Part 5 - Sayang Tydak?

9.7K 574 7
                                    

Chella mendengus ketika mengingat Ia harus ke lapangan untuk upacara pada hari Senin. Ia melangkahkan kakinya dengan enggan ke arah lapangan bersama Juli yang kelihatannya senang-senang saja.

"Kamu keliatannya bahagia banger? Abis diapain sama kak Langit?" Tanya Chella sambil menyenggol lengan sahabatnya. Juli menoleh dengan mata berbinar.

"Kak Langit ngajakin gue pulang bareng hari ini! Gimana gue gak seneng coba?!" Juli memekik tertahan. Chella hanya menghela nafasnya lelah, Ia bahkan dipaksa untuk pulang bersama Angkasa, bukan diajak.

Mereka sekarang sudah berbaris di barisan kelasnya. Chella yang memang paling pendek diantara teman-teman sekelasnya mau tak mau harus berbaris di paling depan, sementara Juli di belakangnya.

Chella awalnya tak menyadari ada seseorang di sampingnya sampai Ia tak sengaja melihat sepatu berwarna hitam bermerek. Ia cepat-cepat mendongak dan matanya menangkap seorang lelaki yang tak asing baginya.

Angkasa.

"Kamu... pemimpin barisan?" Angkasa menggeleng.

"Terus kamu ngapain di sini?" Tanya Chella diikuti kerutan bingung di dahinya.

"Mau aja." Chella mendengus lalu kembali menatap sepatunya. Tiba-tiba Ia mendapat ide gila yang mungkin berhasil.

"Kamu sayang aku gak?" Tanya Chella tiba-tiba yang membuat Angkasa menoleh. Masih ada beberapa menit sebelum upacara dimulai, Chella hanya berdoa Angkasa setuju.

"I do love you tanpa gue harus bilang kan?" Pipi Chella merona dan Ia melawan rasa malunya. Ia menatap Angkasa dengan puppy eyes andalannya. Angkasa mengerutkan dahinya.

"Mau apa?" Tanya Angkasa lembut sambil menyelipkan rambut Chella ke belakang telinga perempuan itu, membuat beberapa siswi memekik pelan, termasuk Juli.

"Aku.. males ikut upacara." Ucap Chella. Angkasa sontak terkekeh, baru kali ini ada perempuan yang memberi kode dengan cara yang menggemaskan.

"Cuma seminggu sekali, sayang." Goda Angkasa yang Ia sendiri tidak tahu mengapa dirinya melakukan ini. Ia hanya mengikuti kata hatinya.

"Nanti kalau aku kecapean gimana? Pingsan? Pusing?" Chella masih berusaha membujuk Angkasa. Bukan maksudnya Ia ingin memanfaatkan pacarnya, namun kakinya sungguh pegal memikirkan upacara.

Angkasa kembali terkekeh. "Yaudah, lo ke UKS aja. Ntar gue bilangin ke guru," Chella sontak memekik senang. Ia menyengir ke arah Angkasa lalu memeluk lelaki itu sekilas dan berlalu dari tempatnya, meninggalkan Juli dan Angkasa yang terperangah.

Tiba-tiba langit datang dan memandang keduanya bingung.

"Kalian kenapa?"

Kedua orang itu sontak menoleh. Keduanya memberi alasan berbeda di waktu yang sama.

"Serius gue dipeluk?"

"Serius gue ditinggal?"

Langit hanya mengendikkan bahunya tak peduli.

****

Chella berjalan menuju UKS dengan langkah ringan. Tujuannya adalah tidur sampai waktu upacara berakhir. Ia membuka pintu UKS dengan hati-hati dan menemukan seorang lelaki yang mungkin sedang berjaga.

Chella senyum sekilas lalu memilih salah satu kasur di UKS dan membanting dirinya kesana. Belum sempat Ia menutup mata, lelaki yang tadi Ia liat membuka tirai pembatas. Chella kembali mengubah posisinya menjadi duduk.

"Lo sakit apa?" Tanya lelaki itu sambil tersenyum ramah. Kelihatannya, lelaki ini sudah lulus, terlihat dari wajahnya yang sedikit dewasa.

"Ah? Enggak, aku cuma males ikut upacara." Ucap Chella polos sambil menyengir. Lelaki ini terkekeh lalu duduk di samping kasur itu.

"Kenalin, Rino."

"Chella,"

Rino tersenyum mendengar nama itu. Entah kenapa, perempuan di depannya mirip dengan seseorang. "Gue udah kuliah, kalau lo penasaran. Gue lagi libur jadi nyari kesibukan aja." Chella mengangguk.

"Berarti kakak kuliah jurusan medis?" Rino mengangguk. "Susah gak, kak? Aku pengen masuk jurusan kedokteran di UI nih! Sejujurnya sih aku maunya gak usah kuliah aja, cukup dapet suami yang kaya."

Chella terkekeh sendiri atas pernyataannya. Rino pun demikian. "Dibilang susah sih ya tergantung gimana orangnya, yang penting sih harus rajin aja. Tugas juga gak bisa ditunda, kalau emang bisa dikerjain ya kerjain aja. Nanti numpuk." Chella menjentikkan jarinya.

"Nah itu! Aku orangnya pemalas!" Chella menghela nafas lelah. Ia mengingat saat Ia berusaha menjadi rajin dan akhirnya Ia menyerah. Rino terkekeh dan mengacak rambut Chella pelan.

Mereka kembali berbincang-bincang dengan topik yang dibuat oleh Rino. Terlalu asik, sampai tidak menyadari ada seorang lelaki yang menatap keduanya tajam. Dalam sekejap, Chella ditarik oleh lelaki itu ke dekapannya.

"Gue udah bilang kan untuk gak deket-deket sama laki-laki lain?" Chella mengangguk saat mengenali pemilik suara ini.

"Lo! Jangan ganggu pacar gue kenapa?!" Sembur Angkasa galak. Chella mengerutkan keningnya.

Rino terkekeh pelan. "Oh jadi ini perempuan yang gak beruntung yang disukain adek gue. Dia imut kok." Angkasa melotot ke arah Rino, abangnya. Rino terkekeh sambil mengangkat kedua tangannya.

"Iya-Iya. Gue pergi dulu." Rino berdiri dan dengan cepat mencubit pipi Chella, bermaksud mengusili adiknya. Ia langsung saja berlari sambil terkekeh. Sementara Angkasa mendengus kasar.

Setelah pintu UKS tertutup, Chella memandang Angkasa. "Abang kamu?" Angkasa mengangguk. "Ganteng. Hehe,"

"Gantengan gue." Ucap Angkasa pede.

"Gantengan kakak kamu," ucap Chella sambil memandang Angkasa sok polos. Angkasa memanang Chella tajam lalu berjalan keluar UKS yang langsung diikuti Chella. Diam-diam Chella menahan tawanya.

"Kamu marah ya?"

"Ngambek?"

"Jangan cepet-cepet napa! Aku capek!"

"Kaki aku sakit!"

Chella tetap saja mengikuti Angkasa yang masih berjalan tanpa menoleh sedikitpun. Ia rasanya ingin tertawa karena sikap Angkasa yang lucu, namun kakinya benar-benar pegal.

Bruk...

Angkasa langsung menoleh dan melihat Chella terjatuh. Matanya langsung menangkap seorang laki-laki yang tertawa dengan kaki yang terselonjor memanjang. Matanya langsung memicing tidak suka.

Angkasa berjalan ke arah Chella dan menyuruhnya naik ke punggung lelaki itu. Sementara lelaki yang tadinya tertawa sontak terdiam, Ia sungguh lupa itu adalah pacar dari Angkasa.

"Gue tunggu lo pulang sekolah, kalau gak dateng, gue bakar rumah lo. Gue gak main-main." Ucap Angkasa begitu tegas. Lelaki itu menelan salivanya kasar.

Sementara Chella terus meringis. "Kayaknya kaki aku keseleo deh. Tapi kalau tulang aku patah gimana? Angkasa.. aku harus gimana?"

"Lo harus diem, karena lo bikin gue pusing." Chella mengerucutkan bibirnya saat mendengar pernyataan Angkasa yang menyakitkan.

Chella akhirnya diam dengan menaruh dagunya di atas pundak Angkasa dan menunduk hingga kepalanya menyentuh wajah Angkasa sedikit.

Hingga akhirnya Angkasa menurunkannya di atas jok penumpang mobilnya. Chella menggeleng saat Angkasa hendak menutup kakinya. Baru saja Chella ingin memprotes dan dengan cepat Angkasa mengisyaratkan dirinya untuk diam.

"Kaki lo sakit, gak usah sekolah hari ini." Chella hanya mengangguk pasrah. Bagaimanapun, Ia sedikit terkejut dengan sikap Angkasa hari ini.

****

Ada yang mau cowok kaya Angkasa? :'D

Jangan lupa voment :D

Ternyata hari ini aku bisa update, YAY!


My TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang