Part 8 - Cari Mati?!

8.9K 492 5
                                    

Angkasa menggeram kesal ketika Ia mendengar kabar bahwa Luis, salah satu temannya dikeroyok saat baru saja keluar dari rumahnya. Hal itu tentu membuat Angkasa marah.

Dengan cepat Ia berjalan keluar kelas menghiraukan guru yang sedang memanggil namanya. Langit yang tahu apa yang terjadi juga cepat-cepat keluar kelas. Walaupun ia tahu sahabatnya bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, namun Ia takut sahabatnya melakukan hal yang fatal.

Seperti membunuh orang.

Angkasa berlari kencang dan langsung naik ke motornya lalu melaju seperti orang kesetanan, diikuti Langit di belakangnya. Angkasa tidak peduli dengan umpatan orang-orang di jalan, yang Ia pikirkan adalah bagaimana cara untuk membunuh Reyhan dan para tai-nya.

"Sialan!" Umpatnya.

Tak berapa lama Ia sampai di depan markasnya. Ia membuka pintu dan mendapati Luis yang sedang ditangani dokter langganan mereka, bisa dibilang saudara dari salah satu anggota geng Angkasa.

"Siapa yang ngeroyok dia?"

"Kayak biasa, Sa. Si lima tai itu!" Jawab Peter yang sedang memperhatikan Luis. "Dia baru mau ke sini, eh dikeroyok. Tolol emang!"

Tanpa berkata apa-apa, Angkasa langsung berbalik menuju motornya. Hal itu membuat Alex, Peter, dan Langit mengikutinya. Mereka tak ingin ketuanya terkena masalah.

Keempat motor itu melaju dengan kecepatan yang sudah pasti di atas rata-rata. Sampai motor berwarna putih itu sampai duluan di depan gudang yang sudah tidak terpakai.

Angkasa melepas helmnya dan turun dari motornya. Ia dengan cepat membuka pintu dengan cara menendangnya lalu disambut dengan kelima orang yang sedang tertawa seolah tidak melakukan apa-apa.

"Bangsat! Sini lo!" Reyhan menoleh dan menatapnya remeh. Ia berjalan santai ke arah lelaki yang sekarang nafasnya tersenggal-senggal.

"Kenapa? Temen lo sekarat? Atau udah lewat?" Angkasa mengepalkan tangannya erat. Ia menatap Reyhan seolah-olah lelaki itu adalah orang paling hina di bumi ini.

"Teman lemah lo itu pasti ngadu ya? 'Angkasa, gue dikeroyok'.." Ucap Reyhan dengan nada yang dibuat-buat dan membuat Angkasa menarik nafas. Ketiga teman Angkasa hanya memperhatikan kedua orang itu dari pintu gudang.

"Dia gak lemah, lo berlima yang lemah!" Seru Angkasa. Lelaki di depannya pun menatap Angkasa tajam.

"Apa? Ulangi!"

"Gue bukan bawahan lo yang harus nurutin lo kan?" Reyhan memberikan satu pukulan pada rahang Angkasa. Angkasa terhuyung lalu terkekeh pelan.

"Kenapa lo? Lo nonjok gue atau kasih pukulan manja?" Ucap Angkasa sambil terkekeh. Angkasa kembali berdiri di depan Reyhan yang lebih pendek darinya, tatapannya seolah menghunus lelaki itu.

"Lo macem-macem sama temen gue, artinya lo nyari masalah sama gue. Anjing," Desis Angkasa.

Sedetik kemudian, Angkasa mulai menghujami Reyhan dengan pukulan yang jauh lebih keras dari yang tadi lelaki itu berikan. Teman-teman Angkasa dan Reyhan pun mulai menjauhi mereka.

"Gue merasa lo orang paling gak berguna di dunia tau gak?! Manja, lemah, beraninya pake bekingan! Lawan gue aja gak bisa, sok-sok an lawan temen gue? Lo mau mati?!" Angkasa menghela nafasnya kasar. "Cabut."

Mereka berempat mulai keluar dari gudang itu, namun sebelum itu terjadi, Angkasa berhenti. Berhenti karena mendengar kalimat laknat dari mulut Reyhan.

"Gu-gue denger lo punya.. pacar?" Reyhan terbatuk pelan lalu terkekeh. "Gimana kalau.. dia sama gue?"

Angkasa menoleh dan berjalan ke arah Reyhan. Keempat teman Reyhan sudah berusaha mendorong Angkasa namun lelaki itu tidak sebodoh itu. Langit, Alex, dan Peter pun kembali ke dalam.

Mereka tahu, Angkasa sedang sangat emosi sekarang. Mereka berlari ketika Angkasa kembali menghujami Reyhan dengan pukulan keras sampai Ia merasa puas. Ia berdiri dan menendang badan Reyhan.

"Lo berani deketin, gue gak segan-segan ngabisin lo. Saat. Itu. Juga!"

Angkasa akhirnya keluar dari gudang itu dan menaiki motornya. Ia kembali ke sekolah yang gerbangnya memang terbuka lebar daritadi. Untungnya sudah jam pulang sekolah sehingga Ia tak perlu repot-repot memasuki kelas lagi.

Angkasa mengedarkan pandangannya dengan mata tajamnya. Aura menyeramkan pun masih berada di sekitarnya dan membuat para siswi tidak jadi melihatnya terus-terusan.

Matanya memicing ketika melihat Chella berjalan dengan Juli sambil cekikikan. Ia berjalan cepat dan menarik Chella. Chella sendiri terlihat kewalahan sekarang.

"Jul! Duluan!" Juli hanya mengangguk.

Angkasa terus menariknya -- ralat, mencengkram lengannya sampai ke depan motornya. Chella meringis sambil mengusap lengannya.

"Sakit tau!" Ucapnya kesal. Angkasa pun menatap dirinya tajam dan menyuruhnya untuk naik. Dengan berat hati, Chella menaiki motornya.

"Pegangan!"

"Nggak!"

Angkasa mendengus lelah lalu menarik kedua lengan Chella agar memeluknya. Angkasa memundurkan motor itu sambil mengelus pelan lengan Chella yang tak sengaja Ia cengkram.

Angkasa kembali melepaskan tangannya dan mulai melaju. Bukan ke arah rumah Chella, melainkan ke taman.

Ia ingin menghabiskan waktunya bersama gadisnya dan membuat semua emosinya meluap, kali ini.

****

Hellaww!

Jangan lupa voment ya! :'D

Have a great day!

-Penulis yang masih belajar-

My TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang