BAB 23

1.5K 36 7
                                    

Epilog
...
Setial pertemuan pasti berakhir dengan perpisahan. Tapi disetiap perpisahan pasti akan jadi awal pertemuan yang baru. Jadi, jangan pernah kamu membenci perpisahan.
...

Pentas seni. Tahun ini diperkirakan akan lebih meriah dari tahun sebelumnya. Bagaimana tidak? Para panitia pensi sudah menyiapkannya dengan sangat matang. Mulai dari tatanan panggung, pengisi acara, hingga berbagai macam bajar yang ada disini.

Lapangan serbaguna di sekolah ini sudah disulap menjadi lapangan berisi panggung beserta ornamen lainnya. Tampaknya banyak sekali spot untuk mengambil foto disini. Semuanya tampak sempurna kala pertama kali kita menginjak kan kaki kelapangan sekolah yang biasanya dipakai upacara ini.

"Tha, good luck ya." Ucap Lufi yang dari tadi berdiri di sisinya.

"Thanks. Gue cuma bisa kasih ini meskipun dia nggak lihat langsung." Ucap Athlas.

Lufi tersenyum. Ia paham betul masalah teman sekaligus mantan kekasihnya ini.

"Kalaupun berjodoh, semesta akan mempertemukan kalian lagi. Gue tahu kalian sama sama menyimpan rasa.Tapi untuk sekarang, waktu lagi menguji kalian."

Athlas diam. Ia mencerna setiap kata yang Lufi keluarkan. "Gue seneng bisa temenan sama Lo, jangan berubah ya,Fi."

Athlas kembali tersenyum. Keduanya larut dalam keramaian. Tak ada perkataan lagi yang keluar dari mulut keduanya. Sampai akhirnya, seseorang menepuk pundak Athlas.

"Abis penampilan ini kita. Lo udah siap?" Tanya Eno teman sekelas Athlas.

"Ayo siap-siap." Ajak Wildan kepada keduanya.

"Good luck ya, Gue siap vidioin disini." Teriak Lufi sembari melambaikan tangannya. Dan Athlas kembali membalasnya dengan senyuman. Senyuman yang akan membuat siapa saja hanyut di dalamnya.
***

Athlas POV.

Haii.

Aku Athlas. Aku akan menceritakan kisahku yang kandas sebelum memulai. Aku tidak tahu harus memulai dari mana. Dan aku rasa, mungkin setelah bagian ini akan aku ceritakan semuanya.

Aku menyukainya. Itu sudah menjadi rahasia publik saat pertama kali aku mengajaknya berkenalan. Gadis ini berbeda, tidak seperti kebanyakan gadis yang kukenal. Dia istimewa bukan karena cantik, ia istimewa karena dirinya tidak sama seperti gadis kebanyakan.

Peristiwa digerbang sekolah itu sudah sangatlah berkesan. Aku kira, kejadian itu akan berlalu begitu saja. Nyatanya tidak, aku mulai tertarik padanya setelah beberapa kali dihukum oleh guru. Ntahlah, kejadian itu sangat mengasikkan bagiku untuk berkenalan dengannya.

Kalian tahu? Sebuah hubungan lebih baik jika lelaki terlebih dahulu yang merasa tertarik. Itu yang mungkin aku rasakan. Aku mengetahui bahwa fakta dari perempuan itu akan tertarik dan menyimpan rasa jika sudah lama bersisian. Aku paham, aku pernah merasakannya dengan adik dari sahabatku sendiri. Aku tidak mau mengatakan siapa dirinya. Aku lebih baik menyimpannya saja didalam lemari kenangan.

Perlahan tapi pasti, kejadian digerbang sekolah baruku itu semakin nyata. Aku semakin tertarik kepada gadis itu. Gadis yang akan aku jadikan sebuah judul dalam buku setelah ini.

Aku akan mengenangnya dulu sebelum kalian kenang dirinya lewat buku selanjutnya. Iya, dia wanita yang aku sayangi setelah Bunda dan Adikku. Dia yang ingin selalu Aku jaga seperti Ayah yang menjaga Bunda dan Adikku. Aku ingin benar-benar memberinya duniaku pada dirinya. Namun sayang, sang waktu sedang tidak berpihak.

Vena & Athlas ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang