BAB 20

1K 28 1
                                    

Tadi malam, Lucky menemui Athlas. Mungkin sampai tengah malah, bahkan menjelang subuh tadi. Lucky menjelaskan bagaimana terangnya.

Lucky jujur bahwa ia tak bermaksud merebut Vena darinya. Ia hanya ingin kebaikan bagi Vena, sahabat kecilnya.

"Gue minta maaf karena nggak pernah bilang sama Lo. Tapi Gue mohon Lo mengerti." Ucap Lucky.

"Gue paham. Lo itu paling dewasa diantara gue sama yang lain."

Lucky terdiam, ia menatap langit malam dengan lega.

"Lucky!!!, Cepetan ih. Banyak nyamuk, takut juga gue di mobil."

Teriakan itu berasal dari bawah. Iya, Lucky tidak sendirian. Ia bersama Lufi beserta Rere.

"Lo harus denger yang dibilang Arreta secara langsung deh. Ayok turun!"

Lucky dengan segala paksaannya berhasil membuat Athlas turun dari rumah pohon. Sedangkan dibawah sana, Lufi dan juga Arreta terlihat mengantuk berat.

"Heh, awas aja kalau Lo ngecewain Vena." Ancam Arreta.

"Gue udah kecewa sama dia." Jawab Athlas singkat.

"Tha, Lo sama Vena belum mencobanya. Kalian masih berteman, kalau Lo serius sama dia, nggak mungkin Lo kabur saat liat Vena sama Abang Gue pelukan." Ujar Lufi.

"Lucky, keknya ada yang cemburu ya."
"Bukan cemburu,Re. Perhatian sama mantan juga perlu,kan Fi?." Goda Lucky.

"Thanks buat kebijakan Lo karena nggak pakai perasaan." Ucap Athlas.

"Sorry juga gue udah bikin Lo salah paham. Gue sama cewek cewek balik ya. Kasian mereka."

Athlas mengangguk. Lalu dengan kepergian temannya, ia kembali menuju rumah pohon.

***

Vena terdiam. Kata-kata Athlas barusan sangat menusuk dirinya. Athlas masih dengan tatapan dinginnya, mencoba berbicara kembali dengan Vena yang menatapnya kecewa.

"Gue maunya Lo sembuh. Lo nurut dulu ya sama bokap Lo."
"Apa dengan Gue nurut, Lo bakalan balik ke gue?"

Athlas masih dengan wajah datarnya. Ia menghela nafas dan kembali menatap Vena.
"Buat apa gue sembuh kalau yang buat gue bahagia justru akan pergi disaat gue sembuh?"

Cairan bening itu lolos dari pelukuk mata Vena. Ia kecewa dengan apa yang Athlas katakan padanya. Ia tidak ingin kehilangan apapun dari pertemuan ini.

"Gue benci sama pertemuan kalau akhirnya harus berpisah." Ucap Vena dengan mata yang masih mengeluarkan cairannya.

"Gue kira, dengan gue dateng kesini semuanya akan baik-baik aja. Tapi apa? Lo ngecewain Gue, Tha. Gue Kec,"

Athlas membekap mulut Vena, membawa tubuh Vena kedalam dekapannya.

"Gue gak akan kemana mana. Gue gak mungkin ngelepasin cewek yang susah banget buat Gue luluhin. Dan lo adalah cewek yang ingin gue jadiin lebih dari teman."

Vena & Athlas ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang