Double up yeey!
(Voment Jusseyo.)
...
"Ya! Bisakah kau mengurangi kecepatan hah? Aku tidak mau mati muda! Aku bahkan belum menikah!"
Disinilah aku berada. Di dalam mobil sport berkecepatan tinggi yg tentunya milik Jungkook.
"Tidak bisa! Aku hampir terlambat. Sebentar lagi kelasku dimulai." Dia tidak mengindahkan permintaanku -yang lebih mirip seperti perintah- malah menginjak pedal gas semakin dalam membuat desiran salju terhempas di sisi ban mobil.
Fyi, Jungkook juga kuliah di jurusan yg sama -bisnis- denganku dan di semester yg sama namun beda universitas. Aku bahkan awalnya tidak percaya bahwa dia seorang mahasiswa.
Jungkook memang tidak waras. Dia mengendarai dgn kecepatan penuh di hari bersalju. "Kalau takut terlambat kenapa kau masih bersikeras mengantarku ke kantor! Aku bisa berangkat sendiri Jeon Jungkook. Ini mengerikan." Ucapku seraya memegangi dada, memastikan jantungku masih berada di tempatnya.
"Tutup mulutmu dan berpeganganlah jika kau takut karena aku tidak akan mengurangi kecepatan sedikit pun." Satu kata, Pasrah. Hanya itu yg bisa kulakukan, tidak ada gunanya, Jungkook tetap tidak bisa dipengaruhi.
Aku memeluk kamera ku erat seraya tak berhenti berdoa agar cepat dikeluarkan dari mobil sialan ini dgn selamat.
...
Aku keluar dari mobil dan Jungkook membuka jendelanya lalu berkata, "Aku akan menjemputmu," ucapnya. Aku sedikit menunduk menyamakan tinggi dgn Jungkook yg ada di dlm mobil.
"Ti-dak per-lu" Jawabku dgn gaya sombong –dibuat buat- dan penekanan pada setiap suku kata. Jungkook tersenyum manis, "Aku tidak menerima penolakkan. Jaga dirimu baik-baik, jgn lepaskan jaket mu. Saranghae... Chu." Dia mencium keningku?
Jungkook melajukan mobilnya meninggalkanku yang masih membeku dengan pipi merona.
...
"Kiara!" Sudah kutebak wanita ini pasti akan meneriaki ku ketika masuk studio. "Apa kau baik-baik saja? Kau masih sakit?" Aku memang izin sakit selama beberapa hari tidak masuk kemarin.
"Tidak. Aku sudah baikkan."
Raut wajahnya yg sumringah berubah menjadi sedikit murung, "Apa ini karena aku memaksamu minum kemarin? Aah aku menyasal Kia, kumohon maafkan aku." Aku merangkul bahunya dan tersenyum. "Tidak apa Minjae, ini bukan salahmu. Aku memang kurang menjaga kesehatan akhir-akhir ini."
Aku memulai sesi pemotretan setelah model sudah siap dan berakhir pada pukul 3 sore. Jam kerja ku memang tidak menentu sehingga aku bisa pulang jam berapapun, tergantung pekerjaanku sudah selesai atau belum, begitu juga dengan jadwal masuk kerjaku. Bisa pagi, siang, sore, bahkan tengah malam.
Aku membereskan kameraku, Drrrt... ponsel dalam sakuku bergatar.
'Jeon Jungkook memanggil.'
"Apa kau sudah selesai? Aku akan menjemputmu jika sudah."
"Bukankah sudah kubilang kau tidak perlu menjemputku?"
"Bukankah sudah kubilang aku tidak menerima penolakan?" Sial, dia mengikuti ucapanku.
Ku akui Jungkook memang hebat dalam berdebat, membuatku tidak bisa berkata apa apa lagi. Aku kalah.
Aku memutar bola mataku malas, "Hm, ya. Aku sudah selesai. Kau bisa menjemputku sekarang." Ucapku lalu sambungan terputus. Minjae yg berada di sebelahku mendelik. Aku yakin dari tadi dia menguping.
"Apa kau berkencan? Siapa pria yg telah mencuri hati seorang Kiara?" Godanya seraya mencuil-cuil pundakku. Menjijikkan.
"Aku tidak berkencan dengan siapapun Minjae." Aku lanjut membereskan kameraku yg sempat tertunda.
"Pria mana yg memaksa akan menjemput seorang wanita jika mereka tidak berkencan hmm?" Dia terus saja menggangguku. "Berhenti menggodaku. Sebaiknya kau beres-beres juga jika tidak ingin aku tinggal sendiri di dalam studio mengerikan ini." Memang tinggal tersisa kami berdua disini. Semua orang telah pulang, begitu juga dengan Namjoon.
Minjae tercekat setelah mendengar ancaman ku dan segera berpindah. Beres-beres.
...
Aku dan Minjae melangkah bersama melewati Lobby hingga langkahku berhenti karena, "Hai sayang..." seseorang yg tengah bersender di pintu kaca yg terbuka bersuara. Hansol Vernon Choi.
"Untuk apa kau kesini? Bukankah sudah kubilang untuk tidak menemuiku lagi?" Sarkas Minjae kejam. Dia benar-benar ahli dalam bertengkar.
Vernon membuka kaca mata hitamnya dan menatap minjae lekat. "Aku ada keperluan."
"Apa kau menyesal telah memutusiku?" Vernon tersenyum meremehkan, "Tidak sama sekali. lagipula aku tidak berniat menemuimu."
"Cih, Lalu siapa hah?!"
"Aku ingin menemui calon istriku dan mengantarnya pulang." Vernon mengedarkan pandangannya menatapku. Aku? Apa maksud tatapan itu untukku?
Aku melihat kearah Minjae. Matanya memerah menatapku, tangannya mengepal meremas ujung jaket yg ia kenakan lalu pergi meninggalkanku begitu saja.
Aku sangat amat tidak mengerti situasi ini. Vernon tersenyum licik menatapku yg kebingungan lalu menarik pergelangan tanganku dgn keras.
TBC!
<673 Words>Chapternya diperpendek.
See u next chap!
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA - Jeon Jungkook
FanfictionLagi. Mimpi ini lagi. Ini tidak benar-benar terjadi tapi mimpi ini membuatku marasa bahwa semuanya nyata. Aku merasa seakan masih di tengah mimpi itu bahkan setelah terbangun. Itu juga membuatku merasa seakan pagi tak akan pernah datang. Itu benar-b...