Prolog

4.8K 50 6
                                    

PROLOG

ALEX

Ketegangan sudah menyelimuti suasana saat ini. Padahal beberapa saat yang lalu kami masih tertawa tawa membayangkan wajah bayi yang akan kami lihat di dunia ini. Namun, sekarang tidak ada wajah yang tidak cemas. Menunggu salah satu anggota keluarga kita yang akan lahir sesaat lagi. Dan aku ingat pembicaraan kita sebelum ini.

“ Kalian sudah siapkan nama untuk adik kalian belum? ” tanya mom ketika kita sedang membicarakan calon adik kami yang sebentar lagi akan lahir. Kakakku, Sam, menggaruk garuk kepalanya dan berfikir sejenak.

“ Nama laki laki? Hmm...” aku ikut berfikir. Dokter telah menyatakan kalau keluarga baru kita itu adalah laki laki. Mom dan dad sangat senang mendengarnya. Mereka sangat menginginkan anak laki laki. Padahal aku dan Sam sudah laki laki. Aku pun setuju dengan mereka. Aku sangat ingin adikku nanti adalah laki laki yang lucu. Tentunya yang kuat dan tahan banting. Dan aku sangat tidak setuju kalau adikku adalah perempuan. Entah kenapa aku benci dengan perempuan. Mereka sangat merepotkan. Minta ini. Minta itu. Genit. Atau apalah yang berhubungan dengan wanita. Tapi tidak dengan mom. Dia adalah wanita terbaik yang pernah kukenal di bumi ini.

“ Bagaimana dengan Louwis? Nama panjang bisa kita pikirkan nanti ” usul Sam dengan semangat. Mom dan dad saling melempar senyum. Aku berfikir. Louwis? Bagus juga.

“ Louwis? Tidak buruk ” pendapatku. “ Bagaimana dengan kalian? ”

Mom dan dad berpandangan, kemudian mengangguk dengan kompak.

“ Kami berdua akan serahkan sepenuhnya kepada kalian ” dad menepuk bahuku dan bahu Sam. “ Itu semua terserah kalian. Asal nama itu cocok dengan adik kalian nanti ”

Sam terlihat senang. Dia memeluk dad kemudian mencium kening mom. Beberapa menit kemudian, saat aku dan keluargaku sedang bertawa ria, mom merintih kesakitan. Dan sepertinya ia akan melahirkan. Kami bertiga panik. Aku berusaha menenangkan mom dan dad berlari untuk memanggil dokter. Ketika dokter datang, aku serahkan semuanya kepada dokter. Aku berharap dokter bisa menanganinya.

            Sudah sekitar tiga jam berlalu sejak dokter masuk ke ruangan. Dan sekarang keadaan makin menegang. Sam yang semulai bisa sedikit tenang mulai tidak sabar dan wajahnya terlihat berkeringat. Sementara ayahku duduk dan berdoa agar mendapatkan yang terbaik. Tiga jam tiga puluh menit. Akhirnya dokter keluar ruangan dengan wajah berkeringat. Wajahnya juga tidak terlihat terlalu bahagia. Dad yang melihat itu langsung menghampiri dokter.

“ Bagaimana dokter? Apakah operasinya berjalan lancar? ” tanya dad dengan wajah cemas. Sam—yang baru saja sadar kalau dokter sudah keluar ruangan— menghampiri dad.

“ Anak anda bisa selamat ” ucap dokter dengan senyum yang dipaksakan “ Tapi... ”

“ Benarkah dokter? Syukur! ” dad memotong ucapan dokter. Dia terlihat senang sekali. “ Kapan saya bisa melihat anak saya dokter? ”

“ Sebentar lagi. Tapi... ada hal yang harus saya sampaikan ” wajah dokter itu tiba tiba terlihat murung.

“ Ada apa dokter? ” tanya dad. Wajahnya yang ceria memudar karena melihat wajah muram dari dokter.

“ Anak anda selamat. Dan sehat. Tapi, kami tidak dapat menyelamatkan istri anda ”

Seperti ada petir yang menyambar diatas kepala kami. Beberapa detik lalu, kami bahagia karena senang adik kami sudah lahir. Tapi sekarang? Mataku membelalak menghadap kepala dokter yang tertunduk. Kemudian iya menepuk bahu dad.

“ Harap bersabar Mr. Madison. Mungkin ini adalah jalan terbaik untuk keluarga kalian. Dan sekarang pasti Mrs. Madison sudah tenang sekarang ”

“ Dokter jangan bohong...! tidak mungkin istri saya meninggal! ” jerit dad. Sam terlihat syok. Wajahnya yang bahagia berubah menjadi sedih. Dan mulutnya masih menganga lebar.

Without HappyWhere stories live. Discover now