Part 23 - Rencana Gagal.

7.7K 404 22
                                    

Chella berjalan santai bersama kakak laki-lakinya di taman. Tentunya setelah berdebat beberapa saat dengan Angkasa yang enggan menyetujui perempuan itu berjalan dengan Reyhan. Namun dengan segala ancaman oleh Chella, akhirnya lelaki itu pasrah.

"Pacar kamu mana? Biasanya ngikutin terus." Ucap Reyhan sambil berjalan ke arah tempat duduk, diikuti Chella. Chella mengendikkan bahunya. 

"Tumben abang nanyain? Biasanya sinis-sinisan sama Angkasa." Ucap Chella lalu Ia memutar tubuhnya menghadap ke Reyhan. 

Reyhan terkekeh lalu mengunyal pelan pipi adiknya. "Kan kamu suruh baikan," ucap Reyhan lembut. Chella hanya menyengir lalu membuka bungkus lolipop yang tadi dibelikan oleh lelaki i sebelahnya. 

Baru saja Ia ingin mengemut permennya, ponselnya berdering dan membuat Ia mengambilnya dari saku sweater. Ia menatap Reyhan yang dibalas oleh anggukan singkat, kemudian Ia mengangkat panggilan itu. 

"Halo?" 

"Dimana? Aku jemput sekarang ya?" Ucap seseorang disebrang sana. Chella sontak mengerenyit, tadi Angkasa bilang bahwa Ia akan menunggu Chella di kafe. 

"Kata kamu, kamu nunggu di kafe?" 

"Kamu lama." Jawab Angkasa dengan nada kesal. Chella terkekeh pelan lalu menatap Reyhan yang sedang menatapnya dengan alis terangkat satu. 

"Iya iya, aku ke kamu ya sekarang." Angkasa hanya berdeham lalu Chella memutuskan panggilan itu. Ia berdiri lalu menatap Reyhan. 

"Yuk." .

Reyhan mengangguk lalu merangkul adiknya. Mereka berdua berjalan ke arah mobil hitam milik Reyhan sambil sesekali tertawa karena candaan dari Chella maupun Reyhan.

Di sisi lain, 

Seorang perempuan yang baru saja mengambil foto dari kedua orang itu tersenyum puas. Ia melihat lagi foto yang baru saja diambilnya dengan rasa bahagia. 

"Apa gue bilang, dia gak cocok sama lo, Sa." 

Perempuan itu, Renata, terkekeh pelan lalu berjalan menuju mobilnya yang tadi Ia gunakan untuk mengikuti Chella. Ia hanya tidak tahu, Angkasa sudah mengetahui semuanya. 

****

Chella turun dari mobil setelah Ia mencium salah satu pipi milik kakaknya. Reyhan hanya tersenyum untuk membalas lambaian tangan dari adik perempuan satu-satunya itu. 

Dengan langkah ringan, Chella melangkahkan kakinya ke arah laki-laki yang kini memandangnya kesal dengan muka masamnya. Chella yang sedang lemot dan tidak peka itu malah mengumbar senyumannya lalu dengan santainya Ia duduk dan menyedot minuman milik Angkasa.

"Kamu udah berapa jam?" 

"Tiga." Chella terbelalak. 

"Tiga jam? Disini?" 

"Bukan! Tiga detik!" Ketus Angkasa yang malah dihadiahi jitakan kecil dari Chella. Chella mendengus. 

"Kalau baru tiga detik, gak mungkin minumannya udah ada. Kecuali kamu ngambil punya pelanggan lain." 

"Ya,ya,ya. Semerdeka kamu aja." Ucap Angkasa lalu lelaki itu membuka ponselnya dan mengacuhkan Chella yang ingin mengatakan sesuatu. Chella hanya menghela nafasnya lalu kembali menyedot minuman itu. 

Angkasa mengerenyit ketika melihat Renata mengirimkan sebuah pesan. Dengan pelan Ia membuka pesan itu dan sontak menaikkan kedua alisnya. 

Renata. 

*Picture*

Liat sendiri kan kamu? Dia itu selingkuh! 

Kamu gak bisa bandingin aku sama dia. 

Dia juga selingkuh

Ditunggu kabar putusnya ya. 

Mt lo. 

Itu abangnya. 

Gblk. 

Angkasa mendengus lalu menatap Chella yang kini menatapnya dari lipatan tangannya. Angkasa mengusap pelan kepala perempuan itu dan membuat Chella berdeham pelan. 

"Kamu bales siapa?"

Tanpa menjawab, Angkasa membuka pesan dari Renata tadi lalu menunjukkannya ke arah Chella. Chella mengerenyitkan dahinya lalu menatap Angkasa ragu. "Block! Mantan kamu kurang laku, jadinya rese." Ucap Chella kesal. 

Angkasa terkekeh pelan lalu melakukan apa yang disuruh Chella tadi. "Iya sayang. Ayo pulang, udah sore." Chella mengangguk lalu mengikuti langkah lelaki yang kini menggandeng tangannya. 

****

"Sialan!" 

Renata berjalan di depan seorang lelaki yang menatapnya jengah. Sudah 30 menit semenjak perempuan itu menerima balasan dari Angkasa, lelaki itu harus melihat perempuan yang Ia cintai sejak dulu menjadi setrikaan. 

"Kenapa sih lo? Angkasa lagi?" 

Renata menatap Yuda, lelaki itu. "Menurut lo?! Harusnya lo kasih tau gue kalau cowok yang tadi sama perempuan sialan itu kakaknya. Udah kaya orang bego gue, tau gak lo?!" Makinya kepada Yuda. 

"Urusan gue sama perempuan itu apa?" Balas Yuda. "Denger ya, udah berapa kali gue bilang. Lupain Angkasa. Coba sekali-sekali lo liat sekitar lo. Liat siapa yang selalu ada buat lo, yang selalu bantuin lo, yang selalu peduli, yang gak mau lo tersakiti, yang gak mau liat lo netesin air mata. Angkasa, hah?! Dia bahkan gak peduli sama lo!" Bentak Yuda. 

Renata menatap Yuda tak percaya. "Kenapa lo bentak gue?! Gue butuh Angkasa, lo tau? Keluarga gue lagi dalam masa kritis! Gue gak mau jatuh miskin, satu-satunya orang yang bisa gue manfaatin itu Angkasa!" 

Yuda berdiri dan melangkah mendekati Renata. Perempuan itu terlihat mundur sampai akhirnya Ia menabrak tembok dibelakangnya. Yuda tetap mendekati perempuan itu lalu membuat jarak antara mereka hanya 1 cm.

"Liat sekitar lo! Di dunia ini, gak cuma Angkasa doang yang kaya." Ucap Yuda dengan nada rendah. Renata yang mendengarnya menjadi merinding. 

"A-apa sih! Kenapa lo malah bela mereka?!" 

Yuda menatap Renata lekat-lekat. "Gue." Renata mengerenyitkan dahinya. 

"Gue apa?" 

"Gue, Ren. Gue yang selalu ada buat lo. Apa lo pernah menyadari itu?" 

Pada detik itu juga, Renata untuk pertama kalinya tidak bisa mengeluarkan suaranya.

****

Happy Sunday semuanya :D

Jangan lupa voment yaa..

Makasih untuk para pembaca yang setia dengan cerita ini!

See you next week huhu ;'

salam cinta, 

Milla. 

My TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang