Part 7 - Karena Mangkok

9K 524 1
                                    

Chella berjalan di koridor sekolahnya dengan langkah yang sedikit tertatih karena lukanya belum sembuh benar. Angkasa berada di belakangnya dengan raut wajah yang terlihat tidak peduli.

Kemarin setelah Angkasa mengantar Chella pulang, perempuan itu langsung mengunci diri di kamar. Itupun karena orang tuanya yang kepo tentang Angkasa.

Chella berhenti di depan kelasnya dan menoleh ke belakang. Angkasa hanya menyuruh Chella masuk dengan dagunya. Chella mengangguk lalu memasuki kelasnya yang seketika hening.

"Kok diem?" Tanya Chella kepada teman sekelasnya. Mereka semua menggeleng kompak lalu kembali ke kegiatannya masing-masing.

"HALO!" Juli terlonjak lalu menatap Chella sinis. Perempuan itu kembali menelungkupkan kepalanya di lipatan tangan.

"Kenapa sih?" Chella menaruh tasnya di bawah lalu menggoyang-goyangkan lengan Juli.

"Lupa ya udah ninggalin gue kemarin? Pake pulang segala lagi!" Gerutu Juli sambil menjitak kepala Chella. Chella sendiri hanya menyengir.

"Aku gak mau pulang, tuh kak Angkasa yang maksa! Lagian kan ada temennya kak Angkasa." Goda Chella dan seketika Juli mengacak rambutnya sendiri.

"Nah makanya itu! Gue jadi canggung tau, diajak makan berdua sama dia!"

"Harusnya kamu seneng dong! Kapan lagi makan bareng doi?" Chella menaik turunkan kedua alisnya.

"Tapi kan canggung. Mana gue curhat-curhat gak jelas gitu lagi. Dan lo tau apa yang dia lakuin setelah dengerin curhatan gue yang banyak itu?!" Chella menggeleng.

"Cuma. Senyum. Kecil. Yaampun! Gue kira ditanggepin apa gitu, disenyumin doang woi!"

"Wah bagus dong? Kan Kak Langit jarang senyum, harusnya kamu merasa beruntung." Juli mengangguk menyetujui perkataan Chella.

"Ya tapi seenggaknya kasih pendapat kek! Senyum doang mah kucing gue juga bisa!" Kesal Juli sambil memukul meja di depannya pelan.

"Mending disenyumin atau gak dikasih senyuman?"

"Di senyumin sih,"

"Nah yaudah, bersyukur dikit kek!" Chella menoyor kepala sahabatnya. Sedetik kemudian Juli tersenyum penuh arti kepada Chella.

"Traktir gue ya? Tanggung jawab kemarin lo ninggalin gue sendirian juga di kelas."

"Gak bisa gitu dong! Minta kak Angkasa aja."

"Lo pikir gue berani?"

"Iyain deh biar fast."

****

Kantin terlihat sudah ramai dengan murid yang langsung melarikan diri dari kelas ketika bel istirahat berbunyi. Bahkan para penjual sudah kewalahan melayani para pembeli yang saling berteriak untuk memesan.

Chella sendiri gemas dengan murid yang tadi di suruh Angkasa untuk membeli karena dengan seenaknya Ia menyerobot. Kalau Ia menjadi orang yang sedang membeli, sudah dipastikan murid itu akan Ia lempar kuah bakso yang masih panas.

"Kenapa gak aku aja sih yang beli? Kasian yang lain harus ngalah!"

"Tau nih!"

Angkasa dan Langit hanya mengendikkan bahu mereka tak acuh. Sementara kedua perempuan di depannya terus memperhatikan murid laki-laki yang sekarang sedang kesusahan membawa 4 mangkok berisi mie ayam itu.

Chella bangun dan tanpa mendengar protesan Angkasa, Ia mengambil dua mangkok dari laki-laki itu lalu menaruhnya di atas meja. "Makasih ya!" Ucapnya sambil tersenyum.

"Nah sekarang, makan!"

Ketiga orang itu sudah mulai memakan kecuali Angkasa yang tetap tidak menyentuh makanannya sama sekali. Seperti mencari perhatian dari perempuan di depannya.

Beberapa menit berlalu dan Chella baru menyadari bahwa Angkasa tidak makan sama sekali. Ia mendongak dan langsung bertemu dengan tatapan tajam dari Angkasa.

"Kamu kenapa gak makan?"

"Menurut lo?!"

Juli dan Langit langsung mendongak dan menatap satu sama lain. Seolah bisa berkomunikasi dengan batin, kedua orang itu mengambil mangkuknya dan duduk di meja yang sedikit jauh dari Angkasa dan Chella.

"Ya, kamu emang gak makan sih. Kenapa? Gak enak?"

"Lo ngapain bantuin si tai tadi?" Tanya Angkasa. Chella mengerenyitkan dahinya bingung, Ia masih memikirkan siapa yang lelaki itu maksud.

"Yang mangkok tadi?" Angkasa tidak menjawab namun diamnya Angkasa membuat Chella mengerti apa arti tatapan lelaki ini. "Cuma bantu doang, astaga. Kasihan tau!"

"Kenapa kasian?"

"Ya kasian aja bawa 4 mangkok gitu, gak pake nampan lagi."

"Itu sih dianya aja yang bego," Chella memukul pelan mulut Angkasa. Angkasa tetap mengerenyit tidak suka kepada Chella.

"Masa gitu doang marah sih? Alay ah kamu!" Gerutu Chella sambil menaruh sumpit yang Ia pakai di pinggir mangkoknya. "Makan sana!"

"Suapin gue dong." Chella mendengus. Daripada Ia harus menyiapkan segala argumen untuk melawan Angkasa yang sekarang sedang manja ini, mending Ia melakukan saja.

Ia membuka sumpit yang belum digunakan lalu menggulung mie dan menyodorkannya ke Angkasa. Lelaki itu tentu tersenyum puas sambil mengunyah makanan di mulutnya.

"Kenapa sih senyum-senyum?"

"Gapapa. Jarang aja ada orang yang berani marah-marah ke gue."

Chella mendengus lalu menyodorkan mie yang sudah Ia gulung di sumpit ke Angkasa. Ia baru menyadari lelaki di depannya ini selain galak dan posesif, Ia juga bisa manja ke orang terdekatnya.

Namun ada satu yang mengganjal pikiran perempuan itu. Ia belum terlalu mengenal Angkasa baik luar maupun dalam. Ia hanya berharap tidak ada hal yang dapat mengecewakan dirinya.

****

Hello lagi!

Jangan lupa voment ya!

Maaf rada gaje nih :'D

-Penulis yang masih belajar-

My TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang