BAB 1

5.1K 110 8
                                    

"Guys, ini hari terakhir Gue ada disekolah ini." Buka Athlas saat keempat remaja tanggung itu berkumpul di Kantin Sekolah.
"Pasti abis Lo pindah, yang bakal kena skors dan hukuman Bu Cum itu si Lucky." Ucap Jimmy.
"Iya tuh, secara Dia adalah orang terkenal kedua setelah Athlas."ujar Zilan masih menggunakan bahasa formal.
"Nggak bakalan."ucap Lucky datar.
"Tenang , meskipun iya. Nggak apa apa deh Gue rela Lo yang gantiin Gue yang harus bikin Bu Cum kerja."
"Btw Gue mau lelang si Bohay. Bantuin Gue buat nyari konsumen dong." Lanjut Athlas.

Mereka adalah lima cowok yang menyukai Hamster. Anggotanya memang berlima, dan satu orang lagi berbeda sekolah. Tapi Athlas akan menyusulnya supaya yang satu orang itu ada temannya. Boong deh, Athlas pindah sekolah itu karena orang tuanya yang meminta. Sebagai anak yang baik, Athlas hanya bisa nurut saja. Ya namanya juga berbakti.

Tinggal hari ini saja Athlas berada disekolah lamanya, sebelum esok senin ia harus pindah sekolah. Athlas dipindahkan ke SMA ANGKASA, dimana sekolah disana sangat ketat terhadap aturan. Tapi bukan Athlas namanya kalau takut sama peraturan. Ya namanya juga manusia, suka sekali sama yang dilarang.

Sepulang sekolah, mereka kumpul kembali. Warung Bi Inah adalah tempat mereka kumpul. Ini hanya warung sederhana. Alasnya saja masih tanah. Atapnya masih sangat tradisional dengan menggunkan daun kelapa. Ya warung alakadarnya yang bisa membuat mereka nyaman kumpul seperti ini. Sore menjelang malam, adalah waktu menikmati moment singkat yang begitu indah. Biasanya orang orang akan mencari spot poto yang menampakkan senja yang begitu dikagumi banyak orang.

Namun, berbeda dengan kelima cowok ganteng yang orang banyak menyapanya dengan sebutan Hamster. Mereka malah berdiam diri, bersantai , dan bercengkrama disebuah warung langganan mereka. Masih dengan seragam sekolah , mereka duduk santai di warung Bi Inah. Warung yang selalu mereka kunjungi sejak SMP. Dan di warung ini lah mereka berlima memutuskan untuk bersahabat.

"Jim, besok si Shae ada yang mau lihat lihat. Enaknya kita COD dimana nih?" Tanya Najwan.
"Eh kampret, si Shae nggak di lelang. Tuh punya Athlas, si Bohay yang lagi dilelang."
"Tapi ini udah terlanjur , Jim."
"Kagak bisa lah. Tuh Shae udah Gue rawat dari dia orok ."
"Stop... wahai sodara sodaraku. Janganlah kalian bertengkar. Karena bertengkar itu bisa mengakibatkan," Ucap Zilan sok bijak.
Jimmy menjitak kepala Zilan karena sok sokan menengahi.
"Kalo mau nyeramahin orang yang bener dulu dong kata kata mutiaranya." Ucap Lucky.
"Lagian ini Najwan kenapa pake mau jual jual Shae nya Jimmy. Kan nanti Jimmy kesepian, diakan jomblo." Ucap Zilan.
"Lan, mending lo mingkem aja ya." Ucap Athlas.
"Kenapa jadi dedek yang dibeginiin ya tuhan."
"Kok alay sih. Temen siapa dia?."Tanya Jimmy.
"Bukan temen Gue deh kayaknya."jawab Athlas.

"Tikus!!!." Teriak Lucky kencang.

Sumpah serapah dari pada mereka sudah keluar . Aneh gak? Kalo mereka itu pemelihara Hamster, tapi mereka takut sama yang namanya tikus. Aneh gak tuh? padahalkan kedua makhluk imut ini sangat mirip.

"Ya tuhan, selamatkan para cogan cogan ini dari serangan tikus tikus jablay itu."suara Jimmy terdengar ngawur.
"Bi Inah, usirin tikusnya dong Bi."teriak Najwan.
"Tha, itu tikusnya deket kaki Lo."
Dengan reflex Athlas langsung meloncoat dan menaikki meja warung Bi Inah.
"Aduh, kalian ini ada ada saja. Kalian kan sama sama suka tikus."
"Kita nggak suka tikus Bi. Yang kita pelihara juga bukan tikus."jawan Lucky.
"Tikus sama Hamster itu beda Bi."jelas Zilan.
"I hate the Mouse." Teiak Jimmy kencang.

Biarkan saja mereka ricuh karena tikus tikus itu. Ditempat lain, di waktu yang sama, hujan mulai turun.Gadis manis itu sedang duduk ditempat favouritenya, iya di kamarnya. Ia menatap jendela, diluar sana hujan turun dengan ritme yang cukup cepat. Kotanya sedang dilanda musim hujan , tapi menurutnya beberapa tahun belakangan ini hatinya sudah terkena kutukan musim hujan. Tak tahu kemana perginya musim semi.

Sebuah memori tiba tiba terlintas begitu jelas diingatannya. Seseorang dimasa lalunya selalu ia ingat. Tapi semenjak kejadian mereka berdua duduk dipagar rumah lama gadis itu, hujan turun. Dan suara tembakan menggema diudara. Gelap. Setelahnya ia tak mengingat apa-apa lagi. Yang jelas baginya adalah dunia sangat menakutkan.

Cairan bening itu sudah tiba dipipinya. Hening . itu yang terjadi saat ini.

Tiba-tiba suara kenop pintu terdengar begitu jelas. Sosok panutannya masuk dan duduk diatas kasur.
"Masih takut sama hujan?" Tanya wanita paruh baya itu.
"Bukan sama hujannya." Ucap Gadis itu.
"Kamu mau sampai kapan nutup diri gini? Dunia luar itu luas loh,Na."
Gadis itu malah mengedikkan bahunya . Tak tahu sampai kapan ia akan menutup dirinya dari dunia luar yang jelas sedang dinanti oleh para remaja usianya.
"Mama sama Papa udah ambil keputusan. Mulai senin besok , Kamu akan sekolah di sekolahan adek Kamu."
"Tapi, Ma,"
"Nggak pakai tapi. Ini demi kebaikan Kamu juga. Kamu mau masa mudamu itu cuma kenal Jimmy?"
"Kok Aku sih,Tan?" Jimmy tiba-tiba datang dari balik pintu itu. Ya biasa, tetangganya ini selalu tiba-tiba masuk. Jimmy sudah tidak tahu malu untuk datang kerumah keluarga Alanza ini.
"Kamu emangnya mau kalau Vena Cuma kenal Kamu doang?"
"Nggak dong. Yaudah, Jimmy dukung keputusan Tante. Lo harus mau, Ven."
Bungkam. Gadis itu mengakui bahwa dirinya tak hanya ingin berteman dengan Jimmy saja. Tapi ingin dengan yang lain pula.
"Mama keluar dulu. Kamu persiapkan tas sekolah Kamu. Soal seragam dan yang lainnya sudah Mama urus. Jimmy, Tante keluar dulu. Biasa ya, titip anak Tante."
"Oke Tante."
Wanita paruh baya itu keluar dari kamar putrinya. Kini, gadis itu sedang membayangkan bagaimana bahayanya dunia luar. Bagimana nantinya jika hujan turun tiba-tiba dan ia sangat tidak mau itu terjadi.
"Sial banget . Gue harus cari cara biar rencana Mama gagal."
"Masih aja mau nyari rencana , Ven?" Jimmy mulai bersender pada ranjang tidur Vena. Ya biasalah, tidak tahu malu manusia ini.
"Jimmy. Lo nggak sopan banget. Badan basah gitu Lo malah tiduran dikasur Gue." Ketusnya.

Jimmy. Dia adalah tetangganya, temannya yang selama ini selalu ada untuknya. Tubuh Jimmy sangat cocok untuk jadi model. Tapi sayangnya ia tak suka tampil didepan kamera. Rambutnya sangat cocok untuk jadi bintang iklan minyak rambut. Belum lagi wajahnya, tampan. Tapi sayangnya Jimmy tak mau jika harus membuat dirinya payah gara-gara cinta. Iya, Jimmy bisa dikatakan takut jatuh cinta. Dan kali ini, tanpa tahu malunya Jimmy datang dengan keadaan basah kusyup. Dia menerobos hujan dengan motornya sepulang sekolah. Bukannya pulang kerumah sendiri, dia malah mampir ke rumah Vena.
"wihh, anak Home Schooling bahasanya Lo Gue. Gue tadi abis menerobos hujan, seru loh naik motor. Mau Gue bonceng?"
"Jim, dari pada Lo bikin mood Gue makin jelek. Mending Lo pulang deh. Asem tahu gak muka Lo."
"yehhh. Gue cuma mau bilang. Lo harus hadapin tantangan dari orang tua Lo. Bukan malah cari gara gara buat ngebatalinnya. Dan satu lagi, Dunia luar masih luas Ven, Lo harus menjelajah bumi ini biar Lo tahu apa arti hidup menurut diri Lo."

"Tapi, Jim,"
"udaha ah, Gw mau balik. Semoga Lo bisa naklukin tantangan ini." Ucap Jimmy sambil meninggalkan kamar gadis itu.

Kesal. Sudah pasti dirasakannya. Semua orang kecuali Papanya selalu menyarankan dirinya untuk beraktifitas diluar sana. Baginya, dunia luar itu sangat bahaya.

Next?

Vena & Athlas ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang