Part One - Jadian

13.6K 660 2
                                    

"Chella!"

Chella menoleh ke arah perempuan yang kini sedang berlari kecil ke arahnya. Ia tersenyum lalu kembali berjalan menuju kantin ketika Juli -- sahabatnya sudah berjalan sejajar dengannya.

"Ih! Maaf ya tadi pagi, gue belom mau keluar dari sekolah ini. Sayang, banyak cogan soalnya." Ucap Juli sambil menyengir. Chella mendengus lelah lalu mengangguk, Ia mengerti pasti tidak ada orang yang ingin dikeluarkan hanya karena berdekatan dengannya.

Chella tidak mengerti apa yang lelaki itu lakukan sehingga dalam waktu sedekat ini semuanya balik seperti semula. Bahkan tak jarang beberapa orang menyapanya ramah dan dibalas dengan senyum kikuk.

"Orang-orang kenapa pada nyapa aku sih?" Tanya Chella tak tertahankan kepada Juli. Juli hanya mengendikkan bahunya, enggan memberitahu apa yang Angkasa katakan pada mereka semua. Sejujurnya, Juli shock dengan berita itu tapi ia bersikap biasa saja.

"Lo serius pacaran sama Angkasa?"

"Kalau iya, kenapa?" Bukannya suara Chella yang terdengar, malah suara berat khas cowok yang membuat Juli sedikit merinding. Mereka berdua menoleh dan mendapati Angkasa dengan wajah angkuh khasnya. Pandangan Juli beralih ke lelaki di samping Angkasa, kalau tidak salah namanya Langit Natawijaya.

"Lang, ajak temennya makan sana." Langit mengangguk lalu tersenyum ramah sambil menarik tangan Juli pelan. Mau tak mau, Juli mengikuti langkah kaki Langit dan menjadi sorotan karena berjalan dengan temannya Angkasa yang bisa dibilang 'tak tersentuh'.

Sementara itu, lain dengan Langit, Angkasa menarik tangan Chella seperti orang terburu-buru. Chella menjadi kewalahan menyamai langkahnya dengan langkah Angkasa yang tidak santai. Mereka berdua berhenti di depan meja yang terisi oleh 3 orang laki-laki. Dagu Angkasa mengarahkan ketiga orang itu untuk pergi dan orang-orang itu pergi dengan sedikit terburu-buru.

"Heh lo!" Ucap Angkasa pada seorang perempuan yang terlihat culun itu. "Pesenin nasi goreng sama es teh manis, dua. Cepetan!" Lanjutnya sambil menyodorkan selembar uang berwarna merah muda itu.

"Kamu kenapa nyuruh dia? Aku bisa kok." Ucap Chella sambil menatap Angkasa yang sedang menatap dirinya.

"Lo cewek gue, udah seharusnya lo diperlakukan spesial sama anak-anak di sini." Ucapan Angkasa membuat Chella mengerenyitkan dahinya. Tak lama Angkasa kembali bersuara.

"Gue punya peraturan buat lo. Karna lo pacar gue lo gak boleh berdekatan sama cowok, termasuk penjual kantin atau pedagang. Gue gak suka dibantah apalagi ditolak. Juga, gue pinter, kalau lo butuh bantuan dalam pelajaran, lo bisa nanya ke gue." Ucap Angkasa dengan pede.

Chella mendengus lalu menepuk pipi Angkasa pelan, membuat siapapun yang melihatnya terperangah. "Permintaan aku cuma satu, pedenya dikurangin ya, Kak." Angkasa terkekeh mendengarnya.

"Anything for you, princess."

****

Pekikan demi pekikan terdengar ketika Angkasa dengan santainya merangkul Chella yang daritadi menunduk. Entah karena malu atau kepalanya berat menanggung beban hidupnya.

Angkasa sedikit menunduk untuk melihat perempuan di sebelahnya itu. Rasanya tangannya gatal untuk mencubit pipi Chella yang terlihat lucu. Sedetik kemudian Ia menggeleng pelan.

"Gue gak pernah liat cewek itu kayaknya."

"Ceweknya cantik, cowoknya ganteng. CUCOK!"

"Kak angkasa cakep banget, coba itu gue!"

"Serius jadian?!"

"Pengen gue gebet ceweknya!"

Mendengar seruan-seruan itu, Chella entah kenapa menjadi mendekat ke arah Angkasa. Padahal lelaki di sebelahnya hanya memasang muka datar. Chella menghela nafas lega ketika mereka sudah sampai di dekat motor besar berwarna merah.

"Kita mau ngapain, kak?"

"Tidur," jawab Angkasa asal. Sementara Chella memandang Angkasa takjub.

"Kakak tidur di jalan?" Angkasa mendengus lalu mendapati perempuan itu memandangnya dengan mata bulat dan wajah polosnya. Tanpa menjawab, Ia memakai helm fullface miliknya.

"Naik."

Mengerti apa yang dimaksud, Chella segera menaiki motor besar itu. Untung saja Ia sedang memakai celana olahraga karena tadi Ia malas mengganti pakaian. Toh pelajarannya juga di jam terakhir.

Chella reflek memeluk pinggang Angkasa ketika lelaki itu melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Sepanjang perjalanan yang dilakukan Chella adalah memejamkan mata dan memperkuat pelukannya.

"Badan gue yang enak buat dipeluk, atau emang lo ketakutan? Udah sampe!" Chella membuka matanya perlahan dan melepaskan tangannya saat menyadari Ia sudah berada di depan rumahnya.

"Makasih. Kakak tau darimana rumah aku disini?"

"Jangan bilang lo gatau kalau gue anak pemilik sekolah?" Chella sontak menggeleng polos. Dan dengan gemas Angkasa mengunyel-unyel pipi Chella, tangannya sudah tidak bisa diajak kompromi.

"Untung lo lucu, kalau kaga udah gue lempar lo ke neraka! Gue balik!" Chelle hanya mengangguk kaku, pipinya mulai memerah. Saat Angkasa sudah hilang dari pandangannya, Ia memasuki rumah dengan pandangan kosong.

"Masa gitu aja baper sih? Gak boleh, gak boleh!" Chella memukul pelan kepalanya dan berjalan ke arah kamarnya dengan senyum yang tak bisa ditahan.

****

Mulmed : Ichella Rasha

Jangan lupa voment :)

My TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang