus dalam ruangan, Seulgi terbaring lemas. Darah dan infus itu diganti setiap 1 menit sekali. Untung saja pendonor darah dirumah sakit ini banyak. Jadi, stok darah sedia selalu untuk keadaan genting.

Banyak sekali darah yang harus diambil untuk mengembalikan daya tahan tubuh Seulgi.

"Maafkan aku Seulgi, karena aku semua menjadi seperti ini. Aku berjanji aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Walaupun saat kau bangun dan tidak mengingatku, aku selalu ada disisimu."

Chanyeol kedua kalinya menangis, dia benar-benar rapuh. Disaat seperti ini Jongin selalu berada disisi Chanyeol.

Chanyeol juga heran, dimana Jongin saat ini?

"Jongin, kau? Hmm.. Berani sekali menyerahkan nyawa demi pecundang itu. Kalau aku jadi kau lebih baik aku pergi dan membawanya kemari."

Jongin saat ini sedang disiksa, dia dibaringkan dikasur besi dengan tali terikat ditangan. Kaki diborgol dan mulut ditutup oleh kain. Dia hanya melototi Taehyung yang sedang memandang remeh dirinya.

"Kau ini orang bodoh? Tapi aku salut dengan keberanianmu."

Ya, sekarang dia bersama Taehyung hanya berdua. Dia pikir Chanyeol yang akan datang. Perkiraannya meleset, malah Jongin yang datang. Jongin tidak pernah melanggar janjinya. Sekecil apapun janji itu, seberat apapun tanggungannya, dia tidak akan melanggar janji itu.

"Aku akan melepas sumpalan kain itu dan hanya boleh berbicara jika aku menanyakan sesuatu padamu. Jika tidak aku akan menyiksamu terus-menerus sampai napas terakhirmu."

Taehyung mengambil sumpalan kain itu dan Jongin menghela napas lega. Kemungkinan ini adalah terakhir dia bernapas seperti itu. Bernapas dan menghirup udara. Dengan tubuh yang lemas, Jongin perlahan membuka matanya. Dia melihat Taehyung membawa sebuah balok kayu dan besi dikedua tangannya. Dan pisau kecil disaku yang sengaja disembunyikan dibalik bajunya.

Kedamaian yang Jongin rasakan semakin dekat. Kedamaian yang tiada akhir, kedamaian yang Jongin inginkan selama ini. Tidak diganggu oleh orang-orang. Takdir berkata dia akan dibunuh Taehyung beberapa saat lagi.

"Jangan harap kau, aku membunuhmu sekarang langsung. Aku akan menyakitimu dari bagian terdalam hingga bagian terluar."

Taehyung menyeringai. Dia mengambil pisau dibalik baju dan mengarahkan pisau itu langsung ketubuh Jongin. Rasa dingin dari pisau, bisa Jongin rasakan.

Jongin hanya memakai celana panjang saja. Yang menampakkan perut six pack itu.

Taehyung perlahan menggerakan pisau itu diatas perut Jongin dan bertuliskan, "Go to hell."

"ARGH!!"

Jongin berusaha menahan rasa sakit itu. Apa daya dia sudah tidak kuat lagi. Darah yang keluar begitu banyak. Wajah Jongin sekarang lebih mirip dengan orang yang meninggal.

Pucat sekali.

"Apa? Kau ingin tambah? Bagaimana aku meletakkan itu disini."

"ARGH!!"

Taehyung menusukkan pisau itu tepat dibagian perut sebelah kanan.

"SEBAIKNYA KAU PERGI BERSAMAKU!! DAN RASAKAN APA KARMA APA YANG TELAH PERBUAT!!"

Jongin memegang sesuatu yang tidak diketahui Taehyung. Itu tablet. Tablet yang sama persis untuk meledakkan rumah pada saat itu.

Bagaimana Jongin mendapatkannya?
Dia tidak sengaja melihat lalu memasang bom-bom sebelum Taehyung membawanya kesini.

Jongin sudah merencanakan semua ini. Mati bersama seorang Kim Taehyung.

Musuh bebuyutan Park Chanyeol dan Kim Jongin. Sejak zaman SMA.

"KAU BAJINGAN!! MATI BERSAMAKU SAJA!!"

Kejadian yang sama terulang kembali.

Semua hancur. Tidak ada sisa sama sekali. Bahkan mereka berdua. Tubuh mereka hancur berkeping-keping. Tidak ada yang utuh dari atas kepala hingga ujung kaki.

"JONGIN!!"

Chanyeol terbangun dari mimpi buruk. Mimpi yang sebenarnya akan terjadi menurut Jongin. Dia bermimpi Jongin dan Taehyung meledakkan diri disebuah tempat.

Tapi sayangnya itu adalah kejadian yang nyata.

Seorang dokter baru saja keluar dari ruangan ditempati oleh Seulgi.

"Dok! Apa dia sudah dipindahkan?"

"Wanita yang didalam? Dia belum saya periksa lagi. Karena darah yang begitu banyak akibat kecelakaan yang dialami olehnya, dan dia juga butuh banyak darah untuk mengganti darah yang sekarang sudah terbuang sia-sia."

"Kapan dia sadar?"

"Mungkin besok."

"Apa itu benar besok? Kau tidak membohongikukan?"

"Apa wajahku tampak berbohong?"

"Hmm tidak. Maaf telah membuatmu kesal."

ASTAGA!! TULIS TULIS !! CHANYEOL BARU SAJA MEMBUAT REKOR!! SEORANG PARK CHANYEOL MEMINTA MAAF!!

"Tidak apa-apa lebih baik, kau pergi saja keruanganmu nak. Kondisimu juga belum terlalu baik."

Kepribadian Chanyeol sekarang sangat berubah dari yang dulu. Dan yang merubahnya adalah Seulgi.

Wanita yang terbaring lemas disana. Kepala yang ditutup perban, mata yang sayu dan bibir yang pucat.

Chanyeol berjalan kearah taman dengan membawa infus.

Dia terduduk dikursi, suasana disana cukup sepi yang menambah kesan menenangkan. Sehingga ia terbawa suasana disana. Hatinya, bisa dibilang sedang mengalami masa kritis. Dimana orang yang dirindukan olehnya, terbaring lemas disana.

Chanyeol mengusap wajahnya dengan kasar, ia menyenderkan diri pada kursi taman. Dia melihat keatas langit. Langit terlihat mendung. Sama dengan suasana hatinya saat ini.

"Aku sudah gagal melindungi orang yang kucintai! Aku harus mempertahakan Seulgi!"

Taeyong dia baru datang. Wajah yang menampakkan kekecewaan karena dia tidak becus untuk menjalani tugas.

"Maaf, aku minta maaf karena tidak bisa melindungi mereka. Karena aku juga turut disiksa oleh mereka."

Chanyeol menegakkan badan, ia harus kuat tidak boleh menjadi lemah disaat seperti ini.

"Tidak apa-apa, ini semua adalah takdir yang direncanakan. Aku berterima kasih padamu, untuk menjaga kedua orang tua Seulgi."

"Dan harusnya aku minta maaf, karena tidak becus untuk menjalani tugas itu."

Raut wajah Chanyeol berubah menjadi datar, dia meninggalkan Taeyong sendiri ditaman.

Chanyeol berpikir apa ini adalah karma dari selama ini dia perbuat kepada semua orang yang telah dia bunuh?

•••

Next chapter!!!

Private..

Hehehe..

Where is my mood boster? 😫

Danger Love [Chanyeol Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang