Ini Tas Ayah, Bukan Tas Bunda!

64 9 0
                                    

Malam selepas Isya, Hari, Karlin dan Fikra bermain bersama. Hari menemani Fikra main pesawat terbang dan kereta. Malam ini mereka ingin mempraktikkan saran dari seorang pakar parenting, Abah Ihsan. Dalam buku dan ceramah parentingnya, Abah Ihsan selalu menyarankan kepada para orang tua agar ada waktu bersama dengan anak, yaitu dua sampai tiga jam, yaitu selepas Maghrib hingga jelang tidur. Istilahnya disebut 1821, yaitu dari pukul 18 sampai pukul 21. Kegiatannya bisa belajar bersama, bermain, mengaji, atau kegiatan apa saja bersama anak. Waktu 1821 bisa memenuhi quality time ayah dan bunda bersama buah hati.

"Pesawatnya ada berapa?" tanya Hari kepada Fikra.

"Ada satu!" Fikra semangat menjawab.

"Pintar... warnanya pesawatnya?"

"Putih... Ayah, Ketanya billu (keretanya biru)," Ucap Fikra dengan cadel. Maklum usinya menginjak 2 tahun 8 bulan.

Beberapa kosa kata yang diucapkan memang belum jelas, bahkan beberapa kata masih 'bahasa alien' yang oleh ayah dan bundanya sama sekali tidak dipahami. Kalau sudah kayak gitu, ayah dan bundanya tidak paham, Fikra menangis atau marah.

Selagi Fikra bermain ditemani Hari, Karlin teringat sesuatu. Dia belum merekap orderan kaus kaki. Sudah setahun ini dia berbisnis kaus kaki. Pelanggannya para guru dan para murid di sekolah.

"Fikra, Saleh, Bunda boleh minta tolong ya... Fikra ambilkan tas Bunda!"

Fikra berdiri hendak mengambil tas. Dia keluar dari kamar menuju ruang tengah. Lalu dia mondar-mandir mencari tas yang disebutkan bundanya.

"Bunda, di mana?"

"Di dekat kulkas, Nak," balas Karlin dari kamar.

"Nggak ada..." balas Fikra dari ruang tengah.

"Cari lagi, Nak. Di dekat kulkas," perintah bundanya.

Fikra mondar-mandir lagi mencari tas di dekat lemari es.

Setelah sekian lama, Fikra belum juga kembali, dia tak kunjung menemukan tas yang dimaksud Bunda.

Akhirnya Karlin bangkit, keluar dari kamar dan mendekati buah hatinya. Karlin menunjukkan tas yang dimaksud.

"Lihat, Nak. Ini tasnya ada," Karlin menunjukkan tas gendong warna coklat yang ternyata memang dekat di samping lemari es dan berada tak jauh dari Fikra.

"Ini Tas Ayah! Bukan Tas Bunda," ucap Fikra.

Karlin tiba-tiba menjadi bingung. Dia berpikir sejenak.

"Fikra, ayo kita kembali ke kamar..." Karlin menuntuk Fikra kembali ke kamar sambil menjinjing tas coklat.

Fikra kembali bermain. Sementara Karlin berbicara kepada suaminya, "Ayah, dia tadi bilang, ini tas ayah, bukan tas bunda."

Dengan santai Hari membalas, "Emang bener kan? Itu kan tas ayah yang bunda pinjam. Berati lain kali Bunda kalau minta bantuan lagi ke Fikra bilangnya tas ayah."

"Iya, mungkin Fikra membayangkan tas bunda itu tas yang warna hitam, yang resletingnya sudah rusak."

Karlin dan Hari pun bergantian berkata kepada Fikra.

"Fikra, maafin Bunda ya. Kamu pintar, Nak. Betul ini tasnya ayah," ucap Karlin sambil mengusap kepala Fikra.

"Anak ayah memang hebat," Hari menggendong Fikra dan menciumi Fikra.

Fikra menghindari ciuman ayahnya sambil berkata sambil, "Geliiii... geliii."

Anak itu geli kalau diciumi ayahnya karena janggut sang ayah yang lebat, apalagi lebih geli kalau baru dicukur. Hehe.

Karlin ingin berinteraksi dengan Anda. Dia bertanya, "Bagaimanakah rasanya pengalaman Anda bersama sang buah hati, tentu sangat manis dan berkesan bukan?"

Sumberbacaan tentang waktu 1821 dari: abahihsan.com

Hari & Karlin | FiksiminiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang