Koplak! Ada-Ada Aja, Tes dan Interview Kerja Salah Hari

72 10 0
                                    

Setahun terakhir ini, Hari menikmati pekerjaan paruh waktu sebagai freelance editor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setahun terakhir ini, Hari menikmati pekerjaan paruh waktu sebagai freelance editor. Dia punya keluarga kecil, seorang istri dan satu anak laki-laki yang usianya baru 2 tahun.

Setelah mengalami PHK karena setahun yang lalu akibat perusahaan tempatnya bekerja nyaris bangkrut, dia pun bekerja bersama istrinya sebagai pendidik. Namun singkat cerita, setelah dia berbulan-bulan berupaya sekuat tenaga untuk mencintai pekerjaan barunya—mengajar di SMA, dia belum juga jatuh cinta pada profesi barunya itu.

Apakah yang dilakukan Hari kemudian? Dia pun mencari dan terus mencari informasi tentang pekerjaan yang selama ini dia sukai. Sepengetahuannya, karena kondisi perekonomian negeri ini melemah dan banyak PHK besar-besaran, maka dunia penerbitan pun kena imbasnya. Jadi, tidak mudah bagi Hari untuk peluang pekerjaan sebagai editor.

Gagal mendapatkan info dari situs-situs lowongan kerja, dia mencoba menghubungi satu per satu kenalan yang bekerja di bidang yang serupa. Saat menjalin komunikasi, di antara rekan-rekan dan kenalannya kebanyakan menjawab belum ada peluang, namun ada juga yang menawarkan peluang untuk sebagai freelancer. Ada yang berbaik hati akan mengabari jika ada peluang.

Nah, suatu hari rekan Hari yang bernama Doni mengabarinya via WA tentang peluang editor buku Agama. Segera Hari unduh foto yang diunggah Doni yang berisi tentang lowongan itu. Hari baca dengan saksama. Tak lama kemudian, Hari segera menyiapkan berkas-berkas untuk dikirim via email sesuai dengan info yang ada di foto tersebut. Menunggu apakah berkasnya lolos atau tidak membuat Hari harap-harap cemas. Galau dan gundah memenuhi jiwanya.

Beberapa minggu setelah berkas lamarannya terkirim, karena ada keperluan untuk membuat profil diri, Hari mencari-cari sebagian infonya di CV. Mencari file tersebut di komputernya tidak diketemukan. Dia baru sadar bahwa saat mengirim lamaran, dia menggunakan laptop istrinya karena laptop miliknya sedang diservis. Karena diburu waktu, tidak akan sempat kalau harus mencari file CV itu di laptop istri, kemudian dia mencoba unduh saja dari email.

Di situlah kegalauanya makin menjadi. Ternyata di histori email terkirim, dia tidak menemukan file CV-nya. Wah kok bisa ya, tidak terkirim? Padahal dulu seingatku file itu sudah kukumpulkan dalam satu folder, pikir Hari.

Akhirnya, selepas Asar sepulang dari sekolah, Hari segera menyambar laptop istri dan mencari file yang telah membuatnya sesak bernapas. Setelah file itu diketemukan, dia segera buat profil yang diperlukan untuk melengkapi kelengkapan lomba puisi yang diminta panitia. Beberapa bulan lalu, dia ikut lomba puisi dan beruntung sekali puisi yang dia kirimkan itu masuk nominasi 10 besar.

Kemudian setelah itu dia menghubungi Doni, tentang tragedi file CV yang menimpanya. Singkat cerita Doni menanyakan kepada rekan yang bekerja di perusahaan penerbit yang sedang membutuhkan karyawan baru itu. Singkat cerita, Doni mengabarkan bahwa semua pelamar belum ada yang dipanggil. Hari pun menyimpulkan berarti masih ada kesempatan. Maka Hari pun mengirimkan ulang berkas-berkasnya, termasuk file CV yang ketinggalan.

Beberapa hari setelah mengirimkan email, dihubungi via telepon, tapi tidak terangkat karena dia sedang mengajar di kelas. Namun beruntung, SMS masuk ke HP-nya yang berisi undangan tes dan interview. Untuk mendapatkan kejelasan, Hari menelepon nomor yang telah mengiriminya SMS. Suara di seberang hanya bicara singkat bahwa infonya sudah dikirimkan via SMS. Hari hanya menjawab, "Oh iya, iya, baik, Pak. Terima kasih." Hari membaca SMS itu berkali-kali. Dia sangat senang.

Esok pagi, Jumat, Hari pun berangkat dari Bogor ke Jakarta menggunakan KRL. Dari Stasiun Pasar Minggu ke lokasi yang dituju, wilayah Kemang Timur dia menggunakan jasa Grab Bike. Tiba di lokasi, Hari bertanya kepada bagian sekuriti tentang nama orang yang harus ditemui untuk tes dan interview. Bapak di pos jaga mengatakan tidak mengetahu nama orang disebut Hari. Saat menyebutkan nama penerbitnya, bapak penjaga juga kelihatan tidak tahu.

Hari mulai galau lagi. Gimana ini, aku sudah jauh-jauh dari Bogor. Kok bisa? pikirnya.

Dia segera buka HP, lalu menelepon nomor yang telah mengiriminya SMS.

"Pak, maaf saya sudah berada di depan alamat seperti yang Bapak infokan di SMS. Cuma memastikan apakah benar alamatnya?"

"Ya, betul?" jawaban dari seberang.

"Barusan bapak di bagian sekuriti bilang tidak mengenali nama Bapak dan juga nama penerbitnya. Bapaknya hanya bilang kalau tempat ini adalah kantor penerbit X."

"Oh iya, benar Mas. Itu memang kantor penerbit X, dan penerbit tersebut sudah pindah. Lagi pula tes dan interviewnya bukan hari ini, tapi Selasa."

Gubrakkk!

"Oh begitu ya, Pak!" Hari mencoba tentang dan menyembunyikan kekagetannya, "Saya kira hari ini."

"Bukan, hari Selasa. Semua pelamar saya informasikan hari Selasa. Kita memang hari ini belum berkantor di situ Mas."

Obrolan tiba-tiba terputus. Pulsa telpon Hari sudah habis. Hari segera mengecek SMS itu. Setelah dibaca berulang kali, dia baru sadar sepertinya SMS itu tidak lengkap. Di pesan itu tidak dicantumkan hari, hanya alamat dan jam. Apakah sebagian pesan lain tidak terkirim?

Sepanjang perjalanan pulang bersama driver yang sama saat berangkat, Hari lebih banyak diam. Dia masih tak habis pikir dengan kejadian yang baru saja menimpanya.

Saat duduk di KRL, Hari kemudian mengecek berkali-kali pesan itu. Dia mengirimkan SMS, untuk meminta dikirim ulang pesan lengkap tentang undangan tes dan interview itu. Pesannya tidak dibalas. Hari pun mengecek nomor yang mengiriminya pesan itu apakah ada WA-nya.

Rupanya ada. Hari mengetik pesan berisi salam. Taklama kemudian salam itu dibalas. Kemudian Hari dengan mengetik pesan dan sangatberhati-hati dalam memilih kata untuk dikirimkan pesan lengkap dengan Hari.Nomor WA itu tak lama mengirimkan pesan. Pesannya persis sama dengan yangdikirim via SMS, tapi kali ini dengan tambahan hari. Tertulis dengan jelas,hari Selasa. Ada-ada saja. Dasar Hari, kok bisa ya salah hari.    

Hari & Karlin | FiksiminiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang