Jelang tidur, biasanya Fikra bermain. Semua main digeletakan—mendekati berantakan malah—di lantai. Dan seperti biasa, Karlin membereskan, sesekali Hari membantu membereskan jika sedang tidak berada di depan laptop mengerjakan orderan mengedit naskah.
Ah, malam ini, setelah Fikra kelelahan bermain, anak itu akhirnya tertidur. Pulas sekali karena sudah puas bermain sejak siang hari. Karlin dengan telaten memasukan aneka jenis mainan yang terhampar di lantai. Sementara, Hari fokus di depan laptop mengerjakan editan yang tinggal beberapa lembar lagi.
Satu jam kemudian, Karlin duduk di samping suaminya yang masih berhadapan dengan partner kerjanya—laptop kesayangannya.
"Alhamdulillah, Yah. Akhirnya selesai juga tuh editan. Asyik, Bunda bakalan ditraktir nih..."
"Ya, plong rasanya. Rasanya kayak gimana ya," Hari berpikir sejenak. Dia memandangi Karlin dan mengabaikan laptopnya yang masih menyala.
"Oh, ya, lega rasanya, ibarat ayah selama ini punya satu bisul, lalu bisul tersebut pecah. Wah lega, beban sudah hilang."
"Gimana kalau nanti Ayah dapat orderan editan lagi? Berarti dapat bisul lagi dong?"
Hari mengernyitkan dahi. "Ya, pastinya, tapi untuk 'bisul' yang satu ini no problem, i like this, Bunda. Hehe..."
"Ah, dasar Ayah. Aneh, bisulan kok suka. Tapi nggak apa-apa sih, bunda ikut senang juga jika Ayah seneng."
"Omong-omong, tumben malam ini, tidak minta seduhan teh tarik?"
"Buat apa, Bun? Kerjaanku kan udah kelar nih, tidak perlu begadang lagi. Justru Ayah pengen tidur lebih cepat."
"Oh, ya udah, segera istirahat kalo gitu, Yah."
"Iya, siap, Bun. Istirahat cepat lebih baik. Ayah pengen bangun lebih pagi, biar bisa Tahajud dan bisa menulis lebih banyak lagi. Oya, sepekan ini ayah sudah coba praktikkan lho tips bangun pagi dari salah satu buku yang ayah edit. Bangun pagi sebelum Subuh, terus langsung mandi, ternyata bener lho efeknya dahsyat. Sejak ayah terbiasa melakukannya, daya tahan tubuh ayah jadi lebih baik. Biasanya kalau siang dan sore suka ngantuk dan lelah, sekarang jarang-jarang. Siang tetap kuat dan semangat," papar Hari sangat antusias.
"Oh, gitu ya. Bagus dong. Hebat!"
"Bunda juga tidak ada salahnya mencoba. Dijamin, bangun pagi langsung mandi, tunaikan Tahajud, Salat Subuh berjamaah terus tidak lupa Salat Duha, ternyata efeknya luar biasa. Menyehatkan dan membuat kita lebih produktif."
"Boleh, Yah. Namun Bunda masih kepikiran nih. Pengennya kalau berangkat sekolah tuh rapi dan bersih. Kalau mandi dulu, Bunda kan pagi-pagi ke dapur dulu, nanti keringatan lagi."
"Tidak usah banyak mikir, Bun. Kalau keringatan lagi gampang..."
"Gampang gimana?" Karlin penasaran tak berhenti menatap wajah Hari.
"Mandi aja dua kali hehe..."
"Ah, Ayah. Masa mandi dua kali. Kan kata Ayah harus hemat air dan sabun?!"
"Ya nggak apa-apa, yang ini pengecualian."
Mereka terus saja asyik mengobrol yang tak selesai, topik yang dibahas makin tidak jelas. Hingga akhirnya mereka berhenti ngobrol setelah Hari teringat bahwa besok dia harus bangun pagi untuk melanjutkan kebiasaan barunya ini. Mereka paksa stop pembicaraan. Mematikan lampu kamar. Lalu tidur.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hari & Karlin | Fiksimini
EspiritualHARI & KARLIN | Catatan Ringan Keluarga Milenial by Jahar copyright 2017 #40 Chicklit 191217 Hanya cerita ringan yang terkadang mengangkat isu-isu terkini. Cerita ini merupakan repost dari cerita yang saya publish di UC News. Ceritanya nano-nano, a...