BAB 14

1.2K 32 2
                                    

"Raina."

Ucap anak laki-laki kecil itu dengan senyuman. Raina kecil baru saja menangis akibat terjatuh dari sepeda nya.

Uluran tangan anak laki-laki kecil itu sudah ada didepan mata Raina.
"Kamu siapa?"

"Biru?"

Vena menepis semua khayalannya. Namun semua yang ia lakukan barusan adalah nyata.

Iya, Biru memang nyata. Dia ada didepan matanya sekarang setelah beberapa tahun menghilang dan malam ini, waktu mengembalikannya.

Biru tersenyum, dia mengulurkan lengannya mengusap pipi Vena dengan lembut.

"Gue gak mimpi kan?" Tanya Vena dengan nada yang sulit diartikan.

Lalu, Biru membawa dua lengan Vena untuk menyentuh pipinya.

"Biru kembali, untuk Raina. Sahabat kecil Biru."

****

Deru mesin motor Athlas berhenti disebuah sekolah menengah pertama. Sebelum ia menuju sekolahnya, ada satu kewajiban yang harus ia lakukan.

Mengantar adiknya dulu. Veli langsung turun dan tak lupa menyalami lengan Athlas.

"Ih, Abang kenapa sih mukanya nggak banget."
"Lo kata Gue tukang ojek apa."
"Astatang.... Nih ya, Veli kasih tahu. Kalo pagi pagi itu kudu ceria."
"Sono masuk Lo."
"Kenapa sih Abang sensitif banget udah kayak gigi aja. Dengerin ya kalo Abang lagi berantem sama kak Vena ya minta maaf sana. Jangan mainin perasaan cewek. Ntar kalo Veli yang digituin sama cowok Abang mau tanggung jawab? Veli nggak mau loh jadi sasaran karma atas apa yang Abang lakuin."

Athlas hanya diam mendengarkan apa yang dikatakan adiknya. Sedangkan Veli terus berceloteh tak jelas, hingga akhirnya dia menutup sesi celotehan paginya.

"Sono minta maaf duluan. Ajak baikan Kak Vena nya. Bilangin, Veli mau ngasih hadiah. Bye bye."

Veli melanjutkan langkahnya menuju gerbang sekolah. Sedangkan disisi lain, Athlas sedang mencerna setiap perkataan dari Veli.

"Emangnya kapan Gue mainin perasaan cewek? Mantan aja baru satu, itu juga gara gara salah paham Gue bisa jadian."

Sementara dilain tempat, Vena sedang sibuk dengan mencari sweater yang ia miliki. Mencari warna yang ia inginkan diantara banyaknya sweater yang ia miliki memang tidak mudah.

Terlebih lagi, warna yang ia inginkan sekarang ntah berada dimana. Warna biru yang ia cari nampaknya tidak ada.

"Angi...." Teriak Vena sembari mengetuk pintu kamar Pelangi dengan rusuh.

"Angi tolong bantuin Gue."

Pintu terbuka, Pelangi sudah siap dengan gayanya yang simple jika pergi sekolah.

"Bantuin apaan Kak?"
"Cariin sweater warna biru dong. Gue capek."

"Kakak lupa apa gimana sih?"
"Loh emang kenapa?"
"Kak Vena kan udah kasih sweater warna biru sama Angi semuanya."

Vena menepuk jidatnya. Dia lupa. Memang benar jika ia pernah benci sekali warna biru. Semua barang yang ia punya anti sekali dengan warna biru.

"Gue pinjem satu boleh?"
Pelangi mengubah ekspresi wajahnya tidak suka, "Nggak boleh sih. Tapi Angi bolehin. Kan Kakak mau dijemput masalalunya."

"Apaan sih pake masalalu-masalalu segala."

"Ya udah sana ambil aja kek dilemari. Angi mau berangkat."

Vena & Athlas ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang