23 - On The Riverside

1.6K 135 1
                                    

(Voment Juseyo.)

...

Jungkook menjauh dan bertingkah seolah tak terjadi apapun – kembali pada wajah polos seperti bayi, sementara aku masih bingung setengah mati.

"W-what the hell are u doing, Jeon Jungkook?!" aku berbicara tergagap-gagap sembari menutup mulutku.

Tatapannya lurus berbinar memperhatikan gelembung-gelembung yang tercipta di pinggiran sungai persis seperti anak SD, "Apa? Memangnya aku berbuat apa?"

YA! Rasanya aku ingin meneriakinya dan mencabik-cabik kulit kepalanya hingga gundul. Bagaimana bisa ia merubah sikapnya dan melupakan hal gila yang baru saja ia buat dengan sekejap mata, sementara aku? Mungkin hingga tahun depan pun aku tidak akan bisa melupakannya.

...

Aku memandang langit yang keemasan, enggan menatap air sungai yang mengalir perlahan. Bodoh. Kenapa air selalu bergerak mengikuti arah angin padahal mereka tidak tahu akan dibawa kemana? Bukankah itu sama saja dengan diperbudak? Oh, tentu aku harus mengingat satu hal: Sejauh apapun angin membawa mereka, mereka tetaplah satu kesatuan. Mereka bersama-sama, saling berpegangan.

Aku terlalu sibuk dengan diriku sendiri, bergelayut dengan pikiran anehku hingga aku melupakan bocah aneh yang juga tengah asik dengan aktivitasnya. Setengah kakinya dibiarkan berayun di dalam air, menimbulkan gelombang-gelombang kecil yang senantiasa menerpa kakiku yang hanya kurendam.

Suasana hening seakan memeluk pundak kami berdua, tidak ada sepatah kata pun yang kami ucapkan. Hanya berdiam diri menikmati ketenangan yang disuguhkan oleh tepi Sungai Han sembari sesekali meneguk kopi kaleng yang setia di genggamanku.

Sungguh aku sangat menyukai suasana seperti ini. Tentu, disaat bahkan bernapas dengan tenang saja susah bagiku, refleksi seperti ini sangat membantu. Semuanya seakan meng-istirahat-kan otakku yang terlalu lelah berpikir.

"Katakan sesuatu padaku." Ucapnya tanpa mengalihkan pandangan, begitu juga aku.

"Tidak ada yang ingin aku katakan."

"Oh, ayolah. Ini terlalu sunyi, aku tidak suka itu."

"Yasudah, kenapa tidak kau saja yang bicara?"

"Oh iya, ya? Kenapa tidak aku saja yang bicara?" ucapnya bermonolog dan dengan bodohnya itu berhasil membuat sudut bibirku membentuk senyuman karena ke-tolol-an nya.

"Kau menertawakanku?" sarkasnya setelah berhasil memergokiku.

Dengan secepat kedipan mata aku mengubah ekspresiku dan kembali menatap awan, "Tidak."

"Tatap aku." Perintahnya seenak jidat.

"Tidak mau." Tolakku. Tentu saja aku masih belum berani melihat wajahnya secara intens mengingat kejadian yang baru saja terjadi.

"Kenapa?"

"Kenapa aku harus menatapmu disaat ada langit yang jauh lebih indah dan awan putih yang terlihat sangat menggiurkan?"

"Dewa-dewa pun tahu kalau aku jauh lebih indah dari mereka."

"Cih..." Remehku.

Aku tidak dapat melihatnya, namun dari sudut mataku dapat kulihat tatapan mematikannya seolah ingin menelan kepalaku.

"Jangan seperti itu, kau terlihat semakin mengerikan." Jungkook mendengus kesal.

Aku tertawa geli, "Ayo. Berikan aku pertanyaan lagi, katanya kau tidak suka sunyi."

MAFIA - Jeon JungkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang