Liburan di Wahana Air: Antara Enggan Mencebur dan Enggan Mendarat

39 8 0
                                    

Musim liburan tempat rekreasi berjubel-jubel orang memenuhinya. Hari sebenarnya tak terlalu suka keramaian. Keramaian malah membuat liburan tidak tenang. Namun apa mau dikata, keluarga sudah memilih liburan ke water park.

Selama dalam perjalanan, Fikra tertidur. Ketika tiba di lokasi pun dia masih tertidur. Karlin dan Hari tidak langsung menceburkan diri. Saat menunggu Fikra bangun, keduanya menikmati pemandangan lautan manusia, tua dan dewasa, laki-laki dan perempuan menikmati dinginnya kolam. Mereka menikmati pemandangan itu sambil menikmati snack.

Saat Fikra bangun, Hari pun segera menggendong Fikra menuju kerumunan. Anak itu masih belum terlalu sadar. Dia senyam-senyum dan menyebut, "Gajah!" saat menyaksikan dua buah patung gajah.

"Ayo, kita turun ke air ya," ajak Hari.

Fikra langsung menolak, "Nggak Mau!"

"Tuh, lihat airnya tumpah," Hari mengarahkan Fikra melihat ember besar yang tergantung di udara. Ketika ember raksasa itu penuh, airnya tumpah ke kolam. Mendengar dan menyaksikan air yang tumpah, Fikra menangis ketakutan.

"Lihat, ada perahu, kita ke sana yuk," Hari melangkah mendekati perahu itu.

"Nggak mau," Fikra menangis karena perahu itu berada dekat dengan ember raksasa yang sebentar lagi menumpahkan air.

Entah kenapa Fikra sangat sensitif. Dia tidak mau kecipratan sedikit pun air yang jatuh dari wadah-wadah besar di kolam-kolam yang lain. Dia menangis saat air itu menciprati kulitnya. Hari pun mencari tempat lain yang dapat meredakan tangisan anaknya. Aneh ini, anak, padahal kurang lebih setahun yang lalu dia sangat suka dengan cipratan air semacam itu, malah dia pernah meluncur di salah satu wahana, dan Fikra benar-benar suka, pikir Hari.

Kemudian Hari membawa Fikra ke dekat istrinya dan menceritakan perihal keanehan anak itu.

"Coba lagi, sekarang. Mungkin tadi dia masih pusing karena baru bangun," saran Karlin.

Hari pun menuruti saran istrinya. Dia kembali membawa Fikra dan menawarkan turun ke kolam. Sama seperti sebelumnya, Fikra menolak dan menangis. Akhirnya Hari menyerahkan Fikra kepada Karlin.

Selanjutnya Karlin membawa anaknya menuju kolam lain yang dalamnya kurang lebih 80 cm. Setelah Karlin bujuk, Fikra akhirnya mau duduk sambil menurunkan kakinya ke permukaan air. Hari sedikit lega. Dia pun turun ke kolam dan mengajak anaknya. Fikra pun mau. Anak dan ayah kini pakainya sudah basah.

Agar lebih aman, Hari membawa Fikra ke kolam yang lebih dangkal biar anaknya bisa berdiri di kolam itu. Tidak mudah untuk merayunya. Hari kurang lebih 4 kali pindah kolam dengan kedalaman yang berbeda-beda. Nah, di kolam yang terakhir, saat siang semakin terik dan tangan fikra sudah terlihat keriput karena kedinginan, Hari tertantang lagi untuk menaklukkan anaknya. Fikra betah berlama-lama di kolam. Dia tidak mau diajak naik untuk mendarat. Ingin tetap bermain di dalam kolam. Apalagi di kolam terakhir ini ada yang sangat dia sukai, yaitu, patung ikan yang dari mulutnya memancarkan air.

Hari & Karlin | FiksiminiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang